Jakarta: Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menginstruksikan seluruh jajaran kesehatan untuk memprioritaskan pencarian para penderita Kasus Tuberculosis (TBC). Sehingga, 90 persen dari jumlah itu dapat terdeteksi pada 2024.
"Dari (perhitungan) 824 ribu penderita TBC, saya minta di 2024 sebanyak 90 persen harus sudah terdeteksi by name by adress. Kita sekarang ingin strategi surveilansnya yang baik dan benar," ujar Budi dalam keterangannya, Minggu, 11 September 2022.
Budi menyebut pihaknya sudah membuat protokol yang baru, yakni kerja sama dengan berbagai asosiasi dan organisasi profesi. Termasuk, mendorong dana global fund agar terealisasi lebih cepat.
"Prinsip penyakit menular adalah kita harus tahu di mana mereka dan kita harus selamatkan mereka itu adalah tugas pertama yang paling prioritas," ucap Budi.
Selanjutnya, sebagai upaya pencegahan dan pengobatan maka harus lebih cepat mengetahui jenis varian bakteri TBC yang menyerang seseorang. Hal itu bisa dilakukan dengan alat genome sequencing yang terus dikembangkan.
Dalam waktu dekat, kata dia, akan dilaksanakan proyek percontohan genome sequencing mobile. Saat ini, sudah tersedia genome sequencing baru seukuran handphone, sehingga pendeteksian varian bakteri bisa dilakukan dengan cepat, dan pasien bisa segera diberi obat yang tepat.
"Dengan demikian kita bisa kasih paket pengobatannya itu yang benar-benar cocok dengan pasien," ujar Budi.
Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Maxi Rein Rondonuwu mengatakan TBC di Indonesia dan global masih menjadi masalah kesehatan yang utama. Penyakit ini merupakan satu dari 10 penyebab utama kematian dunia. Indonesia adalah negara dengan beban TBC peringkat ke-3 tertinggi setelah India dan Tiongkok.
Indonesia berkomitmen mencapai eliminasi TBC pada 2030 dengan target insiden rate 65/100 ribu penduduk. Dan, angka kematian 6/100 ribu penduduk.
Berdasarkan Global TBC Report 2021, diperkirakan ada 824.000 kasus TBC di Indonesia. Namun, pasien TBC yang berhasil ditemukan, diobati, dan dilaporkan ke dalam sistem informasi nasional hanya 393.323 (48 persen). Masih ada sekitar 52 persen kasus TBC yang belum ditemukan atau dilaporkan.
Data per September 2022, cakupan penemuan dan pengobatan TBC sebesar 39 persen (target satu tahun TC 90 persen). Angka keberhasilan pengobatan TBC sebesar 74 persen (target SR 90 persen).
"Untuk mendukung eliminasi TBC tersebut, perlu adanya peningkatan dan pembaharuan manajemen program TBC bagi tenaga kesehatan baik dokter, mahasiswa kedokteran, perawat, bidan dan pemegang program dilayanan berdasarkan hasil penelitian terkini," ujar Maxi.
(Dinda Shabrina)
Jakarta: Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menginstruksikan seluruh jajaran kesehatan untuk memprioritaskan pencarian para penderita Kasus Tuberculosis (
TBC). Sehingga, 90 persen dari jumlah itu dapat terdeteksi pada 2024.
"Dari (perhitungan) 824 ribu penderita TBC, saya minta di 2024 sebanyak 90 persen harus sudah terdeteksi
by name by adress. Kita sekarang ingin strategi surveilansnya yang baik dan benar," ujar Budi dalam keterangannya, Minggu, 11 September 2022.
Budi menyebut pihaknya sudah membuat protokol yang baru, yakni kerja sama dengan berbagai asosiasi dan organisasi profesi. Termasuk, mendorong dana
global fund agar terealisasi lebih cepat.
"Prinsip penyakit menular adalah kita harus tahu di mana mereka dan kita harus selamatkan mereka itu adalah tugas pertama yang paling prioritas," ucap Budi.
Selanjutnya, sebagai upaya pencegahan dan pengobatan maka harus lebih cepat mengetahui jenis varian bakteri
TBC yang menyerang seseorang. Hal itu bisa dilakukan dengan alat
genome sequencing yang terus dikembangkan.
Dalam waktu dekat, kata dia, akan dilaksanakan proyek percontohan
genome sequencing mobile. Saat ini, sudah tersedia
genome sequencing baru seukuran
handphone, sehingga pendeteksian varian bakteri bisa dilakukan dengan cepat, dan pasien bisa segera diberi obat yang tepat.
"Dengan demikian kita bisa kasih paket pengobatannya itu yang benar-benar cocok dengan pasien," ujar Budi.
Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Maxi Rein Rondonuwu mengatakan TBC di Indonesia dan global masih menjadi masalah kesehatan yang utama. Penyakit ini merupakan satu dari 10 penyebab utama kematian dunia. Indonesia adalah negara dengan beban TBC peringkat ke-3 tertinggi setelah India dan Tiongkok.
Indonesia berkomitmen mencapai eliminasi
TBC pada 2030 dengan target insiden
rate 65/100 ribu penduduk. Dan, angka kematian 6/100 ribu penduduk.
Berdasarkan Global TBC Report 2021, diperkirakan ada 824.000 kasus TBC di Indonesia. Namun, pasien TBC yang berhasil ditemukan, diobati, dan dilaporkan ke dalam sistem informasi nasional hanya 393.323 (48 persen). Masih ada sekitar 52 persen kasus TBC yang belum ditemukan atau dilaporkan.
Data per September 2022, cakupan penemuan dan pengobatan TBC sebesar 39 persen (target satu tahun TC 90 persen). Angka keberhasilan pengobatan TBC sebesar 74 persen (target SR 90 persen).
"Untuk mendukung eliminasi TBC tersebut, perlu adanya peningkatan dan pembaharuan manajemen program TBC bagi tenaga kesehatan baik dokter, mahasiswa kedokteran, perawat, bidan dan pemegang program dilayanan berdasarkan hasil penelitian terkini," ujar Maxi.
(
Dinda Shabrina)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id(AGA)