medcom.id, Jakarta: Politisi Partai Hanura Yuddy Chrisnandy membuat puisi berjudul 'Salam 5 Jari. Puisi tersebut sarat renungan untuk dipertimbangkan masyarakat sebelum menggunakan hak pilih pada Pemilu Presiden 9 Juli mendatang.
Ia seolah hendak menyindir salah satu calon presiden yang kerap mengumbar kata 'bocor' dalam kampanye maupun sesi debat. Yuddy seolah tidak habis pikir karena kebocoran tersebut terjadi saat pasangannya menjabat di Rezim Susilo Bambang Yudhoyono. (*)
Berikut adalah puisi tersebut:
"Salam 5 Jari
'Bocor. Bocor...'
Begitu ia berpidato lantang.
Tapi, mengapa saat sejumlah parpol yang ketua umumnya jelas-jelas terduga koruptor mendukungnya, dia tak berani menentang?
Hanya untuk menang?
Putih adalah seragamnya.
Tapi, mengapa tak pernah sepatah katapun mengecam "Obor Rakyat" yang menyebar fitnah, berkampanye hitam?
Hanya untuk menang?
Pancasila merah terpasang di dada kanan.
Tapi, mengapa ia membuka dukungan dari ormas yang jelas-jelas intoleran?
Hanya untuk menang?
Ketika bertatap muka di panggung televisi, ia selalu memberi tanda hormat dan berkata setuju.
Tapi, mengapa saat berkampanye, ia justru selalu mengumpat-umpat dan menghina: "Capres boneka! Capres kacung!"
Bukankah itu jauh dari sikap rasa penuh hormat?
Menyelamatkan 1 orang TKI dari ancaman hukuman mati dianggap sebagai jasanya.
Tapi mengapa ia terlibat penculikan 9 aktivis 1998 yang melawan rezim otoriter yang telah menghancurkan negeri? Hanya untuk menang?
Ia itu TEGAS atau TEGA?
medcom.id, Jakarta: Politisi Partai Hanura Yuddy Chrisnandy membuat puisi berjudul 'Salam 5 Jari. Puisi tersebut sarat renungan untuk dipertimbangkan masyarakat sebelum menggunakan hak pilih pada Pemilu Presiden 9 Juli mendatang.
Ia seolah hendak menyindir salah satu calon presiden yang kerap mengumbar kata 'bocor' dalam kampanye maupun sesi debat. Yuddy seolah tidak habis pikir karena kebocoran tersebut terjadi saat pasangannya menjabat di Rezim Susilo Bambang Yudhoyono. (*)
Berikut adalah puisi tersebut:
"Salam 5 Jari
'Bocor. Bocor...'
Begitu ia berpidato lantang.
Tapi, mengapa saat sejumlah parpol yang ketua umumnya jelas-jelas terduga koruptor mendukungnya, dia tak berani menentang?
Hanya untuk menang?
Putih adalah seragamnya.
Tapi, mengapa tak pernah sepatah katapun mengecam "Obor Rakyat" yang menyebar fitnah, berkampanye hitam?
Hanya untuk menang?
Pancasila merah terpasang di dada kanan.
Tapi, mengapa ia membuka dukungan dari ormas yang jelas-jelas intoleran?
Hanya untuk menang?
Ketika bertatap muka di panggung televisi, ia selalu memberi tanda hormat dan berkata setuju.
Tapi, mengapa saat berkampanye, ia justru selalu mengumpat-umpat dan menghina: "Capres boneka! Capres kacung!"
Bukankah itu jauh dari sikap rasa penuh hormat?
Menyelamatkan 1 orang TKI dari ancaman hukuman mati dianggap sebagai jasanya.
Tapi mengapa ia terlibat penculikan 9 aktivis 1998 yang melawan rezim otoriter yang telah menghancurkan negeri? Hanya untuk menang?
Ia itu TEGAS atau TEGA?
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(NAV)