Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin (kiri) dan mantan Ketua PBNU Hasyim Muzadi (kanan) saat menjadi pembicara pada acara Seminar Internasional Konflik dan Proses Demokratisasi Timur Tengah di Pondok Pesantren Al-Hikam, Beji, Depok, Kamis (30/10)/FOTO: MI
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin (kiri) dan mantan Ketua PBNU Hasyim Muzadi (kanan) saat menjadi pembicara pada acara Seminar Internasional Konflik dan Proses Demokratisasi Timur Tengah di Pondok Pesantren Al-Hikam, Beji, Depok, Kamis (30/10)/FOTO: MI

Menag: Kiai Hasyim Sosok yang Ngemong

Sobih AW Adnan • 16 Maret 2017 20:02
medcom.id, Jakarta: Ngemong berasal dari bahasa Jawa. Padanan dalam Bahasa Indonesia untuk cakapan ini diwujudkan dalam kata 'momong'. Mengasuh, mengayomi, atau membimbing orang-orang di sekelilingnya.
 
Begitulah kesan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin terhadap KH Hasyim Muzadi. Perilaku itu, kata Lukman, tumbuh dari pengalaman panjang selama memimpin Nahdlatul Ulama (NU) dari tingkat bawah hingga pusat.
 
"Masih mengutamakan mengurus santri dan mengaji di majelis taklim," kata Lukman kepada Metrotvnews.com, Kamis, 16 Maret 2016.

Melampaui itu, Menag menganggap Kiai Hasyim adalah seorang ulama yang negarawan. Hasyim dinilai menguasai syariat secara mendalam sekaligus memahami kontekstualisasinya dalam bingkai kebangsaan Indonesia.
 
Ia juga, kata Lukman, mampu memetakan persoalan dan solusinya dalam beberapa bingkai yang sama pentingnya: agama, bangsa, dan negara. "Kiai yang memahami umat dengan segala keragamannya dan mampu menawarkan solusi atas persoalan dengan tetap memerhatikan kearifan lokal," kata dia.
 
Tak banyak orang mampu seperti Kiai Hasyim. Oleh sosok kelahiran Tuban, 8 Agustus 1944 itu, kata Lukman, ajaran agama dikomunikasikan sesuai kadar dan porsi pendengar. Ciri khas paling dikenang Menag dari Kiai Hasyim adalah gaya bicaranya yang selalu menghasilkan efek pencerahan, kesejukan, dan kebahagian.
 
"Ya dengan selera humornya itu. Salah satu kehebatan komunikasinya adalah menjelaskan sesuatu yang rumit dengan kalimat yang sederhana, bahkan kadang ada bumbu guyon" kata Menag.
 
Sederhana dan membumi
 
Menteri Lukman mengatakan, dengan segala capaian kariernya, Kiai Hasyim tetap tampil dalam kesederhanaan. Padahal pergaulannya tingkat tinggi, namun ia tetap setia meladeni masyarakat bawah di berbagai pelosok.
 
"Peci hitam yang selalu dikenakannya adalah semantik atau bahasa simbol yang menunjukkan keislaman sekaligus ke-Indonesia-annya," jelas Lukman.
 
Ketika menjabat Presiden World Conference of Religions for Peace (WCRP), Hasyim dianggap Menag telah berhasil menebar nilai-nilai kebajikan Islam sekaligus mempertemukan keselarasannya dengan nilai agama-agama lain. Almarhum lebih menonjolkan sisi promotif ketimbang konfrontatif dari agama, sehingga setiap umat dapat saling berkontribusi membangun peradaban.
 
Peran Kiai Hasyim di kancah dunia begitu terasa ketika Islam menjadi kambing hitam aksi teror di Word Trade Center (WTC) dan Pentagon, Amerika Serikat pada 2001. Menang mengenang, ketika itu Kiai Hasyim langsung mendatangi AS dan Eropa demi menegaskan kekeliruan pandangan Barat terhadap Islam.
 
"Beliau tak hanya menjelaskan kesejatian ajaran Islam yang rahmatan lil alamin, tapi juga mempromosikan Indonesia sebagai contoh keharmonisan agama-budaya-sosial," kata Menag.
 
Sejak pagi, kabar duka atas wafatnya KH Hasyim Muzadi membanjiri pemberitaan maupun lini massa. Ulama yang juga anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) itu mengembuskan napas terakhir di kediamannya, komplek Pondok Pesantren Al-Hikam, Malang, Jawa Timur.
 

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(SBH)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan