Pondan, sopir mikrolet P18 jurusan Kampung Melayu-Pondok Gede-- Metrotvnews.com/Whisnu Mardiansyah
Pondan, sopir mikrolet P18 jurusan Kampung Melayu-Pondok Gede-- Metrotvnews.com/Whisnu Mardiansyah

Pendapatan Sopir Menurun Pasca-Insiden Bom di Kampung Melayu

Whisnu Mardiansyah • 31 Mei 2017 16:01
medcom.id, Jakarta: Dampak insiden bom bunuh diri di Terminal Kampung Melayu, Jakarta Timur, belum reda. Paling tidak buat sopir angkutan kota yang masuk ke terminal itu.
 
Pondan, sopir mikrolet P18 jurusan Kampung Melayu-Pondok Gede, mengatakan, pendapatannya belum stabil. Jumlah penumpang melorot pasca-ledakan, terutama dua hari usai ledakan.
 
"Enggak ada bom saja sudah sepi," kata Pondan kepada Metrotvnews.com di Terminal Kampung Melayu, Rabu 31 Mei 2017.

Baca: Fungsi Terminal di Jakarta Mengalami Penurunan
 
Pondan mulai `narik` dari pukul 07.00 WIB hingga jam 23.00 WIB. Dia bisa sembilan kali bolak-balik Kampung Melayu-Pondok Gede, dengan pendapatan bersih Rp100 ribu hingga Rp150 ribu. Namun, setelah ada ledakan, dia hanya bisa menempuh empat rit.
 
"Sekarang yang penting ketutup uang setoran. Dapat Rp50 ribu sudah lumayan," jelas Pondan.
 
Setali tiga uang, sebagian besar sopir Mikrolet P26 jurusan Kampung Melayu-Pasar Minggu juga mengecap nasib pahit usai ledakan bom. Ibaratnya, 'Hidup segan mati pun tak mau'.
 
Ruli, sopir Mikrolet P26, mengatakan, `ngetem` di terminal adalah jalan satu-satunya menekan biaya operasional. Dia menduga banyak masyarakat masih trauma pergi ke terminal Kampung Melayu. "Mau jalan juga percuma habis di bensin, tapi penumpangnya enggak ada," kata Ruli.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(YDH)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan