medcom.id, Jakarta: Wakil Presiden Jusuf Kalla tak yakin ada anak Indonesia yang dikirim ke Suriah untuk pelatihan militer. Anak-anak yang ditampilkan dalam video mendapatkan pendidikan militer dari tentara Islamic State Iraq and Syria (ISIS) belum tentu anak Indonesia.
"Tidak bisa memberikan satu indikasi bahwa itu adalah anak-anak kita (Indonesia). Saya tidak yakin anak-anak kecil dikirim ke Timur Tengah, tidak yakin," kata Kalla di Istana Wakil Presiden, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Jumat (20/5/2016).
Pemerintah belum mengambil sikap terkait video yang beredar itu. Kalla meragukan keaslian video itu. Kalla menyebut aksi tersebut sebagai propaganda dari beberapa pihak.
"Apa susahnya kumpulkan anak-anak kasih senjata AK (Avtomat Kalashnikova 1947) atau replika mainan. Itu hanya propaganda. Saya tidak yakin anak-anak kita seperti itu," ujarnya.
Dua video berdurasi 3 menit dan 15 menit itu menampilkan anak-anak berumur sekitar 8 - 10 tahun sdang belajar baris-berbaris. Mereka diajarkan menggunakan senjata api. Beberapa anak juga memberikan pernyataan, baik dalam bahasa Arab dan Indonesia. Pada akhir video, terlihat mereka membakar paspor yang diduga paspor Indonesia.
Kepolisian RI November tahun lalu mencatat ada sebanyak 384 warga negara Indonesia yang dikonfirmasi telah bergabung dengan ISIS. Sebanyak 46 di antaranya telah kembali ke tanah air dan dalam pengawasan kepolisian.
medcom.id, Jakarta: Wakil Presiden Jusuf Kalla tak yakin ada anak Indonesia yang dikirim ke Suriah untuk pelatihan militer. Anak-anak yang ditampilkan dalam video mendapatkan pendidikan militer dari tentara Islamic State Iraq and Syria (ISIS) belum tentu anak Indonesia.
"Tidak bisa memberikan satu indikasi bahwa itu adalah anak-anak kita (Indonesia). Saya tidak yakin anak-anak kecil dikirim ke Timur Tengah, tidak yakin," kata Kalla di Istana Wakil Presiden, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Jumat (20/5/2016).
Pemerintah belum mengambil sikap terkait video yang beredar itu. Kalla meragukan keaslian video itu. Kalla menyebut aksi tersebut sebagai propaganda dari beberapa pihak.
"Apa susahnya kumpulkan anak-anak kasih senjata AK (Avtomat Kalashnikova 1947) atau replika mainan. Itu hanya propaganda. Saya tidak yakin anak-anak kita seperti itu," ujarnya.
Dua video berdurasi 3 menit dan 15 menit itu menampilkan anak-anak berumur sekitar 8 - 10 tahun sdang belajar baris-berbaris. Mereka diajarkan menggunakan senjata api. Beberapa anak juga memberikan pernyataan, baik dalam bahasa Arab dan Indonesia. Pada akhir video, terlihat mereka membakar paspor yang diduga paspor Indonesia.
Kepolisian RI November tahun lalu mencatat ada sebanyak 384 warga negara Indonesia yang dikonfirmasi telah bergabung dengan ISIS. Sebanyak 46 di antaranya telah kembali ke tanah air dan dalam pengawasan kepolisian.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FZN)