medcom.id, Jakarta: Masalah impor garam belakangan ini menjadi sorotan, sebab nyatanya produksi mineral bahan pangan itu melimpah di tanah air. Indonesia juga berada dalam posisi mendorong peningkatan produksi garam.
"Soal produktifitas lebih meningkat dibanding 2011, dulu hanya 67 ton per hektar, sekarang sudah 112 ton lebih. Berarti kan ada teknologi yang efektif untuk bisa mendongkrak itu," kata Pakar Maritim dari IPB, Arief Satria dalam program Primetime News Metro TV, Rabu 2 Agustus 2017.
Arief menyebut, saat ini luas ladang garam di Tanah Air mencapai sekitar 26 ribu hektar dengan produksi sekira 2,9 juta ton, kurang lebih cukup memenuhi permintaan garam konsumsi. Adapun kebutuhan garam industri tidak bisa dipenuhi dengan pasokan tersebut.
Hal inilah yang menurut Arief menjadi penyebab maraknya impor garam, solusinya perlu kerja ekstra untuk memperluas ladang garam menjadi 2 kali lipat. "Barangkali kalau dilipatkan dua, kebutuhan garam industri yang 1,8 sampai 2 juta itu bisa tercover kita semua," jelas Arief.
Selain soal lahan, keinginan untuk impor didasari produksi yang belum mumpuni, terutama dari segi teknologi. Sebab garam produksi berbeda dengan industri, yang memiliki spesifikasi tertentu.
Misalnya untuk komponen dalam infus, membutuhkan molekul NaCl di garam sebesar 99 persen. Sementara garam yang diproduksi petani hanya memenuhi NaCl sekira 80% saja. "Sementara teknologi belum maksimal," pungkas Arief.
medcom.id, Jakarta: Masalah impor garam belakangan ini menjadi sorotan, sebab nyatanya produksi mineral bahan pangan itu melimpah di tanah air. Indonesia juga berada dalam posisi mendorong peningkatan produksi garam.
"Soal produktifitas lebih meningkat dibanding 2011, dulu hanya 67 ton per hektar, sekarang sudah 112 ton lebih. Berarti kan ada teknologi yang efektif untuk bisa mendongkrak itu," kata Pakar Maritim dari IPB, Arief Satria dalam program
Primetime News Metro TV, Rabu 2 Agustus 2017.
Arief menyebut, saat ini luas ladang garam di Tanah Air mencapai sekitar 26 ribu hektar dengan produksi sekira 2,9 juta ton, kurang lebih cukup memenuhi permintaan garam konsumsi. Adapun kebutuhan garam industri tidak bisa dipenuhi dengan pasokan tersebut.
Hal inilah yang menurut Arief menjadi penyebab maraknya impor garam, solusinya perlu kerja ekstra untuk memperluas ladang garam menjadi 2 kali lipat. "Barangkali kalau dilipatkan dua, kebutuhan garam industri yang 1,8 sampai 2 juta itu bisa tercover kita semua," jelas Arief.
Selain soal lahan, keinginan untuk impor didasari produksi yang belum mumpuni, terutama dari segi teknologi. Sebab garam produksi berbeda dengan industri, yang memiliki spesifikasi tertentu.
Misalnya untuk komponen dalam infus, membutuhkan molekul NaCl di garam sebesar 99 persen. Sementara garam yang diproduksi petani hanya memenuhi NaCl sekira 80% saja. "Sementara teknologi belum maksimal," pungkas Arief.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(DEN)