Jakarta: Vaksin AstraZeneca merupakan salah satu jenis vaksin yang kurang diminati oleh masyarakat. Bahkan sebanyak 15.000 dosis AstraZeneca yang dikirim pemerintah pusat untuk Provinsi Bangka Belitung (Babel) hingga saat ini tak kunjung terserap dan sudah mendekati kedaluwarsa.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bangka Belitung (Babel) Andri Nurtito mengatakan sebelum habis masa vaksin pada akhir Desember, pihaknya berusaha mencari alternatif agar vaksin-vaksin itu bisa terserap hingga akhir tahun.
"Alternatifnya mengembalikan ke pemerintah pusat, merelokasi, atau menggeser ke dinas kesehatan Sumatra Selatan yang penduduknya lebih banyak dari Babel," Kata Andri, Jumat, 3 Desember 2021.
Selain itu, kata Andri, Dinkes juga akan menyebarkannya ke komunitas-komunitas agar bisa dimanfaatkan. "Misalnya komunitas tahanan di lapas atau rumah tahanan, dan komunitas lain," lanjutnya.
Isu haram jadi biang kerok
Andri menjelaskan, vaksin AstraZeneca banyak tak terpakai karena beberapa faktor. Mulai dari bola liar tentang efek samping hingga isu halal-haram vaksim menjadi penghambat serapan vaksin Astra Zeneca.
"Masa kedaluwarsa juga sangat pendek, kita pun baru menerima pada November, kurang dari dua bulan sudah kedaluwarsa. Sementara persediaan jenis vaksin yang lain seperti Sinovac, CoronaVac, Pfizer, dan Moderna masih ada. Tapi masyarakat kurang berminat dengan AstraZeneca," ungkap dia.
Kendati demikian, ia tetap berupaya meyakinkan masyarakat bahwa tiap vaksin memiliki keunggulan dan efek samping masing-masing yang pada dasarnya tidak perlu dipersoalkan.
"Vaksin ini hibah dari Jepang ke Indonesia. Jumlah vaksin AstraZeneca sekitar 15.000 dosis. Tapi yang digunakan belum banyak, tidak sampai setengah. Masyarakat Babel lebih minat terhadap vaksin Sinovac dan CoronaVac," jelasnya.
Jakarta: Vaksin AstraZeneca merupakan salah satu jenis
vaksin yang kurang diminati oleh masyarakat. Bahkan sebanyak 15.000 dosis
AstraZeneca yang dikirim pemerintah pusat untuk Provinsi Bangka Belitung (Babel) hingga saat ini tak kunjung terserap dan sudah mendekati kedaluwarsa.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bangka Belitung (Babel) Andri Nurtito mengatakan sebelum habis masa vaksin pada akhir Desember, pihaknya berusaha mencari alternatif agar vaksin-vaksin itu bisa terserap hingga akhir tahun.
"Alternatifnya mengembalikan ke pemerintah pusat, merelokasi, atau menggeser ke dinas kesehatan Sumatra Selatan yang penduduknya lebih banyak dari Babel," Kata Andri, Jumat, 3 Desember 2021.
Selain itu, kata Andri, Dinkes juga akan menyebarkannya ke komunitas-komunitas agar bisa dimanfaatkan. "Misalnya komunitas tahanan di lapas atau rumah tahanan, dan komunitas lain," lanjutnya.
Isu haram jadi biang kerok
Andri menjelaskan, vaksin AstraZeneca banyak tak terpakai karena beberapa faktor. Mulai dari bola liar tentang efek samping hingga isu halal-haram vaksim menjadi penghambat serapan vaksin Astra Zeneca.
"Masa kedaluwarsa juga sangat pendek, kita pun baru menerima pada November, kurang dari dua bulan sudah kedaluwarsa. Sementara persediaan jenis vaksin yang lain seperti Sinovac, CoronaVac, Pfizer, dan Moderna masih ada. Tapi masyarakat kurang berminat dengan AstraZeneca," ungkap dia.
Kendati demikian, ia tetap berupaya meyakinkan masyarakat bahwa tiap vaksin memiliki keunggulan dan efek samping masing-masing yang pada dasarnya tidak perlu dipersoalkan.
"Vaksin ini hibah dari Jepang ke Indonesia. Jumlah vaksin AstraZeneca sekitar 15.000 dosis. Tapi yang digunakan belum banyak, tidak sampai setengah. Masyarakat Babel lebih minat terhadap vaksin Sinovac dan CoronaVac," jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(PRI)