Pegawai Dinas Kesehatan menunjukan dua botol vaksin Poliomyelitis Oral -- ANT/Jojon.
Pegawai Dinas Kesehatan menunjukan dua botol vaksin Poliomyelitis Oral -- ANT/Jojon.

Merawat Vaksin bak Merawat Bayi

Nicky Widadio • 28 Juni 2016 07:24
medcom.id, Jakarta: Termometer digital di depan ruang dingin vaksin menunjukkan angka 3 derajat celcius. Angka tersebut tergolong normal bagi ratusan ribu vaksin di dalamnya. Sebab, vaksin-vaksin ini tergolong sensitif beku, sehingga suhu di dalam cold room harus dijaga agar tetap dingin, namun tak mencapai titik beku.
 
Tidak boleh sembarang orang masuk ke dalam ruangan ini. Dibuka sebentar saja, suhu di dalam ruang dingin bisa meningkat dengan cepat. Pun jika hendak masuk, dilarang bergerak lamban. Pintu yang telah dibuka harus ditutup kembali sesegera mungkin. Tak sampai 10 detik pintu dibuka, angka suhu bisa meningkat hingga 7 derajat celcius. Untung lah, angka tersebut masih berada dalam ambang batas wajar, yakni 2 derajat hingga 8 derajat celcius.
 
Memang butuh perhatian ekstra semacam ini untuk merawat vaksin. Tak heran, para petugas di Rumah Vaksin milik Dinas Kesehatan DKI Jakarta mengibaratkan pekerjaan 'merawat vaksin layaknya merawat seorang bayi'. Dalam sehari, harus ada dua kali pengecekan suhu. Belum lagi berbagai teknologi yang disediakan untuk memastikan vaksin-vaksin ini tak akan rusak.

<i>Merawat Vaksin bak Merawat Bayi</i>
Warga membawa bayinya untuk diberikan vaksin saat pencanangan Pekan Imunisasi Nasional (PIN) Polio di Puskesmas kayu merah, Kabupaten Gorontalo, Selasa (8/3). Foto: ANTARA FOTO/Adiwinata Solihin.
 
Terdapat dua ruang dingin dan tujuh freezer di Rumah Vaksin milik Dinas Kesehatan DKI ini. Ketujuh freezer bersuhu -15 hingga hingga -25 derajat celcius khusus untuk menyimpan vaksin polio. Sementara vaksin jenis lainnya disimpan di ruang dingin berbentuk seperti kamar. Ukuran dari kedua ruang dingin di sini berbeda, ada yang hanya 3x2 meter, sementara yang satunya sekitar 4x5 meter.
 
Di kedua ruang dingin ini lah tersimpan ratusan ribu vaksin untuk menopang kebutuhan 171 ribu bayi di Jakarta dalam satu tahun. Ratusan ribu vaksin tersusun rapi di rak. Semua dikelompokkan berdasarkan jenis dan nomornya. Jenis vaksin yang disimpan di ruang dingin, antara lain hepatitis B, campak, tetanus, BCG, dan DPT. Di sudut ruangan sebuah alat menyemburkan udara dingin yang membuat suhu di seluruh ruang menjadi rendah.
 
Lebih dari itu, proses penyimpanan vaksin di sini juga didukung oleh sejumlah teknologi. Setiap pukul 08.00 WIB dan 15.30 WIB, petugas pengelola rumah vaksin akan mendapat short massage service (SMS) berisi laporan suhu di dalam masing-masing ruang dingin di Rumah Vaksin. Sms tersebut bukan datang dari petugas lainnya, melainkan dari sebuah alat bernama coldtrace.
 
Coldtrace adalah sebuah teknologi yang diletakkan persis di dekat termometer ruang dingin, agar bisa mendeteksi dan melaporkan suhu pada ruang vaksin. Tak hanya itu, alat ini juga bisa mengirim sinyal peringatan jika terjadi pelanggaran suhu.
 
"Jadi kalau ada pelanggaran suhu, bisa langsung dicek. Tapi sejauh ini belum pernah terjadi. Kalau pun sedang ada pemadaman listrik, genset akan otomatis menyala," kata Staf Pengelola Ruang Vaksin Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Wien Andriani, Senin, 27 Juni.
 
Teknologi lainnya yang digunakan adalah multilog. Multilog adalah sebuah perangkat komputer yang juga berfungsi mengontrol suhu ruang dingin vaksin. Bedanya dengan coldtrace, multilog bisa mendeteksi suhu dan menyimpan catatan data dari seluruh ruang dingin yang ada di dalam Rumah Vaksin. Data ini bahkan bisa terhubung ke Kementerian Kesehatan. Dengan begitu, pengawasan terhadap kualitas vaksin pun bisa dilakukan dari pusat.
 
Dengan proses penyimpanan yang diatur sedemikian rupa, Dinas Kesehatan DKI menjamin seluruh vaksin yang mereka salurkan ke rumah sakit hingga puskesmas di seluruh Jakarta memiliki kualitas yang sangat baik. Apalagi, vaksin tersebut juga disuplai oleh Kementerian Kesehatan dan berasal dari distributor resmi.
 
"Begitu berusahanya kami menjaga agar kualitasnya (vaksin) enggak turun, tapi kok di luar sana bisa-bisanya ada yang jual vaksin palsu dan hanya ditaruh di kamar biasa," kata Kepala Bidang Penanganan Masalah Kesehatan Dinkes DKI Jakarta, Widiastuti.
 
Widi menegaskan vaksin-vaksin yang berada di Rumah Vaksin bisa diakses secara gratis oleh fasilitas kesehatan mana pun di DKI Jakarta. Dengan demikian, ia berharap peredaran vaksin palsu seperti yang sedang marak bisa diminimalisasi.
 
"Sebagai timbal baliknya kami hanya minta laporan saja. Masyarakat pun tidak perlu khawatir karena vaksin dari kami dijamin asli," yakin Widi.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(DEN)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan