Posko pengungsi korban gempa di Bawean. Foto: Antara
Posko pengungsi korban gempa di Bawean. Foto: Antara

Banyak yang Trauma, Korban Gempa Bawean Butuh Pendamping Psikososial

Antara • 25 Maret 2024 09:26
Jakarta: Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menilai pendampingan psikososial menjadi kebutuhan mendesak untuk menyembuhkan rasa trauma para warga korban gempa di Kepulauan Bawean, Gresik, Jawa Timur. Sebagian besar korban yang menempati posko pengungsian mengalami trauma atas musibah gempa itu.
 
Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari mengungkapkan data termutakhir dari tim Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Timur mencatat total jumlah korban gempa di Bawean 17.644 orang. Sebanyak 6.277 orang di antaranya anak-anak, 2.534 orang lanjut usia, dan selebihnya berusia dewasa (17-55 tahun).
 
"Dari hasil asesmen diketahui bahwa warga mengungsi bukan karena rumah mereka rusak tapi karena faktor trauma gempa susulan," kata Muhari dalam keterangannya, Senin, 25 Maret 2024.

Merujuk catatan Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), setidaknya pada 22-23 Maret 2024 ada 149 kali guncangan gempa. Dua di antaranya memiliki kekuatan 5,9 magnitudo dan 6,4 magnitudo, yang berpusat di 36 kilometer arah barat Pulau Bawean, dan 126 kilometer dari Kota Tuban Jawa Timur.
 
Selain rentetan gempa susulan yang melanda Bawean, isu adanya tsunami yang sempat mencuat oleh pihak tak bertanggung jawab. Ini menjadi penyebab psikologis warga setempat terguncang.
 
Baca juga: Trauma, Warga Bawean Korban Gempa Memilih Bertahan di Pengungsian

Padahal, hasil analisis BMKG, gempa itu tidak berpotensi tsunami. Informasi ini juga langsung disosialisasikan secara masif ke seluruh masyarakat beberapa saat pasca gempa pertama.
 
Penjabat Gubernur Jawa Timur Adhy Karyoto mengaku telah memberangkatkan tim tenaga kesehatan sekaligus tim psikososial untuk mengurangi rasa trauma para korban gempa bumi di Pulau Bawean tersebut.
 
Hanya, perjalanan untuk menuju ke Pulau Bawean terbilang berat karena melintasi laut jawa. Sehingga, penyaluran semua bantuan untuk korban tergantung dengan kondisi lapangan dan kapal yang disiapkan.
 
"Sudah kami siapkan, menunggu kapal saja karena perjalanannya agak berat. Jadi akan ada logistik, dapur umum, personel Tagana, kesehatan, dan terakhir adalah tim psikososial," kata mantan Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Timur itu.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AGA)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan