ilustrasi gelombang tinggi. Antara
ilustrasi gelombang tinggi. Antara

BMKG Kembangkan Pemodelan Tsunami Merah Putih

Deny Irwanto • 09 Maret 2022 22:49
Jakarta: Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), bersama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengembangkan pemodelan tsunami yang tidak hanya menyajikan prediksi estimasi waktu tiba gelombang, ketinggian, dan run up tsunami.
 
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, Pemodelan Tsunami Merah Putih tersebut mencakup inundasi atau jarak horizontal terjauh yang dijangkau oleh gelombang tsunami dari garis pantai. Pemodelan inundasi tsunami ini digunakan untuk memperkirakan dampak tsunami terburuk.
 
"Poinnya, data prediksi yang disajikan nantinya jauh lebih tajam. Pemodelan inundasi ini juga bisa digunakan lebih jauh untuk memprediksi dampak serta kerugian material dan non material yang terjadi jika tsunami melanda. Misal, ada berapa desa yang tersapu tsunami, infrastruktur apa saja yang ada di zona tersebut, penduduk, dan lain sebagainya," kata Dwikorita dalam keterangan pers, Rabu, 9 Maret 2022.

Baca: Berdayakan Penyandang Disabilitas, Ganjar Beri Pelatihan Keterampilan
 
Dwikorita mengatakan seluruh data yang dikeluarkan nantinya juga memiliki tingkat akurasi yang jauh lebih tinggi. Dengan begitu nantinya upaya mitigasi yang dilakukan pemerintah dapat lebih komprehensif dalam menekan risiko dan kerugian yang mungkin ditimbulkan.
 
Pemodelan Tsunami Merah Putih juga akan melibatkan banyak pakar, di antaranya Ketua Ikatan Ahli Tsunami Indonesia Dr. Gegar Prasetya, serta beberapa peneliti dari ITB dan UGM.
 
Kegiatan Pengembangan Pemodelan Tsunami Merah Putih ini juga dikawal oleh Asisten Deputi Bidang Infrastruktur Dasar, Perkotaan, dan Sumber Daya Air (Asdep IDPSDA) Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Rahman Hidayat.
 
Sementara Deputi Geofisika BMKG, Suko Prayitno, menambahkan sejak 2008 BMKG telah mengembangkan sebanyak 20.000 pemodelan tsunami. Sebanyak 5.000 pemodelan merupakan hibah bantuan dari Jerman tetapi hanya mencakup wilayah barat Pulau Sumatra dan selatan Pulau Jawa. Sementara 15.000 pemodelan sisanya merupakan pemodelan yang dibuat oleh BMKG.
 
"Kami berharap jumlah pemodelan merah putih yang dikembangkan bersama BRIN nantinya jauh lebih banyak dengan berbagai parameter dan kemungkinan. Mulai dari magnitudo, hiposentrum, sumber gempa, penyebab gempa, dan lain sebagainya," kata Suko.
 
Senada Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Bambang Prayitno, menegaskan jika BMKG siap bekerjasama dan berkolaborasi dengan BRIN, termasuk dalam hal riset tsunami.
 
"Tentunya ini akan sangat bermanfaat untuk memperkuat sistem peringatan dini tsunami atau Indonesia Tsunami Early Warning System (InaTEWS) yang selama ini dimiliki BMKG. Semoga dalam tempo 1-2 tahun kolaborasi ini bisa terealisasi," kata Bambang.
 
Tambah WRS New Generation
 
Dwikorita juga menyampaikan untuk semakin memperkuat sistem peringatan dini gempa bumi dan tsunami, BMKG juga terus menambah jumlah Warning Receiver System (WRS) New Generation di seluruh pelosok Indonesia.
 
BMKG juga terus menambah jumlah sensor pendeteksi gempa bumi atau seismograf di seluruh wilayah Indonesia untuk meningkatkan kecepatan dan keakuratan informasi.
 
"Hingga saat ini total ada 428 sensor yang telah terpasang di seluruh penjuru Indonesia. Jumlahnya akan terus bertambah untuk merapatkan jaringan guna meningkatkan performa kecepatan dan keakuratan informasi dan peringatan dini tsunami yang dikeluarkan gempa bumi," ujarnya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(DEN)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan