Jakarta: Forum Zakat mendorong penguatan ketersediaan oksigen untuk pasien covid-19 di Indonesia. Forum Zakat meminta pemerintah melakukan tiga langkah utama penguatan ketersediaan oksigen.
"Yang pertama, terkait oksigen generator, kedua pemerataan distribusi oksigen, dan terakhir pemerataan internal," kata Ketua Bidang 3 Kerja Sama dan Sinergi Forum Zakat, Zainal Abidin, dalam diskusi daring bertema Ruang Tengah: Oksigen untuk Rakyat, Bisakah? Jumat, 6 Agustus 2021
Zainal meyakini tiga langkah itu dapat memudahkan masyarakat menjangkau kebutuhan oksigen. Dengan begitu, permasalahan kelangkaan oksigen dapat teratasi.
Dia menyebut anggota Forum Zakat telah melakukan intervensi bantuan dengan dua skema. Yakni opsi tabung ready, yaitu memperbesar skala distribusi ke lebih banyak titik pengisian.
Kemudian, opsi tabung tidak ready. Skema itu dilakukan setup sentralisasi penanganan pasien di titik komunal melalui rumah isolasi dengan oksigen sentral dan suplay yang besar. Sehingga, oksigen dapat diakses dengan mudah dan tepat.
"Alhamdulillah saat ini organisasi pengelola zakat (OPZ) anggota Forum Zakat sudah melakukan dua skema ini dalam memberikan pelayanan ke masyarakat. Ini merupakan hasil kolaborasi yang cukup baik dan sudah sangat membantu, namun masih perlu untuk ditingkatkan kembali," tutur Zainal.
(Baca: Rumah Oksigen Gotong Royong Jaktim Siap Beroperasi)
Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan anggaran oksigen masih relatif kecil yaitu Rp0,37 triliun. Hal itu tidak sebanding dengan angka kasus covid-19 yang masih sangat tinggi.
"Itu salah satu masukan mungkin bisa didorong juga penyerapan dan penambahan anggaran untuk oksigen darurat," ujar Bhima.
Bhima berharap pemerintah segera membuat keputusan harga eceran tertinggi (HET) oksigen. Sebab, saat ini muncul oknum menjual oksigen dengan harga tidak wajar dengan banyaknya permintaan.
"Oksigen sekarang bisa dianggap sebagai kebutuhan pokok, maka ini perlu diatur," kata dia.
Wakil Sekretaris Jenderal Persatuan Rumah Sakit (RS) Indonesia, dr Rachmat Mulyana, juga mendorong pemerintah mengeluarkan keputusan terkait HET oksigen. HET dapat mengantisipasi penimbunan oksigen oleh oknum tidak bertanggung jawab.
"Jadi ketika ada lonjakan pasien yang mencapai lima kali lipat, produksi keteteran, dan terjadi antrean dari RS untuk pengisian distribusi oksigen," ujar dia.
Akibatnya, terjadi kekurangan pasokan oksigen di rumah sakit. Rachmat mengapresiasi Forum Zakat menyumbangkan oksigen ke rumah sakit.
"Memang RS merasa terbantu sekali dengan pengadaan bantuan oksigen oleh relawan-relawan salah satunya dari anggota Forum Zakat," ucap dia.
Jakarta: Forum Zakat mendorong penguatan ketersediaan
oksigen untuk
pasien covid-19 di Indonesia. Forum Zakat meminta pemerintah melakukan tiga langkah utama penguatan ketersediaan oksigen.
"Yang pertama, terkait oksigen generator, kedua pemerataan distribusi oksigen, dan terakhir pemerataan internal," kata Ketua Bidang 3 Kerja Sama dan Sinergi Forum Zakat, Zainal Abidin, dalam diskusi daring bertema Ruang Tengah: Oksigen untuk Rakyat, Bisakah? Jumat, 6 Agustus 2021
Zainal meyakini tiga langkah itu dapat memudahkan masyarakat menjangkau kebutuhan oksigen. Dengan begitu, permasalahan kelangkaan oksigen dapat teratasi.
Dia menyebut anggota Forum Zakat telah melakukan intervensi bantuan dengan dua skema. Yakni opsi tabung ready, yaitu memperbesar skala distribusi ke lebih banyak titik pengisian.
Kemudian, opsi tabung tidak ready. Skema itu dilakukan setup sentralisasi penanganan pasien di titik komunal melalui rumah isolasi dengan oksigen sentral dan suplay yang besar. Sehingga, oksigen dapat diakses dengan mudah dan tepat.
"Alhamdulillah saat ini organisasi pengelola zakat (OPZ) anggota Forum Zakat sudah melakukan dua skema ini dalam memberikan pelayanan ke masyarakat. Ini merupakan hasil kolaborasi yang cukup baik dan sudah sangat membantu, namun masih perlu untuk ditingkatkan kembali," tutur Zainal.
(Baca:
Rumah Oksigen Gotong Royong Jaktim Siap Beroperasi)
Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan anggaran oksigen masih relatif kecil yaitu Rp0,37 triliun. Hal itu tidak sebanding dengan angka kasus covid-19 yang masih sangat tinggi.
"Itu salah satu masukan mungkin bisa didorong juga penyerapan dan penambahan anggaran untuk oksigen darurat," ujar Bhima.
Bhima berharap pemerintah segera membuat keputusan harga eceran tertinggi (HET) oksigen. Sebab, saat ini muncul oknum menjual oksigen dengan harga tidak wajar dengan banyaknya permintaan.
"Oksigen sekarang bisa dianggap sebagai kebutuhan pokok, maka ini perlu diatur," kata dia.
Wakil Sekretaris Jenderal Persatuan Rumah Sakit (RS) Indonesia, dr Rachmat Mulyana, juga mendorong pemerintah mengeluarkan keputusan terkait HET oksigen. HET dapat mengantisipasi penimbunan oksigen oleh oknum tidak bertanggung jawab.
"Jadi ketika ada lonjakan pasien yang mencapai lima kali lipat, produksi keteteran, dan terjadi antrean dari RS untuk pengisian distribusi oksigen," ujar dia.
Akibatnya, terjadi kekurangan pasokan oksigen di rumah sakit. Rachmat mengapresiasi Forum Zakat menyumbangkan oksigen ke rumah sakit.
"Memang RS merasa terbantu sekali dengan pengadaan bantuan oksigen oleh relawan-relawan salah satunya dari anggota Forum Zakat," ucap dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)