Jakarta: Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mempersiapkan berbagai langkah pencegahan kekeringan hingga kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang kerap terjadi di wilayah Provinsi Jawa Tengah (Jateng). Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto meminta semua pihak untuk mewaspadai dampak bencana yang kerap terjadi, khususnya wilayah-wilayah yang biasa dilanda kekeringan.
Dia menyebut diperkirakan Juli dan Agustus merupakan puncak musim kemarau, dengan prakiraan curah hujan kurang dari 50 milimeter (mm). Hal ini, kata dia, dapat dapat memicu berbagai fenomena kekeringan meteorologis, karhutla, kurangnya air bersih, hingga gagal panen.
"Dengan begitu, upaya preventif dirasa perlu untuk mengurangi potensi risiko yang lebih luas. Hal ini sejalan dengan arahan Presiden Joko Widodo, langkah pencegahan harus menjadi prioritas pemerintah pusat maupun daerah," ujarnya seperti dikutip dari keterangan tertulis BNPB, Rabu, 24 Juli 2024.
BNPB telah menggelar rapat koordinasi bersama pihak terkait, pada Selasa, 23 Juli 2024. Suharyanto menyampaikan strategi penanganan karhutla dan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) tahun lalu, di antaranya melakukan pendampingan mulai dari penetapan status siaga dan tanggap darurat, hingga operasi udara menggunakan water bombing.
Ia mengimbau agar dilakukan rapat koordinasi, patroli, dan apel kesiapsiagaan rutin dilakukan bersama jajaran forum koordinasi pimpinan daerah (Forkopimda). Ia berharap kejadian kebakaran di Gunung Lawu dan Gunung Sumbing di Jawa Tengah, dan beberapa tempat pembuangan sampah pada tahun lalu, tidak terjadi lagi.
BNPB juga akan membantu berbagai upaya daerah untuk meminimalisir dampak kemarau seperti pendistribusian air bersih hingga penggalian sumur tersier. Adapun operasi udara dengan melakukan Teknik Modifikasi Cuaca (TMC) dapat menjadi salah satu langkah antisipasi jika diperlukan.
"Selain itu, BNPB juga memberikan bantuan dana siap pakai untuk masing-masing kabupaten/kota sebesar Rp200 juta rupiah, dan Rp300 juta rupiah kepada Provinsi Jawa Tengah," ungkap dia.
Jakarta: Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mempersiapkan berbagai langkah pencegahan
kekeringan hingga kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang kerap terjadi di wilayah Provinsi Jawa Tengah (Jateng). Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto meminta semua pihak untuk mewaspadai dampak bencana yang kerap terjadi, khususnya wilayah-wilayah yang biasa dilanda kekeringan.
Dia menyebut diperkirakan Juli dan Agustus merupakan puncak musim
kemarau, dengan prakiraan curah hujan kurang dari 50 milimeter (mm). Hal ini, kata dia, dapat dapat memicu berbagai fenomena kekeringan meteorologis, karhutla, kurangnya air bersih, hingga gagal panen.
"Dengan begitu, upaya preventif dirasa perlu untuk mengurangi potensi risiko yang lebih luas. Hal ini sejalan dengan arahan Presiden Joko Widodo, langkah pencegahan harus menjadi prioritas pemerintah pusat maupun daerah," ujarnya seperti dikutip dari keterangan tertulis BNPB, Rabu, 24 Juli 2024.
BNPB telah menggelar rapat koordinasi bersama pihak terkait, pada Selasa, 23 Juli 2024. Suharyanto menyampaikan strategi penanganan karhutla dan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) tahun lalu, di antaranya melakukan pendampingan mulai dari penetapan status siaga dan tanggap darurat, hingga operasi udara menggunakan
water bombing.
Ia mengimbau agar dilakukan rapat koordinasi, patroli, dan apel kesiapsiagaan rutin dilakukan bersama jajaran forum koordinasi pimpinan daerah (Forkopimda). Ia berharap kejadian kebakaran di Gunung Lawu dan Gunung Sumbing di Jawa Tengah, dan beberapa tempat pembuangan sampah pada tahun lalu, tidak terjadi lagi.
BNPB juga akan membantu berbagai upaya daerah untuk meminimalisir dampak kemarau seperti pendistribusian air bersih hingga penggalian sumur tersier. Adapun operasi udara dengan melakukan Teknik Modifikasi Cuaca (TMC) dapat menjadi salah satu langkah antisipasi jika diperlukan.
"Selain itu, BNPB juga memberikan bantuan dana siap pakai untuk masing-masing kabupaten/kota sebesar Rp200 juta rupiah, dan Rp300 juta rupiah kepada Provinsi Jawa Tengah," ungkap dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(LDS)