Jakarta: Munculnya sejumlah pemuda berbakat yang menjadi juara dunia langsung direspon pemerintah. Kantor Staf Kepresidenan (KSP) menggagas pembentukan Badan Strategi Pembinaan Bakat.
"Agar talenta dan prestasi anak-anak Indonesia itu bisa bermanfaat bagi bangsa dan negara. Kita ingin menjaring potensi anak muda. Negara wajib memberikan kesempatan,” kata Kepala KSP Moeldoko, melalui keterangan tertulis, Rabu, 25 Juli 2018.
Menurutnya, optimisme Presiden pertama RI, Soekarno, terhadap pemuda Indonesia patut dicontoh dan masih relevan hingga kini. Untuk itu, kata dia, pemerintah memanifestasikan optimisme Sang Proklamator melalui pembinaan nyata terhadap pemuda dan talentanya.
“Beri aku seribu orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya. Beri aku sepuluh pemuda, niscaya akan kuguncang dunia. Ini adalah pesan optimistis yang selalu saya ingat dari Bung Karno. Bila anak-anak kita dipetakan melalui kapasitas yang mereka miliki, kita akan bisa menggemparkan dunia,” kata mantan Panglima TNI itu.
Bakat yang diperlihatkan Lalu Muhammad Zohri membuat banyak orang tercengang. Dia berhasil meraih juara dunia pada Kejuaraan Dunia Atletik Junior 2018. Adapula Samantha Edithso yang mengukir prestasi di kejuaraan catur FIDE World Championship 2018 untuk kategori umur di bawah 10 tahun di Minsk, Belarusia.
Baca: Belajar dari Lalu Muhammad Zohri
Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Retno Listyarti mengatakan pemerintah sudah berupaya merawat potensi generasi muda Indonesia sejak masih anak-anak. Khususnya perlindungan agar anak Indonesia terjamin pendidikannya.
Pemerintah, kata dia, sudah menggratiskan biaya pendidikan untuk jenjang sekolah dasar hingga sekolah menengah pertama. Sedangkan untuk tingkat menengah atas dan kejuruan, ada bantuan operasional sekolah (BOS) yang dianggarkan di APBN dan BOS daerah yang dianggarkan di APBD.
“Pemerintah juga berupaya agar anak miskin dan siswa yang memiliki nilai akademik rendah tetap dapat mengakses pendidikan berkualitas di sekolah negeri melalui sistem zonasi,” kata Retno.
Pada tingkat lebih lanjut, untuk generasi muda, pemerintah melalui Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) juga berkomitmen mewadahi dan memfasilitasi berbagai kegiatan kepemudaan.
“Agar pemuda Indonesia dapat berkarya dan berprestasi,” kata Deputi Pengembangan Pemuda Kemenora, Asrorun Niam Sholeh.
Menurut dia, dalam menghadapi globalisasi yang semakin kompleks, kapasitas, intelektual, serta moralitas harus terus ditingkatkan melalui pendidikan yang berkesinambungan. "Sementara aspek kognitif dapat dilatih melalui aktivitas sosial kemasyarakatan, sehingga pemuda bisa memahami realita kehidupan masyarakat," katanya.
Ia mengatakan banyak tantangan yang harus dihadapi dan dijawab oleh generasi muda, salah satunya globalisasi dan kemajuan teknologi informasi. Segala tantangan tersebut, ujarnya, harus dihadapi dengan cara yang cerdas tanpa meninggalkan nilai-nilai keindonesiaan.
“Bahkan, pemuda Indonesia harus berani menunjukkan identitas dan nilai luhur yang dibalut dengan agama, norma, dan etika yang belum tentu sama atau diterima dengan globalisasi itu sendiri,” tandasnya.
Wakil Ketua Komisi X DPR, Sutan Adil Hendra, mengatakan masa depan bangsa ada di tangan pemuda. Ia juga menekankan perlunya pemerintah membangun pemuda secara komprehensif .
“Daya pikir revolusionernya yang harus menjadi kekuatan utama. Sebab, dalam mengubah tatanan lama budaya bangsa dibutuhkan pola pikir terbaru, muda, dan segar,” kata Sutan.
<iframe class="embedv" width="560" height="315" src="https://www.medcom.id/embed/nbw7Wexb" frameborder="0" scrolling="no" allowfullscreen></iframe>
Jakarta: Munculnya sejumlah pemuda berbakat yang menjadi juara dunia langsung direspon pemerintah. Kantor Staf Kepresidenan (KSP) menggagas pembentukan Badan Strategi Pembinaan Bakat.
"Agar talenta dan prestasi anak-anak Indonesia itu bisa bermanfaat bagi bangsa dan negara. Kita ingin menjaring potensi anak muda. Negara wajib memberikan kesempatan,” kata Kepala KSP Moeldoko, melalui keterangan tertulis, Rabu, 25 Juli 2018.
Menurutnya, optimisme Presiden pertama RI, Soekarno, terhadap pemuda Indonesia patut dicontoh dan masih relevan hingga kini. Untuk itu, kata dia, pemerintah memanifestasikan optimisme Sang Proklamator melalui pembinaan nyata terhadap pemuda dan talentanya.
“Beri aku seribu orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya. Beri aku sepuluh pemuda, niscaya akan kuguncang dunia. Ini adalah pesan optimistis yang selalu saya ingat dari Bung Karno. Bila anak-anak kita dipetakan melalui kapasitas yang mereka miliki, kita akan bisa menggemparkan dunia,” kata mantan Panglima TNI itu.
Bakat yang diperlihatkan Lalu Muhammad Zohri membuat banyak orang tercengang. Dia berhasil meraih juara dunia pada Kejuaraan Dunia Atletik Junior 2018. Adapula Samantha Edithso yang mengukir prestasi di kejuaraan catur FIDE World Championship 2018 untuk kategori umur di bawah 10 tahun di Minsk, Belarusia.
Baca: Belajar dari Lalu Muhammad Zohri
Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Retno Listyarti mengatakan pemerintah sudah berupaya merawat potensi generasi muda Indonesia sejak masih anak-anak. Khususnya perlindungan agar anak Indonesia terjamin pendidikannya.
Pemerintah, kata dia, sudah menggratiskan biaya pendidikan untuk jenjang sekolah dasar hingga sekolah menengah pertama. Sedangkan untuk tingkat menengah atas dan kejuruan, ada bantuan operasional sekolah (BOS) yang dianggarkan di APBN dan BOS daerah yang dianggarkan di APBD.
“Pemerintah juga berupaya agar anak miskin dan siswa yang memiliki nilai akademik rendah tetap dapat mengakses pendidikan berkualitas di sekolah negeri melalui sistem zonasi,” kata Retno.
Pada tingkat lebih lanjut, untuk generasi muda, pemerintah melalui Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) juga berkomitmen mewadahi dan memfasilitasi berbagai kegiatan kepemudaan.
“Agar pemuda Indonesia dapat berkarya dan berprestasi,” kata Deputi Pengembangan Pemuda Kemenora, Asrorun Niam Sholeh.
Menurut dia, dalam menghadapi globalisasi yang semakin kompleks, kapasitas, intelektual, serta moralitas harus terus ditingkatkan melalui pendidikan yang berkesinambungan. "Sementara aspek kognitif dapat dilatih melalui aktivitas sosial kemasyarakatan, sehingga pemuda bisa memahami realita kehidupan masyarakat," katanya.
Ia mengatakan banyak tantangan yang harus dihadapi dan dijawab oleh generasi muda, salah satunya globalisasi dan kemajuan teknologi informasi. Segala tantangan tersebut, ujarnya, harus dihadapi dengan cara yang cerdas tanpa meninggalkan nilai-nilai keindonesiaan.
“Bahkan, pemuda Indonesia harus berani menunjukkan identitas dan nilai luhur yang dibalut dengan agama, norma, dan etika yang belum tentu sama atau diterima dengan globalisasi itu sendiri,” tandasnya.
Wakil Ketua Komisi X DPR, Sutan Adil Hendra, mengatakan masa depan bangsa ada di tangan pemuda. Ia juga menekankan perlunya pemerintah membangun pemuda secara komprehensif .
“Daya pikir revolusionernya yang harus menjadi kekuatan utama. Sebab, dalam mengubah tatanan lama budaya bangsa dibutuhkan pola pikir terbaru, muda, dan segar,” kata Sutan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(UWA)