Jakarta: Grab telah mengakuisisi Uber kawasan Asia Tenggara untuk memperbesar bisnis perusahaan. Namun kebijakan itu tidak sepenuhnya disenangi para sopir (driver).
Driver Uber Indonesia yang terkena dampak akibat kebijakan itu mengeluhkan keputusan manajemen Uber. Salah satunya driver Uber yang ditemui tim Medcom.id adalah KS (inisial), ia mengungkapkan lebih senang menjadi driver Uber ketimbang Grab.
KS kerap mendapatkan cerita miring dari driver Grab. Salah satunya kebijakaan perusahaan yang dinilai memberatkan driver.
"Kalau saya sih enakan Uber kak. Kalau Grab, drivernya juga banyak ngeluh," kata KS kepada Medcom.id di Jakarta, Jumat 30 Maret 2018.
Senada dengan KS, driver Uber lainnya yaitu S (inisial) juga mengatakan hal yang sama. Ada beberapa kebijakan Grab yang memberatkan para driver.
Kebetulah, S tak hanya terdaftar sebagai driver Uber tapi juga Grab. Namun, ia lebih sering menggunakan aplikasi Uber karena kebijakan yang dinilai tak memberatkan.
"Pengennya sih enggak gabung. Saya juga punya dua aplikasi. Grab dan Uber. Tapi yang sering dipakai Uber. Kalau Grab aturannya banyak. Kalau Uber bebas," ujarnya.
S yang juga menjadi satpam salah satu perusahaan swasta di kawasan Pasar Minggu menuturkan, Grab mengharuskan driver menyetor sejumlah uang jika ingin mengambil penumpang. Sedangkan kebijakan manajemen Uber tak demikian.
"Grab kalau mau narik arus nyetor dulu baru bisa narik. Kalau Uber kan enggak," ungkapnya.
Seperti diketahui, dikutip dari laman resmi Grab.com, pada Maret 2018 lalu secara resmi Grab mengumumkan akusisi terhadap operasional Uber di Asia Tenggara. Kesepakatan tersebut merupakan yang terbesar yang pernah dijalin antara perusahaan internet di Asia Tenggara.
Grab akan mengintegrasikan bisnis layanan pemesanan kendaraan dan pesan-antar makanan milik Uber di kawasan Asia Tenggara ke platform transportasi multi-moda dan fintech yang telah dimiliki Grab.
Melalui penggabungan bisnis ini, Grab mengklaim akan menjadi mobile platform online-to-offline (O2O) nomor 1 di Asia Tenggara dan menjadi pemain utama dalam bisnis layanan pesan-antar makanan.
Jakarta: Grab telah mengakuisisi Uber kawasan Asia Tenggara untuk memperbesar bisnis perusahaan. Namun kebijakan itu tidak sepenuhnya disenangi para sopir (driver).
Driver Uber Indonesia yang terkena dampak akibat kebijakan itu mengeluhkan keputusan manajemen Uber. Salah satunya driver Uber yang ditemui tim Medcom.id adalah KS (inisial), ia mengungkapkan lebih senang menjadi driver Uber ketimbang Grab.
KS kerap mendapatkan cerita miring dari driver Grab. Salah satunya kebijakaan perusahaan yang dinilai memberatkan driver.
"Kalau saya sih enakan Uber kak. Kalau Grab, drivernya juga banyak ngeluh," kata KS kepada Medcom.id di Jakarta, Jumat 30 Maret 2018.
Senada dengan KS, driver Uber lainnya yaitu S (inisial) juga mengatakan hal yang sama. Ada beberapa kebijakan Grab yang memberatkan para driver.
Kebetulah, S tak hanya terdaftar sebagai driver Uber tapi juga Grab. Namun, ia lebih sering menggunakan aplikasi Uber karena kebijakan yang dinilai tak memberatkan.
"Pengennya sih enggak gabung. Saya juga punya dua aplikasi. Grab dan Uber. Tapi yang sering dipakai Uber. Kalau Grab aturannya banyak. Kalau Uber bebas," ujarnya.
S yang juga menjadi satpam salah satu perusahaan swasta di kawasan Pasar Minggu menuturkan, Grab mengharuskan driver menyetor sejumlah uang jika ingin mengambil penumpang. Sedangkan kebijakan manajemen Uber tak demikian.
"Grab kalau mau narik arus nyetor dulu baru bisa narik. Kalau Uber kan enggak," ungkapnya.
Seperti diketahui, dikutip dari laman resmi Grab.com, pada Maret 2018 lalu secara resmi Grab mengumumkan akusisi terhadap operasional Uber di Asia Tenggara. Kesepakatan tersebut merupakan yang terbesar yang pernah dijalin antara perusahaan internet di Asia Tenggara.
Grab akan mengintegrasikan bisnis layanan pemesanan kendaraan dan pesan-antar makanan milik Uber di kawasan Asia Tenggara ke platform transportasi multi-moda dan fintech yang telah dimiliki Grab.
Melalui penggabungan bisnis ini, Grab mengklaim akan menjadi
mobile platform online-to-offline (O2O) nomor 1 di Asia Tenggara dan menjadi pemain utama dalam bisnis layanan pesan-antar makanan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id(DRI)