medcom.id, Jakarta: Indonesia berhadapan dengan kondisi dilematis, sebagai dampak globalisasi. Di satu sisi masyarakatnya harus adaptif terhadap perubahan dari luar, di sisi lainnya harus menanamkan semangat nasionalisme.
"Situasi itu harus makin menguatkan kecintaan kepada pilar-pilar bangsa," kata Ketua Umum Pimpinan Pusat Kolektif Kosgoro 1957, Agung Laksono dalam seminar "Memotret Nasionalisme Baru Indonesia" di Balai Kartini, Rabu 14 Juni 2017.
Interaksi global, tuntutan sosial, ekonomi dan politik menjadi elemen di dalamnya. Hal itu mempengaruhi pergeseran cara pandang kehidupan kebangsaan.
Adapun Agung menyebut proses seperti ini memang tak bisa ditawar. Semua aspek mau tak mau ikut arus dan menjadi bagian di dalam perubahan tersebut.
Namun, yang harus disadari adalah bagaimana Indonesia mempertahankan ideologinya. Meskipun tanpa menafikan sinergi global antarnegara dan bangsa.
"Jati diri kebangsaan tetap harus dijaga, karena itulah yang menjadi modal dasar menjamin eksistensi Indonesia," kata Agung.
Inilah yang disebut sebagai nasionalisme baru Indonesia, yakni sebuah landasan yang dibangun dengan prinsip rasional dan terbuka. Namun tetap kokoh menjaga jati diri bangsa.
"Intinya paham kebangsaan Pancasila tidak mempertentangkan antara nasionalisme dengan interaksi global. Melainkan mensinergikan mendayagunakannya untuk kepentingan nasional," pungkas Agung.
medcom.id, Jakarta: Indonesia berhadapan dengan kondisi dilematis, sebagai dampak globalisasi. Di satu sisi masyarakatnya harus adaptif terhadap perubahan dari luar, di sisi lainnya harus menanamkan semangat nasionalisme.
"Situasi itu harus makin menguatkan kecintaan kepada pilar-pilar bangsa," kata Ketua Umum Pimpinan Pusat Kolektif Kosgoro 1957, Agung Laksono dalam seminar "Memotret Nasionalisme Baru Indonesia" di Balai Kartini, Rabu 14 Juni 2017.
Interaksi global, tuntutan sosial, ekonomi dan politik menjadi elemen di dalamnya. Hal itu mempengaruhi pergeseran cara pandang kehidupan kebangsaan.
Adapun Agung menyebut proses seperti ini memang tak bisa ditawar. Semua aspek mau tak mau ikut arus dan menjadi bagian di dalam perubahan tersebut.
Namun, yang harus disadari adalah bagaimana Indonesia mempertahankan ideologinya. Meskipun tanpa menafikan sinergi global antarnegara dan bangsa.
"Jati diri kebangsaan tetap harus dijaga, karena itulah yang menjadi modal dasar menjamin eksistensi Indonesia," kata Agung.
Inilah yang disebut sebagai nasionalisme baru Indonesia, yakni sebuah landasan yang dibangun dengan prinsip rasional dan terbuka. Namun tetap kokoh menjaga jati diri bangsa.
"Intinya paham kebangsaan Pancasila tidak mempertentangkan antara nasionalisme dengan interaksi global. Melainkan mensinergikan mendayagunakannya untuk kepentingan nasional," pungkas Agung.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(HUS)