Jakarta: Kementerian Kesehatan (Kemenkes) fokus pada tiga hal dalam membangun ketahanan sistem kesehatan global, yakni, mobilisasi sumber daya keuangan untuk pencegahan, kesiapsiagaan, dan respons pandemi. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin akan memformalkan pembentukan dana persiapan pandemi.
"Jadi kalau ada pandemi lagi ke depannya harus ada cadangan dananya," kata Budi dalam keterangan tertulis, Selasa, 7 Juni 2022.
Begitu dana tersebut terbentuk, kata Budi, Kemenkes harus mencari cara bagaimana dana itu bisa digunakan untuk mengakses obat-obatan, vaksin, dan alat tes pandemi.
Fokus kedua membangun ketahanan sistem kesehatan global adalah mobilisasi sumber daya kesehatan esensial untuk pencegahan, kesiapsiagaan, dan respons pandemi.
"Harus dibangun struktur dan mekanisme untuk memobilisasi sumber daya secara cepat dan adil sehingga tindakan medis darurat dapat diakses oleh semua negara saat krisis kesehatan terjadi, baik saat ini maupun jika terjadi ancaman kesehatan lain di masa mendatang,” kata dia.
Usulan ini telah didukung sepenuhnya oleh negara-negara, seperti Italia, Tiongkok, Argentina, Korea, dan European Union. Amerika Serikat, India, Perancis, dan Afrika Selatan juga mendukung dengan sejumlah rekomendasi, seperti mekanisme pembiayaan yang lebih detail dan penekanan pada pentingnya keadilan akses pada tindakan medis esensial.
Baca: Formulasi Pembentukan Dana Persiapan Pandemi Ditargetkan September
Access to Covid-19 Tools (ACT) Accelerator yang diluncurkan pada April 2020 oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan para partner, menjadi wadah kolaborasi global yang inovatif.
"Perlu mengonsolidasikan dan memastikan model saat ini dapat diubah menjadi pendekatan yang lebih permanen, global, dan inklusif," ujar Budi.
Ketiga, optimalisasi pengawasan genomik dan penguatan mekanisme berbagi data terpercaya untuk memberikan insentif bagi kesehatan masyarakat global yang kuat.
Dengan menggunakan platform berbagi data universal (model GISAID+) memungkinkan semua negara G20 untuk berkomunikasi dan berbagi informasi dan data, tidak hanya untuk pandemi saat ini, tetapi pada patogen global lainnya yang memiliki potensi pandemi di masa depan.
Seluruh negara anggota juga mendukung usulan ini dengan beberapa rekomendasi dan klarifikasi agar tidak terjadi duplikasi pada upaya global. Perlu lebih detail dalam hal aksesibilitas, benefit, dan dampak bagi negara-negara.
Diharapkan dapat diperoleh persetujuan oleh seluruh negara anggota G20 untuk mengakui penggunaan GISAID sebagai platform universal.
"Kita mau memastikan ada persetujuan agar semua Lab di dunia bisa berbagi data patogen kalau ada pandemi berikutnya,” tutur Budi.
Sehingga, kalau ada pandemi berikutnya di negara lain sudah ada mekanisme untuk melaporkan data genom sequence dari patogen yang diberikan dari negara tersebut. Genome itu bisa berupa virus, bakteri, parasite.
Jakarta: Kementerian Kesehatan (
Kemenkes) fokus pada tiga hal dalam membangun ketahanan
sistem kesehatan global, yakni, mobilisasi sumber daya keuangan untuk pencegahan, kesiapsiagaan, dan respons
pandemi. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin akan memformalkan pembentukan dana persiapan pandemi.
"Jadi kalau ada pandemi lagi ke depannya harus ada cadangan dananya," kata Budi dalam keterangan tertulis, Selasa, 7 Juni 2022.
Begitu dana tersebut terbentuk, kata Budi, Kemenkes harus mencari cara bagaimana dana itu bisa digunakan untuk mengakses obat-obatan, vaksin, dan alat tes pandemi.
Fokus kedua membangun ketahanan sistem kesehatan global adalah mobilisasi sumber daya kesehatan esensial untuk pencegahan, kesiapsiagaan, dan respons pandemi.
"Harus dibangun struktur dan mekanisme untuk memobilisasi sumber daya secara cepat dan adil sehingga tindakan medis darurat dapat diakses oleh semua negara saat krisis kesehatan terjadi, baik saat ini maupun jika terjadi ancaman kesehatan lain di masa mendatang,” kata dia.
Usulan ini telah didukung sepenuhnya oleh negara-negara, seperti Italia, Tiongkok, Argentina, Korea, dan European Union. Amerika Serikat, India, Perancis, dan Afrika Selatan juga mendukung dengan sejumlah rekomendasi, seperti mekanisme pembiayaan yang lebih detail dan penekanan pada pentingnya keadilan akses pada tindakan medis esensial.
Baca:
Formulasi Pembentukan Dana Persiapan Pandemi Ditargetkan September
Access to Covid-19 Tools (ACT)
Accelerator yang diluncurkan pada April 2020 oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan para partner, menjadi wadah kolaborasi global yang inovatif.
"Perlu mengonsolidasikan dan memastikan model saat ini dapat diubah menjadi pendekatan yang lebih permanen, global, dan inklusif," ujar Budi.
Ketiga, optimalisasi pengawasan genomik dan penguatan mekanisme berbagi data terpercaya untuk memberikan insentif bagi kesehatan masyarakat global yang kuat.
Dengan menggunakan platform berbagi data universal (model GISAID+) memungkinkan semua negara G20 untuk berkomunikasi dan berbagi informasi dan data, tidak hanya untuk pandemi saat ini, tetapi pada patogen global lainnya yang memiliki potensi pandemi di masa depan.
Seluruh negara anggota juga mendukung usulan ini dengan beberapa rekomendasi dan klarifikasi agar tidak terjadi duplikasi pada upaya global. Perlu lebih detail dalam hal aksesibilitas, benefit, dan dampak bagi negara-negara.
Diharapkan dapat diperoleh persetujuan oleh seluruh negara anggota G20 untuk mengakui penggunaan GISAID sebagai platform universal.
"Kita mau memastikan ada persetujuan agar semua Lab di dunia bisa berbagi data patogen kalau ada pandemi berikutnya,” tutur Budi.
Sehingga, kalau ada pandemi berikutnya di negara lain sudah ada mekanisme untuk melaporkan data genom sequence dari patogen yang diberikan dari negara tersebut. Genome itu bisa berupa virus, bakteri, parasite.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AZF)