Jakarta: Mantan Kepala Badan Intelijen Strategis (Kabais) TNI Laksamana Madya (Purn) Soleman B Ponto menduga permintaan senjata api di Papua meningkat. Hal itu menyebabkan beberapa pihak tertarik untuk menjual senjata api ilegal, seperti pilot asal Indonesia Anton Gobay, yang tertangkap di Filipina.
"Kasus perdagangan senjata ilegal di Papua berulang, itu karena kita bisa lihat kebutuhannya dengan serangan kelompok kriminal bersenjata (KKB) di Papua kini meningkat," ujar Soleman di acara PrimeTime Metro TV, Jumat, 13 Januari 2023.
Menurut dia, permintaan senjata api tidak hanya dari kelompok separatis di Papua, namun individu. Selain untuk membuat kegaduhan dan serangan terhadap TNI-Polri, senjata itu dibutuhkan untuk melindungi diri.
"Ada juga permintaan dari individu yang ingin melindungi diri sendiri. Sehingga permintaan akan senjata api itu meningkat," kata dia.
Sementara itu, dia membeberkan alasan Anton Gobay memilih senjata api di Filipina untuk dibawa ke Papua. "Pertama di sana (Filipina) itu ada tempat pembuatan senjata api, di sana juga senjata itu relatif mudah beredar, dari sana juga banyak penggunaan senjata api," papar dia.
Dia mengatakan profesi Anton Gobay sebagai seorang pilot tidak menjadi jaminan utama untuknya memperjualbelikan senjata api. Sebab, membawa masuk senjata ilegal lewat jalur udara lebih sulit.
"Maka Anton pun memilih untuk membawanya lewat jalur laut yang lebih mudah karena tidak terdeteksi. Aceh saja, waktu saya menerima senjata dari GAM itu yang kita tahu 400 pucuk, tapi yang diserahkan 1.018 pucuk. Artinya banyak yang tidak terdeteksi. Itu Aceh yang pantainya tidak sepanjang Papua," ujar dia.
Jakarta: Mantan Kepala Badan Intelijen Strategis (Kabais) TNI Laksamana Madya (Purn) Soleman B Ponto menduga permintaan senjata api di
Papua meningkat. Hal itu menyebabkan beberapa pihak tertarik untuk menjual
senjata api ilegal, seperti pilot asal Indonesia Anton Gobay, yang tertangkap di Filipina.
"Kasus perdagangan senjata ilegal di Papua berulang, itu karena kita bisa lihat kebutuhannya dengan serangan kelompok kriminal bersenjata (
KKB) di Papua kini meningkat," ujar Soleman di acara
PrimeTime Metro TV, Jumat, 13 Januari 2023.
Menurut dia, permintaan senjata api tidak hanya dari kelompok separatis di Papua, namun individu. Selain untuk membuat kegaduhan dan serangan terhadap TNI-Polri, senjata itu dibutuhkan untuk melindungi diri.
"Ada juga permintaan dari individu yang ingin melindungi diri sendiri. Sehingga permintaan akan senjata api itu meningkat," kata dia.
Sementara itu, dia membeberkan alasan Anton Gobay memilih senjata api di Filipina untuk dibawa ke Papua. "Pertama di sana (Filipina) itu ada tempat pembuatan senjata api, di sana juga senjata itu relatif mudah beredar, dari sana juga banyak penggunaan senjata api," papar dia.
Dia mengatakan profesi Anton Gobay sebagai seorang pilot tidak menjadi jaminan utama untuknya memperjualbelikan senjata api. Sebab, membawa masuk senjata ilegal lewat jalur udara lebih sulit.
"Maka Anton pun memilih untuk membawanya lewat jalur laut yang lebih mudah karena tidak terdeteksi. Aceh saja, waktu saya menerima senjata dari GAM itu yang kita tahu 400 pucuk, tapi yang diserahkan 1.018 pucuk. Artinya banyak yang tidak terdeteksi. Itu Aceh yang pantainya tidak sepanjang Papua," ujar dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AZF)