Jakarta: Selama dua bulan terakhir sedikitnya delapan kecelakaan konstruksi terjadi di berbagai titik pembangunan infrastruktur jalan.
Salah satu yang menyedot perhatian adalah ambruknya underpass Perimeter Selatan Bandara Soekarno-Hatta yang memakan korban jiwa dan bekisting pier head tol Becakayu yang melukai 7 orang pekerja.
Khusus insiden kecelakaan kerja di tol Becakayu, Pakar Konstruksi Mohammed Ale Berawi mengatakan kesalahan dalam proyek pengerjaan tersebut ada pada metode kerja.
"Secara teknologi dia bukan kategori teknologi tinggi karena menggunakan struktur sementara tapi secara dampak tetap bisa menyebabkan kecelakaan kerja tapi bukan kecelakaan berat," katanya, dalam Metro Siang, Rabu, 21 Februari 2018.
Ale mengatakan berbagai kecelakaan kerja dalam konstruksi infrastruktur erat kaitannya dengan rendahnya kualitas hasil pekerjaan. Jika dirunut, kesalahan konstruksi bisa terjadi sejak perencanaan sampai pemanfaatan produk.
Dari segi perencanaan, desain yang dibuat harus tepat sesuai perhitungan sehingga mampu menahan beban dan berfungsi sebagaimana yang direncanakan.
"Kalau dia under desain, bisa menghasilkan mutu yang rendah dan bisa menyebabkan kecelakaan kerja," katanya.
Kemudian pada tahap konstruksi yang berkaitan dengan material, peralatan kerja sampai dengan kompetensi sumber daya manusia harus dipastikan disiplin dan konsisten dijalankan sesuai dengan standar operasional prosedur.
Dalam kasus ambruknya bekisting pier head di proyek tol Becakayu, semestinya kata Ale, alat-alat yang digunakan seperti bekisting harus diperiksa lebih dulu untuk memastikan peralatan mampu dan cukup menahan beban, dalam hal ini semen basah.
"Kita sudah punya standar mutu material, SOP, ini harus dipastikan memang menghasilkan produk sesuai dengan beban dan fungsinya. Artinya cost efisiensi tidak mengurangi kualitas dan keselamatan kerja. Ini harus disepakati bersama sehingga kecelakaan konstruksi bisa diminimalisasi," jelasnya.
Jakarta: Selama dua bulan terakhir sedikitnya delapan kecelakaan konstruksi terjadi di berbagai titik pembangunan infrastruktur jalan.
Salah satu yang menyedot perhatian adalah ambruknya underpass Perimeter Selatan Bandara Soekarno-Hatta yang memakan korban jiwa dan bekisting
pier head tol Becakayu yang melukai 7 orang pekerja.
Khusus insiden kecelakaan kerja di tol Becakayu, Pakar Konstruksi Mohammed Ale Berawi mengatakan kesalahan dalam proyek pengerjaan tersebut ada pada metode kerja.
"Secara teknologi dia bukan kategori teknologi tinggi karena menggunakan struktur sementara tapi secara dampak tetap bisa menyebabkan kecelakaan kerja tapi bukan kecelakaan berat," katanya, dalam
Metro Siang, Rabu, 21 Februari 2018.
Ale mengatakan berbagai kecelakaan kerja dalam konstruksi infrastruktur erat kaitannya dengan rendahnya kualitas hasil pekerjaan. Jika dirunut, kesalahan konstruksi bisa terjadi sejak perencanaan sampai pemanfaatan produk.
Dari segi perencanaan, desain yang dibuat harus tepat sesuai perhitungan sehingga mampu menahan beban dan berfungsi sebagaimana yang direncanakan.
"Kalau dia under desain, bisa menghasilkan mutu yang rendah dan bisa menyebabkan kecelakaan kerja," katanya.
Kemudian pada tahap konstruksi yang berkaitan dengan material, peralatan kerja sampai dengan kompetensi sumber daya manusia harus dipastikan disiplin dan konsisten dijalankan sesuai dengan standar operasional prosedur.
Dalam kasus ambruknya bekisting
pier head di proyek tol Becakayu, semestinya kata Ale, alat-alat yang digunakan seperti bekisting harus diperiksa lebih dulu untuk memastikan peralatan mampu dan cukup menahan beban, dalam hal ini semen basah.
"Kita sudah punya standar mutu material, SOP, ini harus dipastikan memang menghasilkan produk sesuai dengan beban dan fungsinya. Artinya cost efisiensi tidak mengurangi kualitas dan keselamatan kerja. Ini harus disepakati bersama sehingga kecelakaan konstruksi bisa diminimalisasi," jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MEL)