medcom.id, Sampang: Ribuan santri dan muslim Madura menghadiri pemakaman KH Alawy Muhammad di pemakaman keluarga Pondok Pesantran Attaroki, Desa Karongan, Kabupaten Sampang Madura, Jawa Timur, Selasa (11/11/2014).
Ulama kharismatik tersebut meninggal pada Senin (10/11) di Rumah Sakit Pelabuhan Surabaya.
Menurut Nurullah, salah seorang kerabat Alawy, ulama yang namanya terkenal sejak kasus Nipah, Sampang, itu sudah sering sakit-sakitan sejak sebulan terakhir dan beberapa kali menjalani perawatan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sampang.
"Karena kondisinya yang kian menurun, beliau dirujuk ke Rumah Sakit Pelabuhan Surabaya dan meninggal di sana setelah mendapat perawatan di ruang ICU (Intensive Care Unit) ," katanya, Selasa (11/11).
Kabar wafatnya ulama kharismatik asal Sampang ini cepat menyebar ke masyarakat, baik ulama pengasuh pondok pesantren di Pulau Madura, maupun jajaran pengurus Partai Persatuan Pembangunan (PPP), karena KH Alawy merupakan tokoh yang dikenal getol berjuang di partai berasaskan Islam itu.
Ratusan personel kepolisian dikerahkan untuk mengamankan jalannya prosesi pemakaman, mulai dari saat jenazah disalatkan di masjid pesantren hingga penguburan jenazah.
Wakil Bupati Sampang Fadlilah Budiono mengatakan Kiai Alawy merupakan ulama yang terkenal dengan keberaniannya, bahkan menentang kebijakan pemerintah yang dinilai bertentangan dengan kepentingan masyarakat luas.
"Kami sangat kehilangan dengan meninggalnya beliau. Sebab, selama ini beliau menjadi tempat kami meminta pertimbangan untuk kebijakan-kebijakan yang akan ditetapkan," katanya.
Nama KH Alawy Muhammad mulai dikenal setelah terjadinya tragedi Nipah pada akhir 1993. Dia termasuk ulama yang getol membela petani yang tanahnya terkena rencana pembangunan Waduk Nipah di Kecamatan Banyuates, Sampang.
Dalam proses pembebasan tanah untuk pembangunan waduk yang akan menenggelamkan delapan desa itu, para pemilik tanah tidak dilibatkan, sehingga mereka menolak dan terjadi bentrok fisik antara warga dan pasukan TNI.
Pada Pemilu 1997, Alawy juga memprotes kecurangan pemilu oleh pemerintah. Ia juga dikenal sebagai ulama Madura pertama yang mewajibkan pemeluk Islam mempertahankan Pancasila sebagai dasar negara hingga titik darah penghabisan.
medcom.id, Sampang: Ribuan santri dan muslim Madura menghadiri pemakaman KH Alawy Muhammad di pemakaman keluarga Pondok Pesantran Attaroki, Desa Karongan, Kabupaten Sampang Madura, Jawa Timur, Selasa (11/11/2014).
Ulama kharismatik tersebut meninggal pada Senin (10/11) di Rumah Sakit Pelabuhan Surabaya.
Menurut Nurullah, salah seorang kerabat Alawy, ulama yang namanya terkenal sejak kasus Nipah, Sampang, itu sudah sering sakit-sakitan sejak sebulan terakhir dan beberapa kali menjalani perawatan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sampang.
"Karena kondisinya yang kian menurun, beliau dirujuk ke Rumah Sakit Pelabuhan Surabaya dan meninggal di sana setelah mendapat perawatan di ruang ICU (Intensive Care Unit) ," katanya, Selasa (11/11).
Kabar wafatnya ulama kharismatik asal Sampang ini cepat menyebar ke masyarakat, baik ulama pengasuh pondok pesantren di Pulau Madura, maupun jajaran pengurus Partai Persatuan Pembangunan (PPP), karena KH Alawy merupakan tokoh yang dikenal getol berjuang di partai berasaskan Islam itu.
Ratusan personel kepolisian dikerahkan untuk mengamankan jalannya prosesi pemakaman, mulai dari saat jenazah disalatkan di masjid pesantren hingga penguburan jenazah.
Wakil Bupati Sampang Fadlilah Budiono mengatakan Kiai Alawy merupakan ulama yang terkenal dengan keberaniannya, bahkan menentang kebijakan pemerintah yang dinilai bertentangan dengan kepentingan masyarakat luas.
"Kami sangat kehilangan dengan meninggalnya beliau. Sebab, selama ini beliau menjadi tempat kami meminta pertimbangan untuk kebijakan-kebijakan yang akan ditetapkan," katanya.
Nama KH Alawy Muhammad mulai dikenal setelah terjadinya tragedi Nipah pada akhir 1993. Dia termasuk ulama yang getol membela petani yang tanahnya terkena rencana pembangunan Waduk Nipah di Kecamatan Banyuates, Sampang.
Dalam proses pembebasan tanah untuk pembangunan waduk yang akan menenggelamkan delapan desa itu, para pemilik tanah tidak dilibatkan, sehingga mereka menolak dan terjadi bentrok fisik antara warga dan pasukan TNI.
Pada Pemilu 1997, Alawy juga memprotes kecurangan pemilu oleh pemerintah. Ia juga dikenal sebagai ulama Madura pertama yang mewajibkan pemeluk Islam mempertahankan Pancasila sebagai dasar negara hingga titik darah penghabisan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id(ADF)