Jakarta: Pengadaan vaksin virus covid-19 dipertanyakan karena dianggap tergesa-gesa. Muncul kecurigaan adanya kepentingan bisnis dalam pengadaan vaksin tersebut.
"Ini seakan-akan deal-deal bisnis. Mau beli vaksin di perusahaan tertentu dijual ke Indonesia untuk (kelompok) masyarakat ini pakai yang ini dan yang lain beda," kata Epidemiolog Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI), Pandu Riono, dalam program Crosscheck #FromHome by Medcom.id bertajuk 'Tergesa Vaksin, Berani Jamin?', Minggu, 25 Oktober 2020.
Pandu mempertanyakan banyaknya jumlah kandidat vaksin yang bakal didatangkan pemerintah. Padahal belum diketahui pula vaksin dari produsen mana yang bakal disuntikkan pada kelompok di tahap awal ini.
"Belum tahu (vaksin) mana yang mau dipakai (tapi) kenapa semua vaksin mau dibeli? Kita mau bikin toko atau kafetaria vaksin kan apa gimana gitu? Semua pabrik vaksin didatengin," ucap Pandu.
Baca: Epidemiolog: Fase 3 Bukan Tahap Akhir Uji Vaksin Covid-19
Anehnya, lanjut Pandu, vaksin yang dipesan justru diproyeksikan untuk diberikan ke semua penduduk dengan berpegangan penggunaan situasi darurat atau emergency use authorization (EUA). Kemudian ada pertimbangan rakyat yang mampu untuk membeli vaksin.
Padahal vaksin punya kemampuan yang berbeda-beda. Kondisi lingkungan hingga gaya hidup seseorang yang berbeda juga memengaruhi efektivitas penggunaan vaksin.
"Banyak sekali kandidat vaksin yang cara pembuatannya dan pemberiannya beda. Ada yang 2 kali, 1 kali dan kenapa menggunakan itu? Tentu ada alasan alasan ilmiah yang tidak mudah dipahami oleh setiap orang. Apalagi bukan orang kesehatan," ujar Pandu.
Indonesia akan kedatangan total 9,1 juta vaksin covid-19 dari tiga produsen berbeda asal Tiongkok yakni Sinovac, Sinophram, dan CanSino. Vaksin tersebut akan hadir di Indonesia secara bertahap November hingga Desember 2020.
Vaksin tahap awal tersebut akan diprioritaskan untuk tenaga kesehatan. Selain itu, vaksin juga dikhususkan bagi warga berusia 18-59 tahun.
Jakarta: Pengadaan vaksin virus
covid-19 dipertanyakan karena dianggap tergesa-gesa. Muncul kecurigaan adanya kepentingan bisnis dalam pengadaan vaksin tersebut.
"Ini seakan-akan
deal-deal bisnis. Mau beli vaksin di perusahaan tertentu dijual ke Indonesia untuk (kelompok) masyarakat ini pakai yang ini dan yang lain beda," kata Epidemiolog Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI), Pandu Riono, dalam program Crosscheck #FromHome by
Medcom.id bertajuk 'Tergesa Vaksin, Berani Jamin?', Minggu, 25 Oktober 2020.
Pandu mempertanyakan banyaknya jumlah kandidat
vaksin yang bakal didatangkan pemerintah. Padahal belum diketahui pula vaksin dari produsen mana yang bakal disuntikkan pada kelompok di tahap awal ini.
"Belum tahu (vaksin) mana yang mau dipakai (tapi) kenapa semua vaksin mau dibeli? Kita mau bikin toko atau kafetaria vaksin kan apa gimana gitu? Semua pabrik vaksin didatengin," ucap Pandu.
Baca:
Epidemiolog: Fase 3 Bukan Tahap Akhir Uji Vaksin Covid-19
Anehnya, lanjut Pandu, vaksin yang dipesan justru diproyeksikan untuk diberikan ke semua penduduk dengan berpegangan penggunaan situasi darurat atau
emergency use authorization (EUA). Kemudian ada pertimbangan rakyat yang mampu untuk membeli vaksin.
Padahal vaksin punya kemampuan yang berbeda-beda. Kondisi lingkungan hingga gaya hidup seseorang yang berbeda juga memengaruhi efektivitas penggunaan vaksin.
"Banyak sekali kandidat vaksin yang cara pembuatannya dan pemberiannya beda. Ada yang 2 kali, 1 kali dan kenapa menggunakan itu? Tentu ada alasan alasan ilmiah yang tidak mudah dipahami oleh setiap orang. Apalagi bukan orang kesehatan," ujar Pandu.
Indonesia akan kedatangan total 9,1 juta vaksin covid-19 dari tiga produsen berbeda asal Tiongkok yakni Sinovac, Sinophram, dan CanSino. Vaksin tersebut akan hadir di Indonesia secara bertahap November hingga Desember 2020.
Vaksin tahap awal tersebut akan diprioritaskan untuk tenaga kesehatan. Selain itu,
vaksin juga dikhususkan bagi warga berusia 18-59 tahun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(JMS)