Jakarta: Teknologi modifikasi cuaca (TMC) yang dilakukan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) terbukti efektif untuk mengatasi cuaca ekstrem di Indonesia. Kekeringan dan kebakaran hutan dapat diatasi dengan teknologi itu.
Hal itu diungkapkan Kepala BMKG Dwikorita ketika berbagi praktik manfaat TMC dengan Tunisia saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia, Abdelmonaam Belaati.
Dwikorita mengatakan, TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana. Khususnya cuaca ekstrem yang disebabkan perubahan iklim. Dia mencontohkan, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem karena fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019. Banyak wilayah kekeringan dan kebakaran hutan. Saat itu rakyat menderita.
Saat El Nino 2023, BMKG belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai mitigasi terhadap dampak bencana.
"Saat El Nino, terjadi penurunan air tanah. Akibatnya, lahan kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Selasa, 21 Mei 2024.
Pelaksana Tugas (Plt) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menegaskan, TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia. Karena membantu produksi pertanian di daerah kering. "Usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif," kata Seto.
Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG melakukan TMC. Menurut dia, TMC merupakan pekerjaan yang baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia.
Abdelmonaam menceritakan, Tunisia pernah kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif melalui BMKG.
Selama ini Tunisia melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam air agar dapat dikonsumsi. Pihaknya sedang memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan.
"Solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itu sebabnya kami ada di sini, hari ini, dan berharap dapat terus bekerja sama," kata Abdelmonaam.
Jakarta: Teknologi modifikasi cuaca (TMC) yang dilakukan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) terbukti efektif untuk mengatasi cuaca ekstrem di Indonesia. Kekeringan dan kebakaran hutan dapat diatasi dengan teknologi itu.
Hal itu diungkapkan Kepala BMKG Dwikorita ketika berbagi praktik manfaat TMC dengan Tunisia saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia, Abdelmonaam Belaati.
Dwikorita mengatakan, TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana. Khususnya cuaca ekstrem yang disebabkan perubahan iklim. Dia mencontohkan, Indonesia pernah mengalami cuaca esktrem karena fenomena El Nino pada 2015, 2016, dan 2019. Banyak wilayah kekeringan dan kebakaran hutan. Saat itu rakyat menderita.
Saat El Nino 2023, BMKG belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai mitigasi terhadap dampak bencana.
"Saat El Nino, terjadi penurunan air tanah. Akibatnya, lahan kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan," kata Dwikorita di Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Selasa, 21 Mei 2024.
Pelaksana Tugas (Plt) Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menegaskan, TMC sangat penting untuk menyelamatkan hidup manusia, menjamin kemakmuran, dan kesejahteraan manusia. Karena membantu produksi pertanian di daerah kering. "Usaha ini harus terus dilakukan secara kolektif," kata Seto.
Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengampresiasi kemampuan BMKG melakukan TMC. Menurut dia, TMC merupakan pekerjaan yang baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia.
Abdelmonaam menceritakan, Tunisia pernah kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif melalui BMKG.
Selama ini Tunisia melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam air agar dapat dikonsumsi. Pihaknya sedang memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan.
"Solusi lainnya adalah bagaimana bisa melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itu sebabnya kami ada di sini, hari ini, dan berharap dapat terus bekerja sama," kata Abdelmonaam.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id(FZN)