medcom.id, Jakarta: Kekuatan armada laut yang mengevakuasi warga eks anggota Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) bertambah menjadi empat unit. TNI AL mengerahkan pula Kapal Republik Indonesia (KRI) Teluk Penyu untuk mengantar mereka yang belum terangkut.
"TNI AL menambah satu kapal pendarat, yaitu KRI Teluk Penyu, untuk mengangkut sisa (eks anggota) Gafatar," kata Kepala Dinas Penerangan TNI AL Laksamana Muda M Zainuddin, melalui pesan singkatnya, Rabu (27/1).
Dia mengungkapkan, saat ini eks anggota Gafatar yang belum terangkut sebanyak 984 orang. Posisi KRI berjenis kapal pendarat (landing ship tank/LST) itu sudah berangkat dari Surabaya, Selasa 26 Januari pukul 14.10 WIB.
"Saat ini KRI TPN (Teluk Penyu) lintas laut di Laut Jawa," imbuh Zainuddin.
Kapal buatan Korea-Tacoma SY, Korea Selatan, tahun 1981 ini memiliki dimensi 100 meter X 15.4 X 4.2 meter dan berbobot 3,770 ton. Dalam operasinya, kapal ini mampu membawa muatan sebanyak 1,800 kargo atau 690 ton.
Salah satu armada andalan operasi amfibi ini juga bisa memuat 17 tank setingkat tank tempur utama (main battle tank/MBT).
Sebelumnya, TNI AL sudah mengerahkan KRI Teluk Gilimanuk dan KRI Teluk Bone untuk mengevakuasi bekas anggota Gafatar ke daerah asal. Mereka akan ditampung di sejumlah tempat, seperti asrama haji dan rumah penampungan Dinas Sosial, untuk kemudian dikembalikan ke keluarga atau masyarakat dimana mereka tinggal sebelumnya.
Jumlah warga yang diungsikan dari Kalimantan Barat mencapai ribuan. Itu terdiri atas warga yang berasal dari Kabupaten Mempawah sebanyak 1.119 Jiwa (318 KK, 370 laki-Laki, 312 perempuan, dan 437 anak-anak); warga dari Kabupaten Kubu Raya sebanyak 186 jiwa (58 KK, meliputi 57 laki-laki dewasa, 64 perempuan, 65 anak-anak); warga dari Kabupaten Bengkayang, berjumblah 270 jiwa (64 KK); warga dari Kabupaten Kapuas Hulu sebanyak 104 orang (33 KK), warga dari Kabupaten Kayong Utara yang berjumlah 249 jiwa (69 KK).
medcom.id, Jakarta: Kekuatan armada laut yang mengevakuasi warga eks anggota Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) bertambah menjadi empat unit. TNI AL mengerahkan pula Kapal Republik Indonesia (KRI) Teluk Penyu untuk mengantar mereka yang belum terangkut.
"TNI AL menambah satu kapal pendarat, yaitu KRI Teluk Penyu, untuk mengangkut sisa (eks anggota) Gafatar," kata Kepala Dinas Penerangan TNI AL Laksamana Muda M Zainuddin, melalui pesan singkatnya, Rabu (27/1).
Dia mengungkapkan, saat ini eks anggota Gafatar yang belum terangkut sebanyak 984 orang. Posisi KRI berjenis kapal pendarat (landing ship tank/LST) itu sudah berangkat dari Surabaya, Selasa 26 Januari pukul 14.10 WIB.
"Saat ini KRI TPN (Teluk Penyu) lintas laut di Laut Jawa," imbuh Zainuddin.
Kapal buatan Korea-Tacoma SY, Korea Selatan, tahun 1981 ini memiliki dimensi 100 meter X 15.4 X 4.2 meter dan berbobot 3,770 ton. Dalam operasinya, kapal ini mampu membawa muatan sebanyak 1,800 kargo atau 690 ton.
Salah satu armada andalan operasi amfibi ini juga bisa memuat 17 tank setingkat tank tempur utama (main battle tank/MBT).
Sebelumnya, TNI AL sudah mengerahkan KRI Teluk Gilimanuk dan KRI Teluk Bone untuk mengevakuasi bekas anggota Gafatar ke daerah asal. Mereka akan ditampung di sejumlah tempat, seperti asrama haji dan rumah penampungan Dinas Sosial, untuk kemudian dikembalikan ke keluarga atau masyarakat dimana mereka tinggal sebelumnya.
Jumlah warga yang diungsikan dari Kalimantan Barat mencapai ribuan. Itu terdiri atas warga yang berasal dari Kabupaten Mempawah sebanyak 1.119 Jiwa (318 KK, 370 laki-Laki, 312 perempuan, dan 437 anak-anak); warga dari Kabupaten Kubu Raya sebanyak 186 jiwa (58 KK, meliputi 57 laki-laki dewasa, 64 perempuan, 65 anak-anak); warga dari Kabupaten Bengkayang, berjumblah 270 jiwa (64 KK); warga dari Kabupaten Kapuas Hulu sebanyak 104 orang (33 KK), warga dari Kabupaten Kayong Utara yang berjumlah 249 jiwa (69 KK).
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(KRI)