medcom.id, Depok: Budi Rahmat, 35, bisa dibilang punya nasib sangat baik. Budi selamat ketika berada hanya belasan meter dari posisi ledakan bom pertama yang meledak di Starbucks Sarinah, Thamrin Jakarta Pusat.
"Suami bilang waktu itu hanya sekitar 15 meter dari ledakan pertama yang di Starbucks itu," kata istri Budi, Diana kepada Metrotvnews.com di kediamannya, Green Depok City, Depok, Jawa Barat, Jumat (15/1/2016).
Diana membeberkan, saat kejadian Budi masih sempat mengamankan komputer jinjing dan telepon genggam. Usai itu, langsung lari menjauhi lokasi. Saat ledakan pertama, lampu di gerai kopi langsung padam.
Budi lanjut Diana lantas berlari mencari klinik terdekat. Seseorang menggunakan sepeda motor kemudian mengantar Budi ke klinik. Diana bilang suaminya tak tahu saat terjadi aksi tembak-menembak antara pelaku dengan polisi.
"Karena langsung ke klinik kan. Cari pertolongan sendiri itu Bapak," ujar Diana.
Beberapa saat mendapat penanganan di klinik, Budi berinisatif ke RSPAD Gatot Subroto. Diana bilang Budi diantar tukang ojek sampai RSPAD.
Budi, kata Diana tiba di RSPAD sekira pukul 11.30 WIB. Budi jadi korban bom Thamrin pertama yang masuk RSPAD.
"Belum pada tahu awalnya kalau bapak korban bom," imbuh Diana.
Rumah Budi Rahmat - MTVN/Arga Sumantri
Akibat serpihan benda keras, Budi mengalami luka di bahu sebelah kiri. Pihak RSPAD sebenarnya sudah membolehkan Budi dibawa pulang keluarga. Hanya, kata Diana, seluruh korban bom yang dirawat di RSPAD belum diizinkan pulang.
"Sama kayak yang lainnya, masih dimintai keterangan kan polisi masih butuh data," ungkap Diana.
Ledakan bom di Thamrin menyentak, Kamis 14 Januari. Aksi teror itu menewaskan tujuh orang di kawasan sekitar pusat perbelanjaan Sarinah, Jalan MH Thamrin. Selain ledakan bom, adu tembak antara pelaku dan polisi juga sempat terjadi.
medcom.id, Depok: Budi Rahmat, 35, bisa dibilang punya nasib sangat baik. Budi selamat ketika berada hanya belasan meter dari posisi ledakan bom pertama yang meledak di Starbucks Sarinah, Thamrin Jakarta Pusat.
"Suami bilang waktu itu hanya sekitar 15 meter dari ledakan pertama yang di Starbucks itu," kata istri Budi, Diana kepada
Metrotvnews.com di kediamannya, Green Depok City, Depok, Jawa Barat, Jumat (15/1/2016).
Diana membeberkan, saat kejadian Budi masih sempat mengamankan komputer jinjing dan telepon genggam. Usai itu, langsung lari menjauhi lokasi. Saat ledakan pertama, lampu di gerai kopi langsung padam.
Budi lanjut Diana lantas berlari mencari klinik terdekat. Seseorang menggunakan sepeda motor kemudian mengantar Budi ke klinik. Diana bilang suaminya tak tahu saat terjadi aksi tembak-menembak antara pelaku dengan polisi.
"Karena langsung ke klinik kan. Cari pertolongan sendiri itu Bapak," ujar Diana.
Beberapa saat mendapat penanganan di klinik, Budi berinisatif ke RSPAD Gatot Subroto. Diana bilang Budi diantar tukang ojek sampai RSPAD.
Budi, kata Diana tiba di RSPAD sekira pukul 11.30 WIB. Budi jadi korban bom Thamrin pertama yang masuk RSPAD.
"Belum pada tahu awalnya kalau bapak korban bom," imbuh Diana.

Rumah Budi Rahmat - MTVN/Arga Sumantri
Akibat serpihan benda keras, Budi mengalami luka di bahu sebelah kiri. Pihak RSPAD sebenarnya sudah membolehkan Budi dibawa pulang keluarga. Hanya, kata Diana, seluruh korban bom yang dirawat di RSPAD belum diizinkan pulang.
"Sama kayak yang lainnya, masih dimintai keterangan kan polisi masih butuh data," ungkap Diana.
Ledakan bom di Thamrin menyentak, Kamis 14 Januari. Aksi teror itu menewaskan tujuh orang di kawasan sekitar pusat perbelanjaan Sarinah, Jalan MH Thamrin. Selain ledakan bom, adu tembak antara pelaku dan polisi juga sempat terjadi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)