medcom.id, Surabaya: Rumah Sakit Bhayangkara Polda Jatim menjadi tempat terakhir prosesi penanganan 162 korban pesawar AirAisa QZ8501.
Jenazah korban dari lokasi kecelakann dibawa ke daratan Pangkalan Bun di Kalimantan Tengah untuk diberikan kantung jenazah, lalu dibawa ke Bandara Juanda, Surabaya, Jawa Timur, dan kemudian dibawa ke RS Bhayangkara yang merupakan tempat identifikasi pencocokan DNA, sebelum nantinya diambil oleh keluarga untuk dikebumikan.
Hal itu diutarakan Kepala Bidang Kedokteran dan Kesehatan Polda Jawa Timur Budiyono. Menurutnya, seluruh aktivitas identifikasi korban AirAsia QZ8501 dilakukan di RS Bhayangkara Polda Jatim.
Semua fasilitas untuk prosesi identifikasi sampai kremasi seluruh penumpang dan kru penerbangan sudah siap, dengan seluruh fasilitas juga tenaga ahli forensik yang didatangkan dari Mabes Polri.
"Fasilitas yang sudap disiapkan untuk proses pencocokan DNA korban sudah siap seperti 170 ambulans, tim forensik dari Polri, 200 tempat penyimpanan jenazah dan lainnya sudah 100 persen siap," ungkap Budiyono yang juga menjabat kepala Disaster Victim Identification (DVI) Polda Jatim di Bandara Juanda, Surabaya, Rabu (31/12/2014).
Budi, panggilan akrab Budiyono, mengatakan bahwa persiapan berupa data primer untuk identifikasi sudah dilakukan berupa DNA keluarga paling dekat, sidik jari. Pada hari kedua proses pengumpulan data primer sudah berhasil dikumpulkan 30 DNA dari seluruh korban juga hampir 90 persen data sekunder berupa ciri-ciri korban.
"Tim DVI Polda Jatim telah mengumpulkan data ante mortem dan sampai malam tadi sudah 93 keluarga dan informasi itu harus dilengkapi data sekunder seperti foto korban dan medical report korban. Kemudian sudah 30 orang memberikan sampel DNA keluarga terdekat, jadi contohnya kalau anak maka yang diambil DNA dari orang tua korban," jelasnya.
Menurutnya, data primer merupakan data yang paling akurat dan menjadi landasan utama proses identifikasi. "Sebab untuk data sekunder itu hanya penyempurna saja. Sebab kondisi hampir semua jenazah korban sudah lebih 3 hari berada di dalam air, tetap bisa akurat dilacak oleh salah satu data primer itu," katanya.
Kemudian waktu yang dibutuhkan dalam prosesi identifikasi korban tidak bisa ditetapkan, sebab akurasi lebih diutamakan.
medcom.id, Surabaya: Rumah Sakit Bhayangkara Polda Jatim menjadi tempat terakhir prosesi penanganan 162 korban pesawar AirAisa QZ8501.
Jenazah korban dari lokasi kecelakann dibawa ke daratan Pangkalan Bun di Kalimantan Tengah untuk diberikan kantung jenazah, lalu dibawa ke Bandara Juanda, Surabaya, Jawa Timur, dan kemudian dibawa ke RS Bhayangkara yang merupakan tempat identifikasi pencocokan DNA, sebelum nantinya diambil oleh keluarga untuk dikebumikan.
Hal itu diutarakan Kepala Bidang Kedokteran dan Kesehatan Polda Jawa Timur Budiyono. Menurutnya, seluruh aktivitas identifikasi korban AirAsia QZ8501 dilakukan di RS Bhayangkara Polda Jatim.
Semua fasilitas untuk prosesi identifikasi sampai kremasi seluruh penumpang dan kru penerbangan sudah siap, dengan seluruh fasilitas juga tenaga ahli forensik yang didatangkan dari Mabes Polri.
"Fasilitas yang sudap disiapkan untuk proses pencocokan DNA korban sudah siap seperti 170 ambulans, tim forensik dari Polri, 200 tempat penyimpanan jenazah dan lainnya sudah 100 persen siap," ungkap Budiyono yang juga menjabat kepala Disaster Victim Identification (DVI) Polda Jatim di Bandara Juanda, Surabaya, Rabu (31/12/2014).
Budi, panggilan akrab Budiyono, mengatakan bahwa persiapan berupa data primer untuk identifikasi sudah dilakukan berupa DNA keluarga paling dekat, sidik jari. Pada hari kedua proses pengumpulan data primer sudah berhasil dikumpulkan 30 DNA dari seluruh korban juga hampir 90 persen data sekunder berupa ciri-ciri korban.
"Tim DVI Polda Jatim telah mengumpulkan data ante mortem dan sampai malam tadi sudah 93 keluarga dan informasi itu harus dilengkapi data sekunder seperti foto korban dan
medical report korban. Kemudian sudah 30 orang memberikan sampel DNA keluarga terdekat, jadi contohnya kalau anak maka yang diambil DNA dari orang tua korban," jelasnya.
Menurutnya, data primer merupakan data yang paling akurat dan menjadi landasan utama proses identifikasi. "Sebab untuk data sekunder itu hanya penyempurna saja. Sebab kondisi hampir semua jenazah korban sudah lebih 3 hari berada di dalam air, tetap bisa akurat dilacak oleh salah satu data primer itu," katanya.
Kemudian waktu yang dibutuhkan dalam prosesi identifikasi korban tidak bisa ditetapkan, sebab akurasi lebih diutamakan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(LAL)