Jakarta: Ahli Nutrisi dan Gizi, dr Tan Shot Yen, mengatakan khasiat susu beruang yang digembar-gembor bisa mengatasi covid-19, misleading atau menyesatkan. Bahkan, menurutnya, cenderung bersifat overclaim (diklaim berlebihan).
"Ada beberapa overclaim yang sebetulnya pemerintah mesti campur tangan. Artinya, orang-orang, termasuk industri yang melakukan overclaim itu, mesti disentil," kata Tan pada Program Selamat Pagi Indonesia Metro TV, Selasa, 7 Juli 2021.
Bila berbicara soal penyembuhan, yang dibutuhkan oleh tubuh justru merupakan pangan sehat yang bergizi lengkap. Di antaranya pemenuhan karbohidrat, protein yang cukup, lemak yang sehat, dan vitamin yang seimbang. Sementara, gizi dari susu tidak terbatas oleh satu merek tertentu.
Tan menilai fenomena viral penyerbuan susu beruang ini ditengarai karena masyarakat Indonesia masih kurang literasi. Asumsi yang terbentuk di masyarakat menjadikan susu ini minuman ajaib yang bisa mencegah infeksi virus. Padahal, kepatuhan pada protokol kesehatan lebih utama.
"Bahkan, kalau Anda lihat blognya Harvard University, di situ dikatakan Anda mau minum vitamin sampai satu genggam pun, tidak membuat orang menjadi lebih sehat. Apalagi mencegah dan mengobati. Untuk bisa menjadi sembuh, perjalanannya panjang. Nah, orang Indonesia lebih banyak bicara ke solusi, tidak ke evaluasi," ucapnya.
Dirinya menyayangkan kapasitas literasi Indonesia yang rendah ini justru menjadi kesempatan yang baik bagi pihak tertentu untuk mengambil kepentingan.
"Jangan sampai kita memborong sesuatu yang, maaf ya, 75 persen bahan bakunya impor dan diproduksi industri tertentu. Saya tidak anti-industri, cuma kalau begini kan negara kita hanya jadi konsumen, padahal negara kita ini sangat kaya," tutur Tan. (Mentari Puspadini)
Jakarta: Ahli Nutrisi dan Gizi, dr Tan Shot Yen, mengatakan khasiat susu beruang yang digembar-gembor bisa mengatasi covid-19,
misleading atau menyesatkan. Bahkan, menurutnya, cenderung bersifat
overclaim (diklaim berlebihan).
"Ada beberapa overclaim yang sebetulnya pemerintah mesti campur tangan. Artinya, orang-orang, termasuk industri yang melakukan overclaim itu, mesti disentil," kata Tan pada Program Selamat Pagi Indonesia
Metro TV, Selasa, 7 Juli 2021.
Bila berbicara soal penyembuhan, yang dibutuhkan oleh tubuh justru merupakan pangan sehat yang bergizi lengkap. Di antaranya pemenuhan karbohidrat, protein yang cukup, lemak yang sehat, dan vitamin yang seimbang. Sementara, gizi dari susu tidak terbatas oleh satu merek tertentu.
Tan menilai fenomena viral penyerbuan susu beruang ini ditengarai karena masyarakat Indonesia masih kurang literasi. Asumsi yang terbentuk di masyarakat menjadikan susu ini minuman ajaib yang bisa mencegah infeksi virus. Padahal, kepatuhan pada protokol kesehatan lebih utama.
"Bahkan, kalau Anda lihat blognya Harvard University, di situ dikatakan Anda mau minum vitamin sampai satu genggam pun, tidak membuat orang menjadi lebih sehat. Apalagi mencegah dan mengobati. Untuk bisa menjadi sembuh, perjalanannya panjang. Nah, orang Indonesia lebih banyak bicara ke solusi, tidak ke evaluasi," ucapnya.
Dirinya menyayangkan kapasitas literasi Indonesia yang rendah ini justru menjadi kesempatan yang baik bagi pihak tertentu untuk mengambil kepentingan.
"Jangan sampai kita memborong sesuatu yang, maaf ya, 75 persen bahan bakunya impor dan diproduksi industri tertentu. Saya tidak anti-industri, cuma kalau begini kan negara kita hanya jadi konsumen, padahal negara kita ini sangat kaya," tutur Tan.
(Mentari Puspadini) Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(UWA)