Jakarta: Hilangnya KRI Nanggala-402 jadi momentum peremajaan alat utama sistem pertahanan (alutsista) di Indonesia. Komitmen mengenai hal itu mendesak dilakukan.
"Kita berharap insiden KRI Nanggala-402 jadi momentum bagi kita untuk serius berkomitmen melakukan peremajaan yang terencana dengan baik," kata pengamat militer dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Khairul Fahmi di program Breaking News Metro TV, Jumat, 23 April 2021.
Menurut dia, perencanaan yang baik dan komitmen peremajaan alutsista menjadi kata kunci. Sebab selama ini, seluruh pihak bicara soal peremajaan dan pembenahan alat pertahanan ketika terjadi insiden.
Baca: Pencarian Kapal Selam Disebut Makan Waktu Lama
"Selama ini banyak kita sampaikan rencana pascainsiden, tapi kemudian kita tak disiplin menjalankannya," kata Fahmi.
Dia mengatakan peremajaan kapal selam selayaknya masuk dalam prioritas belanja. Hal tersebut sesuai pernyataan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto terkait keseriusan menyeleksi prioritas belanja alutsista.
Menurut Fahmi, kehadiran kapal selam tak tergantikan dengan kapal di permukaan air. Selain itu, alat pertahanan tersebut memiliki efek deterrence bagi negara lain.
"Efek deterrence atau efek gentar yang signifikan terhadap keamanan dan kedaulatan di laut kita," kata dia,
Fahmi menekankan pentingnya perencanaan yang baik untuk mewujudkan hal tersebut. Menurut dia, Idonesia perlu memiliki alutsista baru dengan teknologi terbaru, dengan perencanaan yang realisitis dan melihat kemampuan anggaran.
"Saya kira di tahap awal setidaknya kita buat rencana dulu yang tidak cuma tampak fantastis, tapi juga realistis untuk diwujudkan, kemudian kita meletakkan prioritas dan disiplin," kata dia.
Jakarta: Hilangnya KRI Nanggala-402 jadi momentum peremajaan alat utama sistem pertahanan (
alutsista) di Indonesia. Komitmen mengenai hal itu mendesak dilakukan.
"Kita berharap insiden KRI Nanggala-402 jadi momentum bagi kita untuk serius berkomitmen melakukan peremajaan yang terencana dengan baik," kata pengamat militer dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Khairul Fahmi di program
Breaking News Metro TV, Jumat, 23 April 2021.
Menurut dia, perencanaan yang baik dan komitmen peremajaan alutsista menjadi kata kunci. Sebab selama ini, seluruh pihak bicara soal peremajaan dan pembenahan alat pertahanan ketika terjadi insiden.
Baca:
Pencarian Kapal Selam Disebut Makan Waktu Lama
"Selama ini banyak kita sampaikan rencana pascainsiden, tapi kemudian kita tak disiplin menjalankannya," kata Fahmi.
Dia mengatakan peremajaan
kapal selam selayaknya masuk dalam prioritas belanja. Hal tersebut sesuai pernyataan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto terkait keseriusan menyeleksi prioritas belanja alutsista.
Menurut Fahmi, kehadiran kapal selam tak tergantikan dengan kapal di permukaan air. Selain itu, alat pertahanan tersebut memiliki efek
deterrence bagi negara lain.
"Efek
deterrence atau efek gentar yang signifikan terhadap keamanan dan kedaulatan di laut kita," kata dia,
Fahmi menekankan pentingnya perencanaan yang baik untuk mewujudkan hal tersebut. Menurut dia, Idonesia perlu memiliki alutsista baru dengan teknologi terbaru, dengan perencanaan yang realisitis dan melihat kemampuan anggaran.
"Saya kira di tahap awal setidaknya kita buat rencana dulu yang tidak cuma tampak fantastis, tapi juga realistis untuk diwujudkan, kemudian kita meletakkan prioritas dan disiplin," kata dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id(ADN)