Nelayan melintas di dekat sebuah rumah yang telah ditinggal pemiliknya akibat terendam air laut di pesisir Desa Sriwulan, Demak, Jawa Tengah, Kamis (8/9) - ANT/Aji Styawan.
Nelayan melintas di dekat sebuah rumah yang telah ditinggal pemiliknya akibat terendam air laut di pesisir Desa Sriwulan, Demak, Jawa Tengah, Kamis (8/9) - ANT/Aji Styawan.

Pembangunan Tanggul Laut Perlu Memerhatikan Penurunan Tanah

Sri Yanti Nainggolan • 25 Juli 2019 16:57
Jakarta: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) meminta pemerintah memerhatikan penurunan tanah di pesisir Semarang dan Demak. Ini menyusul rencana pembangunan tol dan tanggul laut Semarang-Demak. 
 
"Yang ditakutkan bila terjadi perubahan arus karena ada tanggul dan gelombang air mengarah ke Demak, yang membuat tanah Demak tergerus," kata peneliti LIPI, Laely Nur Hidayah, di kantor LIPI, Jakarta, Kamis, 25 Juli 2019. 
 
Laely menuturkan Demak mengalami penurunan tanah delapan sentimeter per tahun. Ini akibat ekstraksi tanah yang berlebihan saat pembangunan reklamasi Pelabuhan Tanjung Mas di Semarang. Apalagi, jenis tanah di Demak aluvial dan lunak. Tanah akan langsung turun bila mengalami tekanan. 

(Baca juga: Lelang Proyek Tol Semarang-Demak Molor)
 
LIPI menyarankan pembangunan tanggul laut dilakukan secara regional. Serta dibangun di daerah yang tak terimbas perubahan arus. 
 
"Misalnya, regional Jakarta, Tangerang, dan Bekasi. Jadi secara keseluruhan," saran dia. 
 
Usaha lain dengan penanaman hutan mangrove, brick water, dan hybrid engineering. Ini dilakukan untuk menambah lahan tanah. 
 
Pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) bakal membangun Tol Semarang-Demak yang akan melintasi laut 8 km dari total 24 km. Pembangunan sebagai tanggul penahan rob untuk mengatasi abrasi di wilayah itu. 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan