Banten: Kepala BPBD Pandeglang, Asep Rahmat mengatakan, banjir di Pandeglang tak hanya disebabkan intensitas curah yang cukup tinggi. Sampah tsunami dan bangkai kapal nelayan yang hancur diterjang tsunami menjadi penyebab utama ketinggian banjir di beberapa desa di Kecamatan Labuan Pandeglang, Banten.
"Daerah ini memang rawan banjir, jadi faktor-faktor itu menjadi penyebab cepatnya meluas air ke daratan," kata Asep, Selasa, 1 Januari 2019 di Posko Terpadu Penanggulangan Bencana Tsunami di Labuan, Pandeglang.
Dia tak memungkiri, terdapat pendangkalan di sungai sehingga dibutuhkan normalisasi secepatnya. "Di sungai dan muara juga dangkal, saya lihat juga di sini pada akhirnya dengan jenis meander (berkelok-kelok) nah itu sulitnya," lanjutnya.
Banjir yang terjadi pada Senin malam itu menerjang, Desa Teluk, Desa Labuan, Desa Kalanganyar, dan Desa Cipundang. Total 15 kampung terendam banjir di kawasan tersebut.
Banjir terparah menerjang sejumlah desa di Kecamatan Labuan. Pasalnya, ketinggian banjir mencapai 2 hingga 4 meter di beberapa titik tertentu.
"Berdasarkan laporan, banjir ada setinggi lebih dari satu meter," sebutnya.
Meskipun demikian, Asep menyebutkan, banjir yang melanda 15 kampung pada 6 Desa di Kecamatan Labuan telah berangsur-angsur surut. "Sudah surut ya, karena banjir itu diakibatkan intensitas curah hujan," paparnya.
Baca: Wilayah Terdampak Tsunami Kini Terendam Banjir
Asep tidak memungkiri, kawasan itu sering dilanda banjir. Bahkan, katanya sebagian warga sigap untuk mengungsi di rumah-rumah saudaranya.
"Rata-rata mereka mengungsi di rumah saudara. Ada juga di Masjid," terangnya.
Ketinggian banjir yang mencapai langit-langit rumah warga itu, dia akui Asep sebagai banjir terparah selama 2018. "Banyak kendala, sehingga banjir itu parah, karena banyaknya perahu-perahu bekas di sungai, dan sampah- sampah akibat tsunami kemarin, itu penyebab banjir parah kali ini," pungkasnya. (Media Indonesia)
<iframe class="embedv" width="560" height="315" src="https://www.medcom.id/embed/zNALr1eK" allowfullscreen></iframe>
Banten: Kepala BPBD Pandeglang, Asep Rahmat mengatakan, banjir di Pandeglang tak hanya disebabkan intensitas curah yang cukup tinggi. Sampah tsunami dan bangkai kapal nelayan yang hancur diterjang tsunami menjadi penyebab utama ketinggian banjir di beberapa desa di Kecamatan Labuan Pandeglang, Banten.
"Daerah ini memang rawan banjir, jadi faktor-faktor itu menjadi penyebab cepatnya meluas air ke daratan," kata Asep, Selasa, 1 Januari 2019 di Posko Terpadu Penanggulangan Bencana Tsunami di Labuan, Pandeglang.
Dia tak memungkiri, terdapat pendangkalan di sungai sehingga dibutuhkan normalisasi secepatnya. "Di sungai dan muara juga dangkal, saya lihat juga di sini pada akhirnya dengan jenis meander (berkelok-kelok) nah itu sulitnya," lanjutnya.
Banjir yang terjadi pada Senin malam itu menerjang, Desa Teluk, Desa Labuan, Desa Kalanganyar, dan Desa Cipundang. Total 15 kampung terendam banjir di kawasan tersebut.
Banjir terparah menerjang sejumlah desa di Kecamatan Labuan. Pasalnya, ketinggian banjir mencapai 2 hingga 4 meter di beberapa titik tertentu.
"Berdasarkan laporan, banjir ada setinggi lebih dari satu meter," sebutnya.
Meskipun demikian, Asep menyebutkan, banjir yang melanda 15 kampung pada 6 Desa di Kecamatan Labuan telah berangsur-angsur surut. "Sudah surut ya, karena banjir itu diakibatkan intensitas curah hujan," paparnya.
Baca: Wilayah Terdampak Tsunami Kini Terendam Banjir
Asep tidak memungkiri, kawasan itu sering dilanda banjir. Bahkan, katanya sebagian warga sigap untuk mengungsi di rumah-rumah saudaranya.
"Rata-rata mereka mengungsi di rumah saudara. Ada juga di Masjid," terangnya.
Ketinggian banjir yang mencapai langit-langit rumah warga itu, dia akui Asep sebagai banjir terparah selama 2018. "Banyak kendala, sehingga banjir itu parah, karena banyaknya perahu-perahu bekas di sungai, dan sampah- sampah akibat tsunami kemarin, itu penyebab banjir parah kali ini," pungkasnya. (Media Indonesia)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(DMR)