Jakarta: Pemerintah terus mendorong kaji terap teknologi industri pertahanan. Salah satunya pengembangan pesawat udara nirawak (PUNA) atau drone. Drone Elang Hitam buatan BPPT ini bertipe medium altitude long endurance (MALE), atau berdaya tahan lama dengan ketinggian 10.000-30.000 ribu kaki.
Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Hammam Riza mengatakan purwarupa drone bernama Elang Hitam ini mampu terbang tanpa henti hingga 30 jam. Sistem pengendalian pun memungkinkan beberapa drone dikendalikan secara bersamaan (simultan).
Keberadaan PUNA MALE Elang Hitam ini, tentu dapat dioptimalkan guna pengawasan dalam menjaga kedaulatan NKRI. Baik di wilayah darat, laut, dan udara melalui pantauan angkasa.
"Penjagaan ini diyakini pula sangat efisien dan mampu meminimalisasi risiko kehilangan jiwa, karena dioperasikan tanpa awak," kata Hammam di keterangan yang diterima Medcom.id, Kamis, 23 Januari 2020.
Ia menjelaskan bahwa PUNA Elang Hitam, merupakan solusi teknologi dalam menjawab tantangan terkait pengawasan kedaulatan NKRI. "Diharapkan PUNA MALE buatan Indonesia ini, dapat mengisi kebutuhan skuadron TNI AU dalam mengawasi wilayah NKRI melalui wahana udara," jelasnya.
Saat ini, purwarupa PUNA MALE Elang Hitam sudah ditarik keluar hanggar atau roll out, pada akhir 2019 lalu di PT Dirgantara Indonesia (DI), Bandung, Jawa Barat. PUNA MALE Elang Hitam, sesuai rencana pengembangannya akan dipersenjatai rudal.
Tentunya kebijakan ini harus dijalankan secara konsisten untuk menghasilkan teknologi kunci pendukung MALE seperti, sistem kendali penerbangan yang mampu Auto Take-Off Auto Landing (ATOL), mission system, weapon-platform integration dan teknologi komposit, radar SAR, inertial navigation system (INS), electro-optics targeting system (EOTS) dan guidance system.
Teknologi kunci itu tidak diberikan oleh negara maju, sehingga penguasaan di industri pendukung tentunya harus diupayakan sendiri. Jika teknologi kunci tersebut sudah dikuasai, maka akan dapat dimodifikasi untuk penerapan pada alutsista lainnya yang strategis.
"BPPT sebagai lembaga kaji terap teknologi terus berupaya melakukan penguasaan teknologi. Inovasi drone Elang Hitam ini layak menjadi titik lompatan Indonesia, menjadi negara yang memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) unggul, maju, mandiri dan berdaya saing, khususnya dalam bidang industri pertahanan," kata dia.
Dimensi
Panjang: 8,30 meter
Rentang saya: 16 m
Performa
Radius terbang: 250 kilometer (LOS)
Kapasitas ketinggian jelajah: 7.200 meter
Daya tahan: hingga 30 jam
Sistem kendali:
Auto Take-Off Auto Landing (ATOL)
Radar SAR
Sistem persenjataan
Electro-optics targeting system (EOTS) and guidance system.
Senjata: TBA
Jakarta: Pemerintah terus mendorong kaji terap teknologi industri pertahanan. Salah satunya pengembangan pesawat udara nirawak (PUNA) atau
drone. Drone Elang Hitam buatan BPPT ini bertipe
medium altitude long endurance (MALE), atau berdaya tahan lama dengan ketinggian 10.000-30.000 ribu kaki.
Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Hammam Riza mengatakan purwarupa drone bernama Elang Hitam ini mampu terbang tanpa henti hingga 30 jam. Sistem pengendalian pun memungkinkan beberapa
drone dikendalikan secara bersamaan (simultan).
Keberadaan PUNA MALE Elang Hitam ini, tentu dapat dioptimalkan guna pengawasan dalam menjaga kedaulatan NKRI. Baik di wilayah darat, laut, dan udara melalui pantauan angkasa.
"Penjagaan ini diyakini pula sangat efisien dan mampu meminimalisasi risiko kehilangan jiwa, karena dioperasikan tanpa awak," kata Hammam di keterangan yang diterima
Medcom.id, Kamis, 23 Januari 2020.
Ia menjelaskan bahwa PUNA Elang Hitam, merupakan solusi teknologi dalam menjawab tantangan terkait pengawasan kedaulatan NKRI. "Diharapkan PUNA MALE buatan Indonesia ini, dapat mengisi kebutuhan skuadron TNI AU dalam mengawasi wilayah NKRI melalui wahana udara," jelasnya.
Saat ini, purwarupa PUNA MALE Elang Hitam sudah ditarik keluar hanggar atau
roll out, pada akhir 2019 lalu di PT Dirgantara Indonesia (DI), Bandung, Jawa Barat. PUNA MALE Elang Hitam, sesuai rencana pengembangannya akan dipersenjatai rudal.
Tentunya kebijakan ini harus dijalankan secara konsisten untuk menghasilkan teknologi kunci pendukung MALE seperti, sistem kendali penerbangan yang mampu
Auto Take-Off Auto Landing (ATOL),
mission system,
weapon-platform integration dan teknologi komposit, radar SAR,
inertial navigation system (INS),
electro-optics targeting system (EOTS) dan
guidance system.
Teknologi kunci itu tidak diberikan oleh negara maju, sehingga penguasaan di industri pendukung tentunya harus diupayakan sendiri. Jika teknologi kunci tersebut sudah dikuasai, maka akan dapat dimodifikasi untuk penerapan pada alutsista lainnya yang strategis.
"BPPT sebagai lembaga kaji terap teknologi terus berupaya melakukan penguasaan teknologi. Inovasi drone Elang Hitam ini layak menjadi titik lompatan Indonesia, menjadi negara yang memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) unggul, maju, mandiri dan berdaya saing, khususnya dalam bidang industri pertahanan," kata dia.
Dimensi
Panjang: 8,30 meter
Rentang saya: 16 m
Performa
Radius terbang: 250 kilometer (LOS)
Kapasitas ketinggian jelajah: 7.200 meter
Daya tahan: hingga 30 jam
Sistem kendali:
Auto Take-Off Auto Landing (ATOL)
Radar SAR
Sistem persenjataan
Electro-optics targeting system (EOTS)
and guidance system.
Senjata: TBA
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(SUR)