medcom.id, Jakarta: Polri masih mendalami kasus Warga Negara Indonesia (WNI) yang dituding terlibat kegiatan kelompok militan Islamic State (ISIS). Polisi masih mencari fakta-fakta meski sudah mendapat beberapa informasi terkait WNI yang bekerja sebagai pilot AirAsia itu.
"Kami masih mendalami kasus itu. Kami bekerja sama dengan Detasemen Khusus dan Interpol," kata Kabareskrim Komjen Budi Waseso di Bareskrim Polri, Jakarta Selatan, Kamis (9/7/2015).
Polisi akan mendalami keterlibatan dua pilot tersebut dalam kegiatan ISIS. Polisi tak mau bertindak berdasarkan surat kaleng yang dipublikasikan melalui pemberitaan dan kabar angin.
"Fakta bergabung nya seperti apa? Bentuk wujudnya? Itu yang sedang kami dalami dan pantau terus," tegasnya.
Seperti diketahui, organisasi pemantau perekrutan militan asing, Institute for Policy Analysis of Conflict (IPAC), melaporkan adanya peningkatan tajam jumlah WNI yang bergabung dengan ISIS dalam beberapa bulan terakhir.
"Antara 1 Maret dan 1 Juni 2015, 44 WNI terbunuh di Suriah dan Irak," ucap Sidney Jones, Kepala IPAC di Jakarta, seperti dikutip The Intercept.
Pernyataan IPAC keluar setelah muncul kabar dua pilot Indonesia yang bergabung dengan ISIS. Dugaan ini muncul dalam laporan Kepolisian Federal Australia atau AFP, yang dibuat berdasarkan penyelidikan sejak September 2014.
Kedua pilot itu bernama Ridwan Agustin dan Tommy Hendratno. Ridwan dan istrinya diketahui sama-sama mantan pegawai maskapai AirAsia.
Sementara Tommy dikenal sebagai mantan pilot militer yang dilatih di Paris dan bekerja untuk sebuah sekolah penerbangan lokal.
Dari 44 WNI yang terbunuh dalam laporan IPAC, disebutkan salah satunya adalah teman Ridwan di Facebook, Heri Kustyanto. Kustyanto atau dikenal dengan Abu Azzam Qaswarah Al Indonesy, menurut laporan IPAC, adalah satu dari tiga WNI yang berlatih dalam pasukan elite ISIS.
medcom.id, Jakarta: Polri masih mendalami kasus Warga Negara Indonesia (WNI) yang dituding terlibat kegiatan kelompok militan Islamic State (ISIS). Polisi masih mencari fakta-fakta meski sudah mendapat beberapa informasi terkait WNI yang bekerja sebagai pilot AirAsia itu.
"Kami masih mendalami kasus itu. Kami bekerja sama dengan Detasemen Khusus dan Interpol," kata Kabareskrim Komjen Budi Waseso di Bareskrim Polri, Jakarta Selatan, Kamis (9/7/2015).
Polisi akan mendalami keterlibatan dua pilot tersebut dalam kegiatan ISIS. Polisi tak mau bertindak berdasarkan surat kaleng yang dipublikasikan melalui pemberitaan dan kabar angin.
"Fakta bergabung nya seperti apa? Bentuk wujudnya? Itu yang sedang kami dalami dan pantau terus," tegasnya.
Seperti diketahui, organisasi pemantau perekrutan militan asing, Institute for Policy Analysis of Conflict (IPAC), melaporkan adanya peningkatan tajam jumlah WNI yang bergabung dengan ISIS dalam beberapa bulan terakhir.
"Antara 1 Maret dan 1 Juni 2015, 44 WNI terbunuh di Suriah dan Irak," ucap Sidney Jones, Kepala IPAC di Jakarta, seperti dikutip
The Intercept.
Pernyataan IPAC keluar setelah muncul kabar dua pilot Indonesia yang bergabung dengan ISIS. Dugaan ini muncul dalam laporan Kepolisian Federal Australia atau AFP, yang dibuat berdasarkan penyelidikan sejak September 2014.
Kedua pilot itu bernama Ridwan Agustin dan Tommy Hendratno. Ridwan dan istrinya diketahui sama-sama mantan pegawai maskapai AirAsia.
Sementara Tommy dikenal sebagai mantan pilot militer yang dilatih di Paris dan bekerja untuk sebuah sekolah penerbangan lokal.
Dari 44 WNI yang terbunuh dalam laporan IPAC, disebutkan salah satunya adalah teman Ridwan di Facebook, Heri Kustyanto. Kustyanto atau dikenal dengan Abu Azzam Qaswarah Al Indonesy, menurut laporan IPAC, adalah satu dari tiga WNI yang berlatih dalam pasukan elite ISIS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FZN)