medcom.id, Jakarta: Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah menilai konstitusi Indonesia lebih canggih ketimbang Amerika Serikat. Indonesia cepat merespon dengan membuat aturan semua WNI berhak menjadi pejabat publik tanpa harus memerhatikan latar belakang suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA).
"Orang Amerika perlu sekitar 200 tahun menerima kulit hitam. Indonesia ini baru 16 tahun, semua orang sudah boleh jadi semua hal, dalam kelembagaan negara. Jadi, bangsa ini lebih canggih dari bangsa lain," kata Fahri di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (6/10/2016).
Dengan demikian, kata Fahri, siapa pun harus menyadari pertumbuhan demokrasi di Indonesia. Karena itu pula, lanjutnya, semua harus dapat menikmati demokrasi Indonesia, termasuk kelompok minoritas yang ingin menjadi pejabat publik.
Fahri menegaskan, kekhawatiran bukan lagi alasan. Ekspos berlebihan terhadap resistensi kelompok tertentu juga tidak perlu dilakukan.
Menurut Fahri, para calon pejabat publik cukup membuktikan kapabilitas dan integritasnya. Ketika rakyat memahami dan meyakini calon tersebut benar-benar unggul, maka dia pasti akan terpilih dan sebaliknya.
"Anda jadi pemimpin yang baik saja. Benar enggak Anda tidak korupsi. Begitu Anda masuk ruang publik, Anda punya semua orang, semua agama," tandas dia.
medcom.id, Jakarta: Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah menilai konstitusi Indonesia lebih canggih ketimbang Amerika Serikat. Indonesia cepat merespon dengan membuat aturan semua WNI berhak menjadi pejabat publik tanpa harus memerhatikan latar belakang suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA).
"Orang Amerika perlu sekitar 200 tahun menerima kulit hitam. Indonesia ini baru 16 tahun, semua orang sudah boleh jadi semua hal, dalam kelembagaan negara. Jadi, bangsa ini lebih canggih dari bangsa lain," kata Fahri di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (6/10/2016).
Dengan demikian, kata Fahri, siapa pun harus menyadari pertumbuhan demokrasi di Indonesia. Karena itu pula, lanjutnya, semua harus dapat menikmati demokrasi Indonesia, termasuk kelompok minoritas yang ingin menjadi pejabat publik.
Fahri menegaskan, kekhawatiran bukan lagi alasan. Ekspos berlebihan terhadap resistensi kelompok tertentu juga tidak perlu dilakukan.
Menurut Fahri, para calon pejabat publik cukup membuktikan kapabilitas dan integritasnya. Ketika rakyat memahami dan meyakini calon tersebut benar-benar unggul, maka dia pasti akan terpilih dan sebaliknya.
"Anda jadi pemimpin yang baik saja. Benar enggak Anda tidak korupsi. Begitu Anda masuk ruang publik, Anda punya semua orang, semua agama," tandas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(NIN)
