medcom.id Jakarta: Frank Feunen warga Jerman. Dia menjadi satu dari 24 korban ledakan bom di Jalan M.H. Thamrin. Hampir delapan hari Frank dirawat di Rumah Sakit Abdi Waluyo.
Tapi, alih-alih trauma lalu pulang ke kampung halaman, Frank justru merasa kerasan di Indonesia. Lagi pula istrinya juga pribumi dan dia pernah menyaksikan serangkaian teror terjadi di Ibu Kota sebelum serangan kemarin.
"Saat saya di Jakarta, ada bom J.W. Marriot, Kedubes Australia, saya sedang di Kuningan. Saya mendengar dan tidak merasa trauma," ujar Feunen di Rumah Sakit Abdi Waluyo, Menteng, Jakarta Pusat. Kamis (21/1/2016)
Feunen kini sudah diperbolehkan pulang dari Rumah Sakit Abdi Waluyo. Tapi, dia mengaku, tak hendak pergi dari Indonesia. Sebaliknya, dia tetap betah. Indonesia sudah jadi rumah keduannya.
"Saya tidak ada keinginan pindah ke negara lain, selama saya bekerja dan tinggal di sini, tidak mengalami sesuatu yang buruk," imbuh dia.
Dia menuturkan, ancaman terorisme dan bom bisa terjadi di mana saja dan seluruh dunia. Karena itu, dia merasa tak ada alasan untuk pergi. Dia pun berharap, Pemerintah Indonesia tetap mengizinkannya tinggal dan bekerja di Jakarta.
"Karena saya tetap ingin tinggal di sini dan kerja di sini," kata lelaki berkacamata ini.
medcom.id Jakarta: Frank Feunen warga Jerman. Dia menjadi satu dari 24 korban ledakan bom di Jalan M.H. Thamrin. Hampir delapan hari Frank dirawat di Rumah Sakit Abdi Waluyo.
Tapi, alih-alih trauma lalu pulang ke kampung halaman, Frank justru merasa kerasan di Indonesia. Lagi pula istrinya juga pribumi dan dia pernah menyaksikan serangkaian teror terjadi di Ibu Kota sebelum serangan kemarin.
"Saat saya di Jakarta, ada bom J.W. Marriot, Kedubes Australia, saya sedang di Kuningan. Saya mendengar dan tidak merasa trauma," ujar Feunen di Rumah Sakit Abdi Waluyo, Menteng, Jakarta Pusat. Kamis (21/1/2016)
Feunen kini sudah diperbolehkan pulang dari Rumah Sakit Abdi Waluyo. Tapi, dia mengaku, tak hendak pergi dari Indonesia. Sebaliknya, dia tetap betah. Indonesia sudah jadi rumah keduannya.
"Saya tidak ada keinginan pindah ke negara lain, selama saya bekerja dan tinggal di sini, tidak mengalami sesuatu yang buruk," imbuh dia.
Dia menuturkan, ancaman terorisme dan bom bisa terjadi di mana saja dan seluruh dunia. Karena itu, dia merasa tak ada alasan untuk pergi. Dia pun berharap, Pemerintah Indonesia tetap mengizinkannya tinggal dan bekerja di Jakarta.
"Karena saya tetap ingin tinggal di sini dan kerja di sini," kata lelaki berkacamata ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(TII)