medcom.id, Jakarta: Tingginya daya beli masyarakat terhadap ponsel pintar membuat peredaran ponsel replika di Indonesia marak. Hal ini tentu menjadi persoalan ketika bayak konsumen yang terkecoh dengan produk-produk tiruan itu.
"Ponsel replika bukan barang baru. Setiap ponsel laris pasti ada replikanya. Sejak zaman 2004 sudah ada replika, dulu Nokia dan Blackberry banyak ditiru. Kalau penjual bilang barang yang dijual replika, secara etika itu mendingan. Yang jadi masalah kalau replika itu dijual dengan iming-iming ponsel itu hasil black market dengan harga yang mirip dengan harga asli. Banyak konsumen yang tertipu," ujar Herry Setiadi Wibowo,gadget consultant, saat ditemui di kawasan Senayan, Jakarta Pusat, pada Jumat (14/3).
Ponsel replika terkadang menjadi pilihan bagi mereka yang tetap ingin tampil gaya dengan budget yang minim. Tingkatan dalam ponsel replika bermacam-macam tergantung kemiripan dengan aslinya.
"Kalau kita ngomong replika juga ada tingkatannya, ada yang kelas 'teri,' dalam artian kualitas buruk, lalu ada kelas 'super-king' copy yang begitu miripnya dengan asli. Kadang yang ketipu dengan replika bukan hanya pembeli tetapi pemilik toko. Ini yang bahaya, karena nantinya konsumen yang kena," imbuh Herry.
Dari fisik smartphone replika memang sangat mirip dengan asli. Sedangkan untuk kualitas 'super-king' copy, fitur-fitur yang ditawarkan juga serupa dengan ponsel pintar yang ditiru. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk memastikan ponsel tersebut asli atau replika, salah satunya menghubungkan ponsel itu ke program resmi dari
produsen. Jika ponsel tersebut replika, maka tidak bisa terkoneksi. Selain itu pastikan garansi yang didapat dari pembelian dari distributor resmi.
medcom.id, Jakarta: Tingginya daya beli masyarakat terhadap ponsel pintar membuat peredaran ponsel replika di Indonesia marak. Hal ini tentu menjadi persoalan ketika bayak konsumen yang terkecoh dengan produk-produk tiruan itu.
"Ponsel replika bukan barang baru. Setiap ponsel laris pasti ada replikanya. Sejak zaman 2004 sudah ada replika, dulu Nokia dan Blackberry banyak ditiru. Kalau penjual bilang barang yang dijual replika, secara etika itu mendingan. Yang jadi masalah kalau replika itu dijual dengan iming-iming ponsel itu hasil black market dengan harga yang mirip dengan harga asli. Banyak konsumen yang tertipu," ujar Herry Setiadi Wibowo,gadget consultant, saat ditemui di kawasan Senayan, Jakarta Pusat, pada Jumat (14/3).
Ponsel replika terkadang menjadi pilihan bagi mereka yang tetap ingin tampil gaya dengan budget yang minim. Tingkatan dalam ponsel replika bermacam-macam tergantung kemiripan dengan aslinya.
"Kalau kita ngomong replika juga ada tingkatannya, ada yang kelas 'teri,' dalam artian kualitas buruk, lalu ada kelas 'super-king' copy yang begitu miripnya dengan asli. Kadang yang ketipu dengan replika bukan hanya pembeli tetapi pemilik toko. Ini yang bahaya, karena nantinya konsumen yang kena," imbuh Herry.
Dari fisik smartphone replika memang sangat mirip dengan asli. Sedangkan untuk kualitas 'super-king' copy, fitur-fitur yang ditawarkan juga serupa dengan ponsel pintar yang ditiru. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk memastikan ponsel tersebut asli atau replika, salah satunya menghubungkan ponsel itu ke program resmi dari
produsen. Jika ponsel tersebut replika, maka tidak bisa terkoneksi. Selain itu pastikan garansi yang didapat dari pembelian dari distributor resmi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id(ENO)
