Kamilus Tupen meraih penghargaan Special Achievement Svarna Bhumi Award 2025 (Foto: dok. Pupuk Indonesia)
Kamilus Tupen meraih penghargaan Special Achievement Svarna Bhumi Award 2025 (Foto: dok. Pupuk Indonesia)

Mengenal Kamilus Tupen, Sosok yang Rela Lepas Jabatan Manager Demi Membangun Pertanian Desa

Muhammad Syahrul Ramadhan • 26 Agustus 2025 20:57
Jakarta: PT Pupuk Indonesia (Persero) bersama Metro TV kembali menggelar Svarna Bhumi Award 2025. Penghargaan ini diberikan kepada para sosok pahlawan pangan.
 
Pada tahun ini Svarna Bhumi Award 2025 memberi Special Achievement kepada Kamilus Tupen, seorang petani pangan asal Adonara, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT). Tupen yang kini berusia 61 ini tumbuh dari keluarga petani dan menganggap ladang sebagai laboratorium hidupnya.
 
Sebelum terjun ke dunia pertanian ternyata Tupen pernah menjadi guru SMP. Saat itu ia mengajar mata pelajaran Fisika.

Tupen juga sempat merantau ke Malaysia. Di sana ia berhasil mencapai karier sebagai manager ekspedisi ekspor dan impor selama 10 tahun.
 
Namun di tengah pencapaian tersebut Tupen justru melepas jabatannya dan pulang kampung. Pada tahun 2000 ia kembali ke kampungnya untuk menjadi petani. Sejak 2004, dia mengolah lahan tandus di Desa Honihama, Pulau Adonara, Nusa Tenggara Timur.
 
Mengenal Kamilus Tupen, Sosok yang Rela Lepas Jabatan Manager Demi Membangun Pertanian Desa
(Kamilus Tupen menerima trofi Special Achievement Svarna Bhumi Award 2025. Foto: Pupuk Indonesia)
 
Pria lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) itu berhasil membuat tanah kembali subur menggunakan batang jagung musim panen sebelumnya sebagai humus. Ia menerapkan 
pertanian ramah lingkungan dengan tidak menggunakan metode bakar.
 
Berkat kegigihan dan pendekatan yang ramah lingkungan Kamilus berhasil menyulap semua lahan tidur menjadi lahan jagung yang produktif.  Namun, setelah semua lahan tidur sudah tergarap menjadi lahan jagung, sempat ada masalah yang muncul, over produksi jagung.
 
Tak hanya sampai di situ, Kamilus terus berinovasi dengan mendirikan mal ladang jagung pertama di Indonesia pada 2017. Ide mendirikan mal ladang jagung muncul saat sekelompok anak muda memetik jagung sendiri dan menikmati prosesnya.
 
Lagi-lagi tujuan Kamilus mendirikan mal jagung ini bukan untuk keuntungan dirinya sendiri. Mal jagung Bayolewun ini ia dirikan untuk untuk meningkatkan pendapatan petani dari hasil penjualan dan menarik generasi muda.
 
Kamilus melihat banyak orang merantau karena biaya hidupnya tidak tercukupi dari hasil ladang. Menurut dia, hal itu karena hasil ladang tidak simpan dan dihitung dengan benar. 
 
Setelah pola pikir masyarakat dan petani diubah, hasil ladang lebih menjanjikan. Harga jualnya sudah disepakati oleh semua petani peserta mal, yaitu Rp10 ribu untuk 3 tongkol jagung. Setiap petani menjualnya sendiri melalui satu pintu.
 
​Baca juga: 7 Sosok Inspiratif Pemenang Svarna Bhumi Award 2025

 
Sistemnya, pengunjung diberi keranjang anyaman lontar sebagai wadah penampung jagung yang dipetik. Pengunjung bebas memilih jumlah dan ukuran yang diinginkan. Setelah selesai, selayaknya swalayan, mereka membayar di meja kasir.
 
Pembayaran yang terpusat dan tanpa perantara bertujuan untuk memutus rantai distribusi. Selain itu, tersedia penjualan online dengan jasa ojek lokal. 
 
Terdapat tujuh varietas jagung manis yang dibagi menjadi tiga lantai berdasarkan ketinggian lahan. Selain mengajak generasi muda bertani, mal ladang jagung Bayolewun mengajak generasi muda merawat budaya leluhur melalui semangat gotong royong – disebut gemohing oleh penduduk setempat – dalam sistem koperasi, yakni Koperasi Tani Lewowerang.
 
Dalam kelompok gemohing, setiap anggota membantu anggota lain dengan tenaga secara bergilir untuk mengelola lahan pertanian, salah satunya ladang jagung. Koperasi tersebut bukan koperasi simpan pinjam uang, melainkan tenaga kerja.
 
Setiap anggota kelompok wajib memiliki kebun. Upahnya bagi mandor sebesar Rp6.000/jam, sedangkan buruh sebesar Rp5.000/jam. Kelompok tani itu sekaligus menjadi usaha simpan pinjam dengan modal awal Rp7 juta yang berasal dari urunan anggota
Tuan kebun yang tidak memiliki uang untuk membayar upah bisa meminjam dana koperasi. Awalnya anggota koperasi hanya 70 orang, dan saat ini mencapai 300 orang.
 
Kegiatan koperasi tersebut sempat terhenti karena sepi peminat. Namun, pada 2010 hidup kembali. Pada 2013, koperasi ini tersebar di beberapa tempat di Kabupaten Flores Timur.
Pada 2014, koperasi tersebut mati dengan sendirinya. Alasannya, semua anggota telah mandiri dan memiliki uang untuk menggarap lahan mereka sendiri. Kini, petani menanam varietas jagung dari luar Kumala, Bonanza, Paramita, Aumba, Lorenza, Jutawan, Jantan, dan Rasanya.
 
Berkat dedikasinya yang luar biasa di pertanian serta berdampak ke masyarakat luas Kamilus diganjar special achievement atau spesial penghargaan Svarna Bhumi Award 2025. 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(RUL)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan