Jakarta: Varian covid-19 Delta (B.1617.2) yang menyebabkan lonjakan gelombang kedua di India ternyata sudah bermutasi. Mutasi varian Delta itu dinamai Delta Plus alias AY.1.
Data awal menunjukkan bahwa varian Delta Plus ini tahan terhadap terapi antibodi monoklonal. Padahal, terapi antibodi itu baru disetujui oleh Central Drugs Standard Control Organization (CDSCO) sebagai salah satu pengobatan pasien covid-19.
Mengenal Delta Plus
Varian Delta Plus merupakan hasil mutasi K417N. Ini merupakan mutasi protein spike yang menyebabkan virus masuk dan menginfeksi sel manusia.
Seorang ilmuan spesialis sekuensing genom, Bani Jolly, mengatakan sejumlah kecil sekuens varian Delta yang memiliki mutasi lonjakan K417N dapat ditemukan di laboratorium GISAID (Global Initiative on Sharing All Influenza Data). Sekuens ini telah diindentifikasi dalam genom dari 10 negara.
"Urutan baru-baru ini telah ditetapkan sebagai garis keturunan AY.1, subgaris keturunan varian Delta. Kekhawatiran tentang K417N adalah salah satu mutasi yang ditemukan pada viaran Beta (B1351)," kata Jolly dikutip dari India Today, Rabu, 16 Juni 2021.
Public Health England melaporkan varian Delta Plus diidentifikasi dalam enam genom dari India pada 7 Juni 2021. Sejauh ini ada 63 genom varian Delta yang memiliki mutasi baru K417N di dalamnya.
Baca: Temuan Varian Delta di Jakarta Berasal dari Pekerja Migran Indonesia
Varian Delta Plus tak hanya di India
Seorang ilmuan di CSIR Institue of Genomics and Integrative Biology (IGIB), Vinod Scaria, mengatakan varian Delta Plus masih rendah di India. Bahkan, urutan dari mutasi baru ini ditemukan di berbagai wilayah.
"Urutannya kebanyakan dari Eropa, Asia, dan Amerika. Sejarah perjalanan tidak tersedia untuk membuat asumsi,"ucap Scaria.
Melansir Outbreak Info, urutan Delta Plus ini berasal dari sejumlah negara di dunia selain India. Antara lain, Amerika Serikat, Kanada, Inggris, Rusia, Jepang, Portugal, Turki, Nepal, dan Swiss.
Baca: Dinkes DKI: Varian Baru Covid-19 Mudah Menyebar dan Mematikan
Tingkat penularan dan infeksi Delta Plus
Ahli imunologi sekaligus staf pengajar di Institut Pendidikan dan Penelitian Sains India Pune, Vineeta Bal, menyatakan resistensi varian Delta Plus terhadap pengobatan antibodi monoklonal tidak menentukan varian ini memiliki penularan yang lebih tinggi atau menyebabkan infeksi lebih parah.
"Seberapa menular varian baru ini akan menjadi faktor penting untuk menentukan penyebarannya cepat atau sebaliknya. Jadi pada individu yang terinfeksi varian baru, mungkin tidak perlu dikhawatirkan," ujar Vineeta.
Jakarta: Varian
covid-19 Delta (B.1617.2) yang menyebabkan lonjakan gelombang kedua di India ternyata sudah bermutasi. Mutasi varian Delta itu dinamai Delta Plus alias AY.1.
Data awal menunjukkan bahwa varian Delta Plus ini tahan terhadap terapi antibodi monoklonal. Padahal, terapi antibodi itu baru disetujui oleh Central Drugs Standard Control Organization (CDSCO) sebagai salah satu pengobatan pasien covid-19.
Mengenal Delta Plus
Varian Delta Plus merupakan hasil mutasi K417N. Ini merupakan mutasi protein
spike yang menyebabkan virus masuk dan menginfeksi sel manusia.
Seorang ilmuan spesialis sekuensing genom, Bani Jolly, mengatakan sejumlah kecil sekuens varian Delta yang memiliki mutasi lonjakan K417N dapat ditemukan di laboratorium GISAID (Global Initiative on Sharing All Influenza Data). Sekuens ini telah diindentifikasi dalam genom dari 10 negara.
"Urutan baru-baru ini telah ditetapkan sebagai garis keturunan AY.1, subgaris keturunan varian Delta. Kekhawatiran tentang K417N adalah salah satu mutasi yang ditemukan pada viaran Beta (B1351)," kata Jolly dikutip dari
India Today, Rabu, 16 Juni 2021.
Public Health England melaporkan varian Delta Plus diidentifikasi dalam enam genom dari India pada 7 Juni 2021. Sejauh ini ada 63 genom varian Delta yang memiliki mutasi baru K417N di dalamnya.
Baca: Temuan Varian Delta di Jakarta Berasal dari Pekerja Migran Indonesia
Varian Delta Plus tak hanya di India
Seorang ilmuan di CSIR Institue of Genomics and Integrative Biology (IGIB), Vinod Scaria, mengatakan varian Delta Plus masih rendah di India. Bahkan, urutan dari mutasi baru ini ditemukan di berbagai wilayah.
"Urutannya kebanyakan dari Eropa, Asia, dan Amerika. Sejarah perjalanan tidak tersedia untuk membuat asumsi,"ucap Scaria.
Melansir
Outbreak Info, urutan Delta Plus ini berasal dari sejumlah negara di dunia selain India. Antara lain, Amerika Serikat, Kanada, Inggris, Rusia, Jepang, Portugal, Turki, Nepal, dan Swiss.
Baca: Dinkes DKI: Varian Baru Covid-19 Mudah Menyebar dan Mematikan
Tingkat penularan dan infeksi Delta Plus
Ahli imunologi sekaligus staf pengajar di Institut Pendidikan dan Penelitian Sains India Pune, Vineeta Bal, menyatakan resistensi varian Delta Plus terhadap pengobatan antibodi monoklonal tidak menentukan varian ini memiliki penularan yang lebih tinggi atau menyebabkan infeksi lebih parah.
"Seberapa menular varian baru ini akan menjadi faktor penting untuk menentukan penyebarannya cepat atau sebaliknya. Jadi pada individu yang terinfeksi varian baru, mungkin tidak perlu dikhawatirkan," ujar Vineeta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(UWA)