Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa (kiri) dan Kepala BNPT Komjen Suhardi Alius (kanan). (Foto: MTVN/Anindya Legia Putri).
Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa (kiri) dan Kepala BNPT Komjen Suhardi Alius (kanan). (Foto: MTVN/Anindya Legia Putri).

Mensos Kofifah dan Kepala BNPT Kunjungi 75 WNI Terduga ISIS di PSMP Handayani

Anindya Legia Putri • 07 Februari 2017 02:39
medcom.id, Jakarta: Menteri Sosial (Mensos) Khofifah Indar Parawansa beserta Kepala BNPT Komjen Suhardi Alius dan Densus 88 mengunjungi Panti Sosial Marsudi Putra (PSMP) Handayani Bambu Apus, Cipayung, Jakarta timur. Kedatangannya tersebut guna menjenguk 75 terduga ISIS yang dideportasi dari berbagai negara seperti Turki, Jepang dan Singapura.
 
Plh. Kepala Panti Handayani, Sulistya Ariadhi mengungkapkan, kedatangan 75 WNI terduga ISIS di PSMP Handayani terbagi dalam beberapa tahap.
 
"Yang pertama dari  23-26 Januari ada 52 orang, keseluruhannya dari Turki. 3-5 Februari ada 20 orang (19 dideportasi dari Turki, 1 WNI dari Jepang). Dan 5 Februari ada 3 orang, keseluruhannya dari Singapura," tandas Adhi saat ditemui di PSMP Handayani, Jakarta Senin 6 Februari 2017.

Kepala BNPT Komjen Suhardi Alius menuturkan, dari 75 WNI yang diduga ISIS terdiri dari 41 dewasa (24 perempuan dan laki-laki 17 orang) serta 34 anak-anak.
 
"Yang berasal dari Turki, ada yang sudah tinggal selama 11 bulan, bahkan ada yang 1 tahun. Mereka masih di perbatasan saat itu, belum berada di Suriah. Mereka dideportasi oleh Pemerintah Turki. Di sana kan sedang konflik, dan pemerintah kita tidak boleh masuk ke sana. Pasti akan ada deportasi selanjutnya," papar Suhardi.
 
Suhardi menyampaikan 75 WNI diduga ISIS, banyak yang berasal dari Jawa Timur. Disampaikan pula bahwa alasan dasar kepergian mereka ke Suriah lebih karena keinginan untuk berhijrah. "Banyak yang ingin berhijrah. Ini masalah ideologi. Mindset yang berbeda," tutur dia.
 
Khofifah Indar Parawansa mengungkapkan, jika kedatangannya untuk membantu proses reintegrasi berjalan dengan baik. Ia mengatakan, pemulangan dengan cara dijemput oleh kepala daerah merupakan langkah mewujudkan kepercayaan bagi warganya yang sempat terlibat jaringan radikal. Selain itu, langkah tersebut juga akan memudahkan pemulihan sosial para terduga teroris di lingkungan asalnya.
 
"Ada yang bilang malu sama mertuanya. Ya ini tugas kami untuk mengomunikasikan. Tadi itu mereka ada yang bersaudara. Ada kalender, nenek, cucu, suami istri, banyak varian. Saya berharap agar nanti saat dipulangkan ke kampungnya masing-masing, ada yang menjemput," imbuh Khofifah.
 
":Syukur ada bupati atau walikotanya. Ada yang jemput dari daerah. Penjemputan baik bagi proses reintegrasi dan resosialisasi bagi mereka agar mengetahui pimpinannya dan masyarakat lainnya menyambut baik. Tapi diharap tidak beramai-ramai agar tidak berstigma. Agar mereka bisa kembali berbaur dengan masyarakat," ucap Khofifah.
 
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(HUS)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan