Jakarta: Laporan akhir tim investigasi Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menunjukkan bahwa anomali berupa uncommanded signal menjadi penyebab kecelakaan kereta api di Cicalengka, Jawa Barat. Kecelakaan melibatkan KA 350 CL Bandung Raya dan KA 65A Turangga.
"KNKT menyimpulkan bahwa kecelakaan ini terjadi akibat adanya sinyal yang dikirim sistem interface tanpa perintah peralatan persinyalan blok mekanik," ujar Pelaksana tugas Kepala Sub Komite Investigasi Kecelakaan Perkeretaapian KNKT Gusnaedi Rachmanas dalam konferensi pers bertajuk Laporan Akhir Hasil Investigasi Kecelakaan Perkeretaapian di Jakarta, Jumat, 16 Februari 2024.
Gusnaedi menjelaskan terdapat perbedaan sistem blok antara Stasiun Haurpugur dengan Stasiun Cicalengka. Stasiun Haurpugur menggunakan sistem blok elektrik, sedangkan Stasiun Cicalengka menggunakan sistem blok mekanik.
Guna menghubungkan kedua sistem tersebut, kata dia, maka digunakan sebuah perangkat interface di Stasiun Cicalengka. Uncommanded signal muncul akibat adanya tegangan dengan amplitudo tinggi dalam waktu singkat yang dialami oleh interface Stasiun Cicalengka ketika menerima sinyal dari Stasiun Haurpugur.
Saat itu, kata dia, Stasiun Haurpugur mengirim sinyal keberangkatan KA 350 CL Bandung Raya ke Stasiun Cicalengka. Ketika menerima sinyal keberangkatan itulah, terjadi gangguan dalam interface Stasiun Cicalengka, yang pada akhirnya mengirim uncommanded signal, yakni sinyal yang menyatakan bahwa petak jalan ke arah Stasiun Haurpugur aman untuk dilalui oleh kereta api.
"Indikasi aman ke Stasiun Haurpugur ini menjadi acuan PPKA (Pengatur Perjalanan Kereta Api) Stasiun Cicalengka untuk melayani KA 65A Turangga berjalan langsung ke arah Stasiun Haurpugur," ujarnya.
Selain akibat anomali sinyal, Gusnaedi juga mengungkapkan terdapat faktor konfirmasi bias yang turut berkontribusi dalam kecelakaan tersebut. Ini adalah perasaan PPKA yang memercayai sistem blok, sehingga antara PPKA Stasiun Cicalengka dan PPKA Stasiun Haurpugur tidak melakukan konfirmasi ketika memberangkatkan kereta api dari masing-masing stasiun.
Confirmation bias, kata dia, memengaruhi proses pengambilan keputusan PPKA Stasiun Cicalengka dan PPKA Stasiun Haurpugur untuk memberangkatkan kereta api dari masing-masing stasiun.
"Harusnya, seandainya dia konfirmasi kembali, mungkin ya tidak terjadi kecelakaan," ungkapnya.
Kecelakaan antara Kereta Api Turangga dengan kereta lokal Bandung Raya terjadi di KM 181+700 petak jalan Stasiun Cicalengka-Stasiun Haurpugur, pada 5 Januari 2024. Dalam kecelakaan tersebut, empat orang meninggal dunia dan 37 orang mengalami luka-luka.
Jakarta: Laporan akhir tim investigasi Komite Nasional Keselamatan Transportasi (
KNKT) menunjukkan bahwa anomali berupa
uncommanded signal menjadi penyebab kecelakaan kereta api di Cicalengka, Jawa Barat. Kecelakaan melibatkan KA 350 CL Bandung Raya dan KA 65A Turangga.
"KNKT menyimpulkan bahwa kecelakaan ini terjadi akibat adanya sinyal yang dikirim sistem interface tanpa perintah peralatan persinyalan blok mekanik," ujar Pelaksana tugas Kepala Sub Komite Investigasi Kecelakaan Perkeretaapian KNKT Gusnaedi Rachmanas dalam konferensi pers bertajuk Laporan Akhir Hasil Investigasi
Kecelakaan Perkeretaapian di Jakarta, Jumat, 16 Februari 2024.
Gusnaedi menjelaskan terdapat perbedaan sistem blok antara Stasiun Haurpugur dengan Stasiun Cicalengka. Stasiun Haurpugur menggunakan sistem blok elektrik, sedangkan Stasiun Cicalengka menggunakan sistem blok mekanik.
Guna menghubungkan kedua sistem tersebut, kata dia, maka digunakan sebuah perangkat interface di Stasiun Cicalengka.
Uncommanded signal muncul akibat adanya tegangan dengan amplitudo tinggi dalam waktu singkat yang dialami oleh
interface Stasiun Cicalengka ketika menerima sinyal dari Stasiun Haurpugur.
Saat itu, kata dia, Stasiun Haurpugur mengirim sinyal keberangkatan KA 350 CL Bandung Raya ke Stasiun Cicalengka. Ketika menerima sinyal keberangkatan itulah, terjadi gangguan dalam interface Stasiun Cicalengka, yang pada akhirnya mengirim
uncommanded signal, yakni sinyal yang menyatakan bahwa petak jalan ke arah Stasiun Haurpugur aman untuk dilalui oleh kereta api.
"Indikasi aman ke Stasiun Haurpugur ini menjadi acuan PPKA (Pengatur Perjalanan Kereta Api) Stasiun Cicalengka untuk melayani KA 65A Turangga berjalan langsung ke arah Stasiun Haurpugur," ujarnya.
Selain akibat anomali sinyal, Gusnaedi juga mengungkapkan terdapat faktor konfirmasi bias yang turut berkontribusi dalam kecelakaan tersebut. Ini adalah perasaan PPKA yang memercayai sistem blok, sehingga antara PPKA Stasiun Cicalengka dan PPKA Stasiun Haurpugur tidak melakukan konfirmasi ketika memberangkatkan kereta api dari masing-masing stasiun.
Confirmation bias, kata dia, memengaruhi proses pengambilan keputusan PPKA Stasiun Cicalengka dan PPKA Stasiun Haurpugur untuk memberangkatkan kereta api dari masing-masing stasiun.
"Harusnya, seandainya dia konfirmasi kembali, mungkin ya tidak terjadi kecelakaan," ungkapnya.
Kecelakaan antara Kereta Api Turangga dengan kereta lokal Bandung Raya terjadi di KM 181+700 petak jalan Stasiun Cicalengka-Stasiun Haurpugur, pada 5 Januari 2024. Dalam kecelakaan tersebut, empat orang meninggal dunia dan 37 orang mengalami luka-luka.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id(AGA)