Jakarta: Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) berupaya mencegah remaja, anak-anak, dan perempuan menjadi lone wolf (pelaku teroris beraksi sendiri) dari masifnya radikalisasi secara daring karena kemajuan teknologi informasi (TI). Bahaya radikalisasi online telah disadari BNPT sejak lama.
"Melakukan kolaborasi dengan kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) dan platform media sosial untuk mengawasi, mendeteksi dan menghapus konten media sosial," kata Direktur Pencegahan BNPT Brigjen Ahmad Nurwakhid kepada Medcom.id, Sabtu, 29 Juli 2023.
Selain menggandeng Kominfo, BNPT juga mempunyai desk khusus. Desk tersebut bertugas mengawasi, memonitor, dan menganalisa konten-konten intoleran, radikal, ekstrem, dan terorisme.
"BNPT juga mempunyai desk dalam melakukan kontra narasi di website maupun media sosial yang selalu rutin menyebarkan konten-konten perdamaian," ujar jenderal polisi bintang satu itu.
BNPT juga mempunyai mitra-mitra dari generasi muda melek IT. Mereka disebut tergabung dalam Duta Damai Dunia Maya yang selalu menyebarkan kontra narasi di dunia maya.
"Inilah gugus tugas yang dibentuk untuk membentengi dan mengajak generasi muda agar tidak mudah terpapar paham radikalisme dan terorisme di media sosial," ucap dia.
Terakhir, Nurwakhid menyebut BNPT melibatkan kemitraan dengan influencer, pemuka agama, dan civil society dalam kampanye literasi. Tujuannya adalah meningkatkan kesadaran publik terhadap bahaya media sosial yang dimanfaatkan kelompok teroris.
Selain itu, dibutuhkan kolaborasi lintas sektoral dan partisipasi masyarakat. Hal itu perlu dipertimbangkan dalam mengawasi dan melaporkan konten radikal dan terlibat dalam upaya menyebarkan konten perdamaian.
"Kesadaran harus dimulai dari dalam diri, terutama dari ruang keluarga. Budayakan masyarakat untuk selalu tabayun jangan asal menelan mentah apa yang didapatkan di media sosial," sebut dia.
Nurwakhid mengatakan pengaruh media sosial dalam menyebarkan paham radikal yang berujung melahirkan lone wolf sudah menjadi persoalan lama. Sebab, propaganda yang dilakukan kelompok terorisme beralih dari konvensional ke digital.
"Di masa pandemi, dengan terbatasnya kontak secara langsung, orang banyak menggunakan komunikasi dan interaksi secara online. Kelompok radikal terorisme juga semakin meningkat dan masif dalam menyebarkan propaganda dan ideologinya di masa pandemi," katanya.
Sebelumnya, Kepala BNPT Rycko Amelza Dahniel menyebut pandemi covid-19 dan kemajuan teknologi informasi (TI) turut mendorong masifnya radikalisasi secara daring. Menurutnya, radikalisasi daring itu ikut melahirkan praktik self radicalization.
"Masa pandemi covid-19 mendorong semakin masifnya online radicalization, yang melahirkan self radicalization dan lone wolf," kata Rycko dalam acara peringatan HUT ke-13 BNPT di Jakarta, Jumat, 28 Juli 2023.
Berdasarkan hasil penelitian IK-Hub Outlook BNPT 2023, kelompok rentan seperti remaja, anak-anak, dan perempuan, menjadi sasaran utama radikalisasi. Penelitian serupa dari Setara Institute menunjukkan terjadinya peningkatan migrasi kategori radikalisasi di kalangan pelajar di lima kota selama 2016-2023.
"Terjadi peningkatan migrasi dari kategori toleran menjadi intoleran pasif, dari intoleran pasif menjadi intoleran aktif, dan dari intoleran aktif menjadi terpapar," papar Rycko.
Jakarta: Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (
BNPT) berupaya mencegah remaja, anak-anak, dan perempuan menjadi
lone wolf (pelaku teroris beraksi sendiri) dari masifnya radikalisasi secara daring karena kemajuan teknologi informasi (TI). Bahaya radikalisasi
online telah disadari BNPT sejak lama.
"Melakukan kolaborasi dengan kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) dan
platform media sosial untuk mengawasi, mendeteksi dan menghapus konten media sosial," kata Direktur Pencegahan BNPT Brigjen Ahmad Nurwakhid kepada
Medcom.id, Sabtu, 29 Juli 2023.
Selain menggandeng Kominfo, BNPT juga mempunyai desk khusus. Desk tersebut bertugas mengawasi, memonitor, dan menganalisa konten-konten intoleran, radikal, ekstrem, dan
terorisme.
"BNPT juga mempunyai desk dalam melakukan kontra narasi di
website maupun media sosial yang selalu rutin menyebarkan konten-konten perdamaian," ujar jenderal polisi bintang satu itu.
BNPT juga mempunyai mitra-mitra dari generasi muda melek IT. Mereka disebut tergabung dalam Duta Damai Dunia Maya yang selalu menyebarkan kontra narasi di dunia maya.
"Inilah gugus tugas yang dibentuk untuk membentengi dan mengajak generasi muda agar tidak mudah terpapar paham radikalisme dan terorisme di media sosial," ucap dia.
Terakhir, Nurwakhid menyebut BNPT melibatkan kemitraan dengan
influencer, pemuka agama, dan
civil society dalam kampanye literasi. Tujuannya adalah meningkatkan kesadaran publik terhadap bahaya media sosial yang dimanfaatkan kelompok teroris.
Selain itu, dibutuhkan kolaborasi lintas sektoral dan partisipasi masyarakat. Hal itu perlu dipertimbangkan dalam mengawasi dan melaporkan konten radikal dan terlibat dalam upaya menyebarkan konten perdamaian.
"Kesadaran harus dimulai dari dalam diri, terutama dari ruang keluarga. Budayakan masyarakat untuk selalu tabayun jangan asal menelan mentah apa yang didapatkan di media sosial," sebut dia.
Nurwakhid mengatakan pengaruh media sosial dalam menyebarkan paham radikal yang berujung melahirkan
lone wolf sudah menjadi persoalan lama. Sebab, propaganda yang dilakukan kelompok terorisme beralih dari konvensional ke digital.
"Di masa pandemi, dengan terbatasnya kontak secara langsung, orang banyak menggunakan komunikasi dan interaksi secara
online. Kelompok radikal terorisme juga semakin meningkat dan masif dalam menyebarkan propaganda dan ideologinya di masa pandemi," katanya.
Sebelumnya, Kepala BNPT Rycko Amelza Dahniel menyebut pandemi covid-19 dan kemajuan teknologi informasi (TI) turut mendorong masifnya radikalisasi secara daring. Menurutnya, radikalisasi daring itu ikut melahirkan praktik
self radicalization.
"Masa pandemi covid-19 mendorong semakin masifnya
online radicalization, yang melahirkan
self radicalization dan
lone wolf," kata Rycko dalam acara peringatan HUT ke-13 BNPT di Jakarta, Jumat, 28 Juli 2023.
Berdasarkan hasil penelitian IK-Hub Outlook BNPT 2023, kelompok rentan seperti remaja, anak-anak, dan perempuan, menjadi sasaran utama radikalisasi. Penelitian serupa dari Setara Institute menunjukkan terjadinya peningkatan migrasi kategori radikalisasi di kalangan pelajar di lima kota selama 2016-2023.
"Terjadi peningkatan migrasi dari kategori toleran menjadi intoleran pasif, dari intoleran pasif menjadi intoleran aktif, dan dari intoleran aktif menjadi terpapar," papar Rycko.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ABK)