Jakarta: Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) membeberkan hasil survei penggunaan gawai pada anak. Hasilnya, 26 persen anak mengakses konten kekerasan melalui gawai.
"Konten seperti ini didapatkan dari gim online, tayangan di YouTube, TikTok, maupun aplikasi media sosial lainnya," ujar Ketua KPAI Susanto dalam diskusi Peringatan Hari Anak Nasional, Sabtu, 23 Juli 2022.
Survei KPAI, 36,5 persen anak menggunakan gadget satu hingga dua jam sehari di luar kepentingan belajar. Kemudian, 34,8 persen anak menggunakan gawai di luar kepentingan belajar hingga dua sampai lima jam. Lebih dari 5 jam sehari sebanyak 25,4 persen.
"Jika dikaitkan dengan kejahatan digital, kalau anak terlalu sering terpapar dengan dunia kekerasan, peperangan, itu rentan menjadi pelaku bully," terang dia.
Ia pun mengingatkan pentingnya edukasi dan pengawasan terhadap anak, utamanya terkait penggunaan gawai. Lama penggunaan gawai dinilai menentukan kepribadian anak.
"Beberapa kajian menyebutkan kepribadian anak itu terbentuk dari lingkungan, dan lingkungan itu bisa dibentuk dari manusia," ungkap dia.
Menurut dia, mau tidak mau memang anak zaman sekarang harus menggunakan gawai. Sebab, situasi pandemi covid-19 memaksa penggunaan gawai dalam berbagai kegiatan. Seiring dengan keterpaksaan itu, kasus-kasus kejahatan terhadap juga berubah polanya.
"Hal ini dimanfaatkan jaringan kejahatan digital untuk menyasar anak di ruang yang berbeda," kata Susanto. (Dinda Shabrina)
Jakarta: Komisi Perlindungan Anak Indonesia (
KPAI) membeberkan hasil survei penggunaan gawai pada anak. Hasilnya, 26 persen anak mengakses konten kekerasan melalui gawai.
"Konten seperti ini didapatkan dari gim online, tayangan di YouTube, TikTok, maupun aplikasi media sosial lainnya," ujar Ketua KPAI Susanto dalam diskusi Peringatan
Hari Anak Nasional, Sabtu, 23 Juli 2022.
Survei KPAI, 36,5 persen anak menggunakan gadget satu hingga dua jam sehari di luar kepentingan belajar. Kemudian, 34,8 persen anak menggunakan gawai di luar kepentingan belajar hingga dua sampai lima jam. Lebih dari 5 jam sehari sebanyak 25,4 persen.
"Jika dikaitkan dengan kejahatan digital, kalau anak terlalu sering terpapar dengan dunia kekerasan, peperangan, itu rentan menjadi pelaku
bully," terang dia.
Ia pun mengingatkan pentingnya edukasi dan pengawasan terhadap anak, utamanya terkait penggunaan gawai. Lama penggunaan gawai dinilai menentukan kepribadian anak.
"Beberapa kajian menyebutkan kepribadian anak itu terbentuk dari lingkungan, dan lingkungan itu bisa dibentuk dari manusia," ungkap dia.
Menurut dia, mau tidak mau memang anak zaman sekarang harus menggunakan gawai. Sebab, situasi
pandemi covid-19 memaksa penggunaan gawai dalam berbagai kegiatan. Seiring dengan keterpaksaan itu, kasus-kasus kejahatan terhadap juga berubah polanya.
"Hal ini dimanfaatkan jaringan kejahatan digital untuk menyasar anak di ruang yang berbeda," kata Susanto. (
Dinda Shabrina)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AGA)