medcom.id, Jakarta: Polri menyebut Bahrun Naim, terduga otak serangan teror di Jalan M.H. Thamrin, berada di Suriah. Tapi hingga kini belum bisa dipastikan di mana Bahrun berada.
Metrotvnews.com mencoba mencari informasi tentang bagaimana Bahrun angkat kaki dari Tanah Air kepada Direktorat Jenderal Imigrasi Kementerian Hukum dan HAM. Sayangnya, Kepala Bagian Humas Ditjen Imigrasi Kemenkumham Heru Santoso menolak membeberkan detail waktu dan tujuan kemana Bahrun bertolak. Yang pasti, pria kelahiran Pekalongan, Jawa Tengah, itu pergi menggunakan paspor asli tapi sampai ke Suriah melalui jalur ilegal.
Heru berdalih, Ditjen Imigrasi tidak dapat melacak kepergian warga negara Indonesia yang telah berada di luar negeri. Kecuali, kata dia, pemerintah telah menjalin kerja sama dengan negara bersangkutan untuk melacak keberadaan seseorang.
"Itu kan yuridiksi negara lain. Kami enggak bisa melihatnya, kecuali orang itu keluar masuk Indonesia. Nah itu baru bisa kami lihat. Kami punya data perlintasannya. Negara lain kan bukan yuridiksi kami lagi. Kecuali kami bekerjasama," kata Heru saat ditemui Metrotvnews.com di Gedung Direktorat Jenderal Imigrasi, Kemenkumham, Jalan H.R. Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis (28/1/2016).
Saat ditanya soal kapan waktu pasti Bahrun Naim meninggalkan Indonesia dan kemana tujuannya, Heru enggan mengungkapkan. Dia hanya menegaskan bahwa Imigrasi mengantongi data kepergian Bahrun Naim.
"Ada di kami datanya, kan teman-teman wartawan sudah punya paspornya, foto kopi paspornya kan. Saya saja dapat foto kopi paspornya dari teman-teman wartawan," ujar dia. Paspor Bahrun Naim dipastikan asli, diterbitkan pada 23 Desember 2014 dan masa berlakunya habis 23 Desember 2019.
Bahrun Naim pernah ditangkap Densus 88 Antiteror Polri pada 2010 di rumah kontrakannya di Kampung Mertrodanan RT 02/03 Semanggi, Pasar Kliwon, Solo, Jawa Tengah.
Bahrun Naim ditangkap tak jauh dari rumah sendiri di RT 01/01, Kelurahan Sangkrah, Pasar Kliwon, Solo, Jawa Tengah. Saat itu, Bahrun Naim berprofesi sebagai teknisi komputer dan internet. Polisi menyita dua kotak amunisi jenis peluru AK 349, enam CPU, sarung senjata api, satu laptop, sejumlah keping CD, serta buku-buku ikut diamankan.
Atas kepemilikan ribuan amunisi senjata api berbagai jenis pada 2010 itu Bahrun Naim divonis 2,5 tahun penjara. Dia meringkuk di lapas sejak Juni 2011 hingga Juni 2012.
Setelah lama tak terdengar, Bahrun Naim diketahui berada di Suriah bergabung dengan kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Dia diketahui pergi meninggalkan Indonesia sekira Desember 2014-Januari 2015.
Kapolri Jenderal Badrodin Haiti mengungkapkan bahwa ada pendanaan yang mengalir dari Suriah untuk bom Thamrin. Dana itu diduga mengalir dari Bahrun Naim yang disebut berada di Rakha, Suriah.
medcom.id, Jakarta: Polri menyebut Bahrun Naim, terduga otak serangan teror di Jalan M.H. Thamrin, berada di Suriah. Tapi hingga kini belum bisa dipastikan di mana Bahrun berada.
Metrotvnews.com mencoba mencari informasi tentang bagaimana Bahrun angkat kaki dari Tanah Air kepada Direktorat Jenderal Imigrasi Kementerian Hukum dan HAM. Sayangnya, Kepala Bagian Humas Ditjen Imigrasi Kemenkumham Heru Santoso menolak membeberkan detail waktu dan tujuan kemana Bahrun bertolak. Yang pasti, pria kelahiran Pekalongan, Jawa Tengah, itu pergi menggunakan paspor asli tapi sampai ke Suriah melalui jalur ilegal.
Heru berdalih, Ditjen Imigrasi tidak dapat melacak kepergian warga negara Indonesia yang telah berada di luar negeri. Kecuali, kata dia, pemerintah telah menjalin kerja sama dengan negara bersangkutan untuk melacak keberadaan seseorang.
"Itu kan yuridiksi negara lain. Kami enggak bisa melihatnya, kecuali orang itu keluar masuk Indonesia. Nah itu baru bisa kami lihat. Kami punya data perlintasannya. Negara lain kan bukan yuridiksi kami lagi. Kecuali kami bekerjasama," kata Heru saat ditemui
Metrotvnews.com di Gedung Direktorat Jenderal Imigrasi, Kemenkumham, Jalan H.R. Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis (28/1/2016).
Saat ditanya soal kapan waktu pasti Bahrun Naim meninggalkan Indonesia dan kemana tujuannya, Heru enggan mengungkapkan. Dia hanya menegaskan bahwa Imigrasi mengantongi data kepergian Bahrun Naim.
"Ada di kami datanya, kan teman-teman wartawan sudah punya paspornya, foto kopi paspornya kan. Saya saja dapat foto kopi paspornya dari teman-teman wartawan," ujar dia. Paspor Bahrun Naim dipastikan asli, diterbitkan pada 23 Desember 2014 dan masa berlakunya habis 23 Desember 2019.
Bahrun Naim pernah ditangkap Densus 88 Antiteror Polri pada 2010 di rumah kontrakannya di Kampung Mertrodanan RT 02/03 Semanggi, Pasar Kliwon, Solo, Jawa Tengah.
Bahrun Naim ditangkap tak jauh dari rumah sendiri di RT 01/01, Kelurahan Sangkrah, Pasar Kliwon, Solo, Jawa Tengah. Saat itu, Bahrun Naim berprofesi sebagai teknisi komputer dan internet. Polisi menyita dua kotak amunisi jenis peluru AK 349, enam CPU, sarung senjata api, satu laptop, sejumlah keping CD, serta buku-buku ikut diamankan.
Atas kepemilikan ribuan amunisi senjata api berbagai jenis pada 2010 itu Bahrun Naim divonis 2,5 tahun penjara. Dia meringkuk di lapas sejak Juni 2011 hingga Juni 2012.
Setelah lama tak terdengar, Bahrun Naim diketahui berada di Suriah bergabung dengan kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Dia diketahui pergi meninggalkan Indonesia sekira Desember 2014-Januari 2015.
Kapolri Jenderal Badrodin Haiti mengungkapkan bahwa ada pendanaan yang mengalir dari Suriah untuk bom Thamrin. Dana itu diduga mengalir dari Bahrun Naim yang disebut berada di Rakha, Suriah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(KRI)