medcom.id, Jakarta: Badan Restorasi Gambut menyiapkan langkah agar tak ada lagi kebakaran di lahan gambut. Salah satunya dengan memantau kekeringan lahan gambut dari bahan tanah.
"Kami sedang kembangkan peralatan untuk mengukur tingkat kekeringan gambut," kata Kepala Badan Restorasi Gambut Nazir Foead di Kantor Wakil Presiden, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Rabu (24/8/2016).
Menurut dia, alat itu akan ditanam di dalam tanah untuk mengukur naik turun air di permukaan gambut. Alat ini juga mencatat kekeringan dan kebasahan gambut sehingga dapat membantu peringatan dini kebakaran.
Langkah ini, kata dia, akan membantu Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) yang memantau cuaca dalam mencegah kebakaran. Dengan demikian, kebakaran bisa dicegah lebih baik.
"Misalkan di spot ini, wah ini gambutnya sudah sangat kering, BMKG bilang dua minggu ke depan tidak ada hujan, harus segera gelar dikeroyok supaya tidak ada api karena kalau ada api bahan bakarnya sudah sangat sempurna," jelas dia.
Bila gambut mulai kering, nantinya lahan akan dibasahkan sedangkan membuat sumur bor yang mampu menyemburkan air 4 liter per detik. Langkah ini, kata dia, lebih efektif dibandingkan menunggu mobil pemadam kebakaran.
"Damkar itu kan lima ribu liter, datang sampai titik api butuh waktu hampir 1 jam. Habis itu kan harus kembali, ngisi airnya 45 menit, balik lagi. Jadi perjamnya hanya 2 ribu liter, sementara kalau sumur dengan debit 4 liter per detik, itu berarti 14.400 liter air per jam, dan konstan," pungkas Nazir.
medcom.id, Jakarta: Badan Restorasi Gambut menyiapkan langkah agar tak ada lagi kebakaran di lahan gambut. Salah satunya dengan memantau kekeringan lahan gambut dari bahan tanah.
"Kami sedang kembangkan peralatan untuk mengukur tingkat kekeringan gambut," kata Kepala Badan Restorasi Gambut Nazir Foead di Kantor Wakil Presiden, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Rabu (24/8/2016).
Menurut dia, alat itu akan ditanam di dalam tanah untuk mengukur naik turun air di permukaan gambut. Alat ini juga mencatat kekeringan dan kebasahan gambut sehingga dapat membantu peringatan dini kebakaran.
Langkah ini, kata dia, akan membantu Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) yang memantau cuaca dalam mencegah kebakaran. Dengan demikian, kebakaran bisa dicegah lebih baik.
"Misalkan di spot ini, wah ini gambutnya sudah sangat kering, BMKG bilang dua minggu ke depan tidak ada hujan, harus segera gelar dikeroyok supaya tidak ada api karena kalau ada api bahan bakarnya sudah sangat sempurna," jelas dia.
Bila gambut mulai kering, nantinya lahan akan dibasahkan sedangkan membuat sumur bor yang mampu menyemburkan air 4 liter per detik. Langkah ini, kata dia, lebih efektif dibandingkan menunggu mobil pemadam kebakaran.
"Damkar itu kan lima ribu liter, datang sampai titik api butuh waktu hampir 1 jam. Habis itu kan harus kembali, ngisi airnya 45 menit, balik lagi. Jadi perjamnya hanya 2 ribu liter, sementara kalau sumur dengan debit 4 liter per detik, itu berarti 14.400 liter air per jam, dan konstan," pungkas Nazir.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MBM)