Jakarta: Hari raya Imlek disebut bagian dari wujud kebhinekaan dan kemajemukan di Indonesia. Warga Tionghoa dinilai turut berperan terhadap kemerdekaan Indonesia.
"Setidaknya hal itu tercatat sejak abad ke-14, sehingga mampu mengekspresikan wajah Islam yang berakulturasi dengan kebudayaan nusantara. Beberapa Sunan dalam Wali Sanga dikenal sebagai sosok keturunan Tionghoa, yang membuktikan betapa jasa mereka dikenang dalam sejarah, sehingga memunculkan sebuah tesis bahwa sejarah masuknya Islam ke nusantara dari Tiongkok," kata Ketua Baitul Muslimin Indonesia (Bamusi) Zuhairi Misrawi dalam keterangannya, Jumat, 12 Februari 2020.
Pria yang akrab disapa Gus Mis ini menilai kemajemukan Indonesia sangat kaya terlihat dari umat Islam keturunan Tionghoa yang tetap merayakan Imlek dengan penuh persaudaraan dan silaturahmi. Hal itu sudah menjadi bagian dari kebudayaan.
"Bung Karno sebagai Bapak Proklamator juga merayakan Imlek. Pada masa Orde Baru perayaan Imlek dilarang, hingga akhirnya Gus Dur menghidupkan kembali perayaan Imlek. Ibu Megawati saat menjadi Presiden RI secara resmi menjadikan hari perayaan Imlek sebagai hari libur nasional," papar Gus Mis.
Baca: Tidak Satu Pun Agama Ajarakan Permusuhan
Di sisi lain, dia mengapresiasi langkah PDI Perjuangan yang memperingati Imlek dengan tema 'Imlekan Bareng Banteng'. Cendekiawan Nahdlatul Ulama (NU) ini menyebut PDIP memberikan ruang sebesar-besarnya kepada kepada umat Tionghoa merayakan Imlek.
Maka dari itu, kata dia, momen Imlekan Bareng Banteng sebagai bentuk kesadaran historis seluruh komponen bangsa. "Bahwa semua warga negara perlu merawat keindonesiaan secara sungguh-sungguh, sehingga Pancasila semakin kokoh di bumi pertiwi ini," tegas dia.
Jakarta: Hari raya
Imlek disebut bagian dari wujud kebhinekaan dan kemajemukan di Indonesia. Warga Tionghoa dinilai turut berperan terhadap kemerdekaan Indonesia.
"Setidaknya hal itu tercatat sejak abad ke-14, sehingga mampu mengekspresikan wajah Islam yang berakulturasi dengan kebudayaan nusantara. Beberapa Sunan dalam Wali Sanga dikenal sebagai sosok keturunan Tionghoa, yang membuktikan betapa jasa mereka dikenang dalam sejarah, sehingga memunculkan sebuah tesis bahwa sejarah masuknya Islam ke nusantara dari Tiongkok," kata Ketua Baitul Muslimin Indonesia (Bamusi) Zuhairi Misrawi dalam keterangannya, Jumat, 12 Februari 2020.
Pria yang akrab disapa Gus Mis ini menilai kemajemukan Indonesia sangat kaya terlihat dari umat Islam keturunan Tionghoa yang tetap merayakan Imlek dengan penuh persaudaraan dan silaturahmi. Hal itu sudah menjadi bagian dari kebudayaan.
"Bung Karno sebagai Bapak Proklamator juga merayakan
Imlek. Pada masa Orde Baru perayaan Imlek dilarang, hingga akhirnya Gus Dur menghidupkan kembali perayaan Imlek. Ibu Megawati saat menjadi Presiden RI secara resmi menjadikan hari perayaan Imlek sebagai hari libur nasional," papar Gus Mis.
Baca:
Tidak Satu Pun Agama Ajarakan Permusuhan
Di sisi lain, dia mengapresiasi langkah PDI Perjuangan yang memperingati Imlek dengan tema 'Imlekan Bareng Banteng'. Cendekiawan Nahdlatul Ulama (NU) ini menyebut PDIP memberikan ruang sebesar-besarnya kepada kepada umat Tionghoa merayakan Imlek.
Maka dari itu, kata dia, momen Imlekan Bareng Banteng sebagai bentuk kesadaran historis seluruh
komponen bangsa. "Bahwa semua warga negara perlu merawat keindonesiaan secara sungguh-sungguh, sehingga Pancasila semakin kokoh di bumi pertiwi ini," tegas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(JMS)