medcom.id, Washington: Amerika Serikat menyebut pembantaian ratusan warga sipil di Sudan Selatan sebagai bentuk kejahatan keji dan mendesak adanya usaha penghentian aksi kekerasan di sana.
PBB mengatakan Senin kemarin bahwa pemberontak membantai masyarakat setelah menguasai kilang minyak di Bentiu. Mereka membunuh semua orang, tak terkecuali perempuan dan anak-anak di masjid, rumah sakit dan gereja.
Juru Bicara Pemberontak Lul Ruai Koang membantah pihaknya melakukan pembantaian. Ia menuding justru pasukan pemerintah yang berada di balik semua itu.
"Kami geram dengan adanya laporan pasukan Sudan Selatan yang tergabung dengan pemimpin pemberontak Riek Machar telah membantai ratusan orang tak bersalah pekan lalu di Bentiu," tutur Jubir Gedung Putih Jay Carney, Selasa (22/4/2014).
"Foto-foto pembantaian itu mengguncang akal sehat. Ada tumpukan jenazah di dalam masjid, pasien dibunuh di rumah sakit, dan puluhan lainnya ditembak mati di jalanan dan gereja. Mereka semua tewas semata-mata karena berasal dari etnis dan kewarganegaraan tertentu," tambah dia pada Reuters.
Pembantaian tersebut terjadi pekan lalu di Bentiu, Ibu Kota Sudan Selatan. Serangan yang ditujukan pada beberapa etnis tertentu itu seolah mengulang mimpi buruk dua dua dekade lalu di Rwanda. April ini, negara di timur Afrika itu telah memperingati peristiwa pembunuhan massal yang menelan korban hingga satu juta orang.
Ribuan orang terbunuh di Sudan Selatan sejak Desember tahun lalu. Kekerasan terus menyebar ke seluruh negeri, dalam bentrokan antara pasukan loyalis Presiden Salva Kiir dengan pemberontak yang dipimpin mantan wakil presiden Riek Machar.
medcom.id, Washington: Amerika Serikat menyebut pembantaian ratusan warga sipil di Sudan Selatan sebagai bentuk kejahatan keji dan mendesak adanya usaha penghentian aksi kekerasan di sana.
PBB mengatakan Senin kemarin bahwa pemberontak membantai masyarakat setelah menguasai kilang minyak di Bentiu. Mereka membunuh semua orang, tak terkecuali perempuan dan anak-anak di masjid, rumah sakit dan gereja.
Juru Bicara Pemberontak Lul Ruai Koang membantah pihaknya melakukan pembantaian. Ia menuding justru pasukan pemerintah yang berada di balik semua itu.
"Kami geram dengan adanya laporan pasukan Sudan Selatan yang tergabung dengan pemimpin pemberontak Riek Machar telah membantai ratusan orang tak bersalah pekan lalu di Bentiu," tutur Jubir Gedung Putih Jay Carney, Selasa (22/4/2014).
"Foto-foto pembantaian itu mengguncang akal sehat. Ada tumpukan jenazah di dalam masjid, pasien dibunuh di rumah sakit, dan puluhan lainnya ditembak mati di jalanan dan gereja. Mereka semua tewas semata-mata karena berasal dari etnis dan kewarganegaraan tertentu," tambah dia pada
Reuters.
Pembantaian tersebut terjadi pekan lalu di Bentiu, Ibu Kota Sudan Selatan. Serangan yang ditujukan pada beberapa etnis tertentu itu seolah mengulang mimpi buruk dua dua dekade lalu di Rwanda. April ini, negara di timur Afrika itu telah memperingati peristiwa pembunuhan massal yang menelan korban hingga satu juta orang.
Ribuan orang terbunuh di Sudan Selatan sejak Desember tahun lalu. Kekerasan terus menyebar ke seluruh negeri, dalam bentrokan antara pasukan loyalis Presiden Salva Kiir dengan pemberontak yang dipimpin mantan wakil presiden Riek Machar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WIL)