medcom.id, Jakarta: Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid bersama puluhan pelajar SMA IT Said Naum Jakarta mengunjungi museum-museum yang terkait dengan sejarah pergerakan dan perjuangan bangsa pada Senin 6 November 2017. Museum yang dikunjungi yakni Museum Kebangkitan Nasional (Gedung STOVIA), Museum Sumpah Pemuda, dan Museum Proklamasi.
Saat berada di Museum Sumpah Pemuda, Hidayat menjelaskan, dahulu pergerakan bangsa juga dilakukan oleh generasi muda. Mereka terhimpun dalam beragam organisasi yang berasal dari bermacam-macam suku dan agama.
Pergerakan kaum muda tersebut melahirkan Sumpah Pemuda 1928. "Mereka terpelajar, muda, cinta kepada bangsa, mempunyai visi yang kuat, meski berlatar berbagai asal, termasuk agama seperti Jong Islamieten Bond,” ujar Hidayat, dalam keterangan tertulis, Rabu 8 November 2017.
Selain itu, ia menyampaikan pesan agar para pelajar memahami dan mengingat sejarah Sumpah Pemuda. Diingatkan bahwa di zaman globalisasi ini, berbagai arus dari luar begitu deras masuk ke Indonesia.
“Ïngat, para pelajar yang terlibat dalam Sumpah Pemuda tersebut mendapat pendidikan dari dunia global namun mereka cinta Indonesia. Di zaman globalisasi ini kita berharap anak-anak muda juga semakin cinta Indonesia,” katanya.
Menurutnya, perjuangan generasi muda bangsa Indonesia, merupakan satu proses perjalanan bangsa. Dirinya menyebut dari generasi kemarin, sekarang, hingga yang akan datang merupaka satu rangkaian. Untuk itu dirinya mengajak para generasi muda untuk menghayati perjuangan bangsa.
medcom.id, Jakarta: Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid bersama puluhan pelajar SMA IT Said Naum Jakarta mengunjungi museum-museum yang terkait dengan sejarah pergerakan dan perjuangan bangsa pada Senin 6 November 2017. Museum yang dikunjungi yakni Museum Kebangkitan Nasional (Gedung STOVIA), Museum Sumpah Pemuda, dan Museum Proklamasi.
Saat berada di Museum Sumpah Pemuda, Hidayat menjelaskan, dahulu pergerakan bangsa juga dilakukan oleh generasi muda. Mereka terhimpun dalam beragam organisasi yang berasal dari bermacam-macam suku dan agama.
Pergerakan kaum muda tersebut melahirkan Sumpah Pemuda 1928. "Mereka terpelajar, muda, cinta kepada bangsa, mempunyai visi yang kuat, meski berlatar berbagai asal, termasuk agama seperti Jong Islamieten Bond,” ujar Hidayat, dalam keterangan tertulis, Rabu 8 November 2017.
Selain itu, ia menyampaikan pesan agar para pelajar memahami dan mengingat sejarah Sumpah Pemuda. Diingatkan bahwa di zaman globalisasi ini, berbagai arus dari luar begitu deras masuk ke Indonesia.
“Ïngat, para pelajar yang terlibat dalam Sumpah Pemuda tersebut mendapat pendidikan dari dunia global namun mereka cinta Indonesia. Di zaman globalisasi ini kita berharap anak-anak muda juga semakin cinta Indonesia,” katanya.
Menurutnya, perjuangan generasi muda bangsa Indonesia, merupakan satu proses perjalanan bangsa. Dirinya menyebut dari generasi kemarin, sekarang, hingga yang akan datang merupaka satu rangkaian. Untuk itu dirinya mengajak para generasi muda untuk menghayati perjuangan bangsa.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ROS)