medcom.id, Jakarta: Pondok pesantren kembali dikaitkan dengan gerakan radikalisme. Pesantren dinilai jadi lokasi yang paling rawan penyebaran ideologi garis keras.
Ketua Umum Pengurus Besar Nadlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siraj tidak sepakat. Apalagi, jika tudingan itu dialamatkan pada pesantren NU.
"Saya jamin pesantren NU tidak ada yang radikal," kata Said usai memperingati Hari Santri Nasional di kawasan Monas, Jakarta Pusat, Sabtu (22/10/2016).
Nadlatul Ulama, kata Said, punya sekitar 22 ribu pesantren di tanah air. Kalaupun ada pesantren yang radikal, Said memastikan itu bukan dari NU. "Yang radikal pasti santri dan ulamanya, bukan NU," ujar Said.
Dia menyerukan Nahdliyin ikut memerangi kelompok radikal. Said mengajak seluruh elemen menutup ruang bagi kelompok-kelompok ekstrimis yang ingin memecah belah bangsa. "Mari kita jadikan musuh bersama," kata Said.
Lembaga pesantren kembali terseret namanya dengan aksi gerakan radikal yang dilakukan Sultan Aziansyah dengan menyerang tiga polisi di Tangerang. Sultan diketahui pernah menimba ilmu di pondok pesantren di Ciamis, Jawa Barat.
Pesantren itu bernama Al Anshorullah yang dipimpin Fauzan Al Anshori. Kapolri Jenderal Tito Karnavian menyatakan, Fauzan Al Anshori merupakan tokoh lama dalam jaringan Jamaah Islamiyah. Fauzan kini sudah meninggal dunia.
Semenjak ISIS muncul, kelompok Jamaah Islamiyah pecah. Ada yang menginduk ke Al Qaeda, ada yang ke ISIS. Jamaah Islamiyah kelompok Fauzan, bergabung ke ISIS.
Kelompok Fauzan bergabung dengan Jemaah Ansharut Daulah (JAD) yang terafiliasi dengan ISIS. Pimpinannya, Maman Abdurrahman, yang kini juga mendekam di Nusa Kambangan.
"FA ini, ideologinya diturunkan ke tersangka (pelaku penyerangan tiga polisi)," kata Tito, Jumat 21 Oktober.
<iframe class="embedv" width="560" height="315" src="https://www.medcom.id/embed/ob37lPyb" frameborder="0" scrolling="no" allowfullscreen></iframe>
medcom.id, Jakarta: Pondok pesantren kembali dikaitkan dengan gerakan radikalisme. Pesantren dinilai jadi lokasi yang paling rawan penyebaran ideologi garis keras.
Ketua Umum Pengurus Besar Nadlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siraj tidak sepakat. Apalagi, jika tudingan itu dialamatkan pada pesantren NU.
"Saya jamin pesantren NU tidak ada yang radikal," kata Said usai memperingati Hari Santri Nasional di kawasan Monas, Jakarta Pusat, Sabtu (22/10/2016).
Nadlatul Ulama, kata Said, punya sekitar 22 ribu pesantren di tanah air. Kalaupun ada pesantren yang radikal, Said memastikan itu bukan dari NU. "Yang radikal pasti santri dan ulamanya, bukan NU," ujar Said.
Dia menyerukan Nahdliyin ikut memerangi kelompok radikal. Said mengajak seluruh elemen menutup ruang bagi kelompok-kelompok ekstrimis yang ingin memecah belah bangsa. "Mari kita jadikan musuh bersama," kata Said.
Lembaga pesantren kembali terseret namanya dengan aksi gerakan radikal yang dilakukan Sultan Aziansyah dengan menyerang tiga polisi di Tangerang. Sultan diketahui pernah menimba ilmu di pondok pesantren di Ciamis, Jawa Barat.
Pesantren itu bernama Al Anshorullah yang dipimpin Fauzan Al Anshori. Kapolri Jenderal Tito Karnavian menyatakan, Fauzan Al Anshori merupakan tokoh lama dalam jaringan Jamaah Islamiyah. Fauzan kini sudah meninggal dunia.
Semenjak ISIS muncul, kelompok Jamaah Islamiyah pecah. Ada yang menginduk ke Al Qaeda, ada yang ke ISIS. Jamaah Islamiyah kelompok Fauzan, bergabung ke ISIS.
Kelompok Fauzan bergabung dengan Jemaah Ansharut Daulah (JAD) yang terafiliasi dengan ISIS. Pimpinannya, Maman Abdurrahman, yang kini juga mendekam di Nusa Kambangan.
"FA ini, ideologinya diturunkan ke tersangka (pelaku penyerangan tiga polisi)," kata Tito, Jumat 21 Oktober.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FZN)