medcom.id, Kotawaringin Barat: Terik berganti hujan terus membungkus Pangkalan Udara Iskandar, Pangkalan Bun siang ini. Banyak orang dengan mengenakan berbagai macam seragam instansi sibuk lalu lalang mengerjakan tugas masing-masing, dan sesekali saling lempar senyum. Pemandangan ini tak akan terlihat tiga belas hari yang lalu.
Dahulu tak banyak orang yang mengenal Pangkalan Udara Iskandar, Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat. Namun kejadian nahas yang menimpa Pesawat AirAsia QZ8501 Minggu 28 Desember lalu, membuat 'lampu panggung' menyoroti pangkalan udara ini.
Padahal, sejarah yang kuat melekat dalam pemberian nama Pangkalan Udara ini. Pasukan penerjun melakukan penerjunan pertama kali di wilayah ini, 17 Oktober 1947 tiga belas orang penerjun melakukan penerjunan dan mendarat di Desa Sambi, meleset beberapa kilometer dari titik target penerjunan. Terjun dengan pesawat jenis Dakota, penerjunan dipimpin salah satu putra Kalimantan, Tjilik Riwut. Tiga belas orang ini diminta untuk mendirikan stasiun radio yang digunakan untuk menyebarkan informasi kemerdekaan republik hingga pelosok daerah di Indonesia.
Setelah selesai mendirikan stasiun radio, 13 penerjun pun bergerilya di hutan Kalimantan. Setelah lama bergerilya, pertempuran dengan tentara Jepang pun tak dapat dielakkan. Tiga orang dari 13 penerjun tertembak, sementara 10 diantaranya ditangkap.
"Salah satu yang tertembak namanya Iskandar, itu makanya diabadikan nama pangkalan udara dan jalan. Sisanya tertangkap, saat penyerahan kembali Indonesia dibebaskan orang," kata Danlanud Letnan Kolonel Penerbang Jhonson Simatupang saat berbincang dengan Metrotvnews.com di Pangkalan Udara Iskandar, Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat, Kamis (8/1/2015).
Pangkalan Udara dengan luas sekitar 3000 hektar ini bisa dikatakan luas untuk ukuran sebuah pangkalan udara. Hanya saja, dari total luas kawasan hanya 200 hektar yang menjadi wilayah pangkalan udara. Sisanya masih berstatus sebagai hutan kota yang terus dipelihara pangkalan udara dan pemerintah kabupaten.
Pangkalan Udara tipe C ini tak punya alutsista, status pangkalan aju membuat pangkalan ini berfungsi untuk membantu penerbangan yang dilakukan TNI. Pasukan Khas (Paskhas) pun tak ada, Lapangan Udara Iskandar hanya memiliki Bawah Kendali Operasi (BKO) dari Palangkaraya. "Kalau tidak darurat, Danlanud saja cukup," tambah Jhonson.
Kini, Pangkalan Udara ini tak lagi sepi, lampu sudah mulai menyoroti pangkalan udara yang mengadopsi nama penerjun pertama ini dengan banyaknya aktivitas pencarian penumpang dan badan pesawat AirAsia QZ8501. Tak seperti dulu, bahkan anggota TNI pun tak tahu Pangkalan Udara Iskandar ada atau tidak. "Tidak semua anggota TNI tahu dan pernah melihat lanud Iskandar ini," jelas Jhonson sembari tersenyum.
medcom.id, Kotawaringin Barat: Terik berganti hujan terus membungkus Pangkalan Udara Iskandar, Pangkalan Bun siang ini. Banyak orang dengan mengenakan berbagai macam seragam instansi sibuk lalu lalang mengerjakan tugas masing-masing, dan sesekali saling lempar senyum. Pemandangan ini tak akan terlihat tiga belas hari yang lalu.
Dahulu tak banyak orang yang mengenal Pangkalan Udara Iskandar, Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat. Namun kejadian nahas yang menimpa Pesawat AirAsia QZ8501 Minggu 28 Desember lalu, membuat 'lampu panggung' menyoroti pangkalan udara ini.
Padahal, sejarah yang kuat melekat dalam pemberian nama Pangkalan Udara ini. Pasukan penerjun melakukan penerjunan pertama kali di wilayah ini, 17 Oktober 1947 tiga belas orang penerjun melakukan penerjunan dan mendarat di Desa Sambi, meleset beberapa kilometer dari titik target penerjunan. Terjun dengan pesawat jenis Dakota, penerjunan dipimpin salah satu putra Kalimantan, Tjilik Riwut. Tiga belas orang ini diminta untuk mendirikan stasiun radio yang digunakan untuk menyebarkan informasi kemerdekaan republik hingga pelosok daerah di Indonesia.
Setelah selesai mendirikan stasiun radio, 13 penerjun pun bergerilya di hutan Kalimantan. Setelah lama bergerilya, pertempuran dengan tentara Jepang pun tak dapat dielakkan. Tiga orang dari 13 penerjun tertembak, sementara 10 diantaranya ditangkap.
"Salah satu yang tertembak namanya Iskandar, itu makanya diabadikan nama pangkalan udara dan jalan. Sisanya tertangkap, saat penyerahan kembali Indonesia dibebaskan orang," kata Danlanud Letnan Kolonel Penerbang Jhonson Simatupang saat berbincang dengan
Metrotvnews.com di Pangkalan Udara Iskandar, Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat, Kamis (8/1/2015).
Pangkalan Udara dengan luas sekitar 3000 hektar ini bisa dikatakan luas untuk ukuran sebuah pangkalan udara. Hanya saja, dari total luas kawasan hanya 200 hektar yang menjadi wilayah pangkalan udara. Sisanya masih berstatus sebagai hutan kota yang terus dipelihara pangkalan udara dan pemerintah kabupaten.
Pangkalan Udara tipe C ini tak punya alutsista, status pangkalan aju membuat pangkalan ini berfungsi untuk membantu penerbangan yang dilakukan TNI. Pasukan Khas (Paskhas) pun tak ada, Lapangan Udara Iskandar hanya memiliki Bawah Kendali Operasi (BKO) dari Palangkaraya. "Kalau tidak darurat, Danlanud saja cukup," tambah Jhonson.
Kini, Pangkalan Udara ini tak lagi sepi, lampu sudah mulai menyoroti pangkalan udara yang mengadopsi nama penerjun pertama ini dengan banyaknya aktivitas pencarian penumpang dan badan pesawat AirAsia QZ8501. Tak seperti dulu, bahkan anggota TNI pun tak tahu Pangkalan Udara Iskandar ada atau tidak. "Tidak semua anggota TNI tahu dan pernah melihat lanud Iskandar ini," jelas Jhonson sembari tersenyum.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id(YDH)