medcom.id, Jakarta: Sultan Aziansyah, 22, diduga jadi penyerang tunggal tiga polisi di Pos Polantas, Cikokol, Kota Tangerang, Kamis 20 Oktober. Kepolisian menyebut serangan teror yang dilakukan Sultan terhadap polisi merupakan inisiatif pribadi. Hal ini merupakan pola baru jaringan kelompok radikal dalam melalukan aksi teror.
"Benar (inisiatif pribadi). Dan bahkan satu saat dia bisa jadi pemimpin baru dalam jaringan teroris yang lebih baru lagi. Selnya terus beranak mencari teman baru lagi," kata Kadiv Humas Mabes Polri, Irjen Boy Rafli Amar, di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Jakarta Selatan, Rabu (26/10/2016).
Boy mengatakan, pemahaman radikal yang ditanamkan dalam diri Sultan sangat dalam. Sultan, kata Boy, dalam kondisi terpengaruh yang sangat serius dan termasuk pemuda yang berhasil direkrut melalui pencucian otak oleh jaringan kelompok radikal.
"Artinya, pola pikirnya sudah berubah. Kita sudah dikatakan sebagai Thogut. Aparat pemerintah sebagai Thogut. Itulah ciri khas yang selama ini menjadi bagian kelompok yang menyebarkan paham radikal berkaitan dengan teror," kata Boy.
Mantan Kapolda Banten ini menambahkan, meski terus didalami, kepolisian belum dapat memastikan bahwa serangan yang dilakukan Sultan dikomandoi seseorang. Namun, Boy memastikan Sultan memang salah satu korban pencucian otak jaringan teroris yang sudah sangat terpengaruh sehingga mampu melalukan aksi teror tanpa menunggu aba-aba.
"Jadi dia sudah sampai pada seperti itu (terpengaruh berat teroris) walaupun saat ini belum ada petunjuk atau saksi yang menyatakan ada instruksi terhadap Sultan," kata Boy.
medcom.id, Jakarta: Sultan Aziansyah, 22, diduga jadi penyerang tunggal tiga polisi di Pos Polantas, Cikokol, Kota Tangerang, Kamis 20 Oktober. Kepolisian menyebut serangan teror yang dilakukan Sultan terhadap polisi merupakan inisiatif pribadi. Hal ini merupakan pola baru jaringan kelompok radikal dalam melalukan aksi teror.
"Benar (inisiatif pribadi). Dan bahkan satu saat dia bisa jadi pemimpin baru dalam jaringan teroris yang lebih baru lagi. Selnya terus beranak mencari teman baru lagi," kata Kadiv Humas Mabes Polri, Irjen Boy Rafli Amar, di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Jakarta Selatan, Rabu (26/10/2016).
Boy mengatakan, pemahaman radikal yang ditanamkan dalam diri Sultan sangat dalam. Sultan, kata Boy, dalam kondisi terpengaruh yang sangat serius dan termasuk pemuda yang berhasil direkrut melalui pencucian otak oleh jaringan kelompok radikal.
"Artinya, pola pikirnya sudah berubah. Kita sudah dikatakan sebagai Thogut. Aparat pemerintah sebagai Thogut. Itulah ciri khas yang selama ini menjadi bagian kelompok yang menyebarkan paham radikal berkaitan dengan teror," kata Boy.
Mantan Kapolda Banten ini menambahkan, meski terus didalami, kepolisian belum dapat memastikan bahwa serangan yang dilakukan Sultan dikomandoi seseorang. Namun, Boy memastikan Sultan memang salah satu korban pencucian otak jaringan teroris yang sudah sangat terpengaruh sehingga mampu melalukan aksi teror tanpa menunggu aba-aba.
"Jadi dia sudah sampai pada seperti itu (terpengaruh berat teroris) walaupun saat ini belum ada petunjuk atau saksi yang menyatakan ada instruksi terhadap Sultan," kata Boy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MBM)