Jakarta: Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) mendorong media online menginisiasi komunitas antihoaks. Langkah ini dinilai efektif mengedukasi masyarakat untuk mengantisipasi hoaks, khususnya di tingkat lokal.
"Harus ada komunitas yang riil, yang mengedukasi. Karena (memberantas hoaks) enggak bisa hanya di ranah siber," ujar Ketua AMSI Wens Manggut saat dihubungi Medcom.id, Rabu, 26 Mei 2021.
Dia mencontohkan hoaks terkait virus korona (covid-19) yang kerap dikonsumsi publik. Arus besar peristiwa pandemi menjadi medium berselancar berita bohong.
Wens menyebut saat ini menjadi momentum yang pas untuk membentuk komunitas antihoaks. Khususnya bagi media online. Sehingga, akurasi pemberitaan covid-19 tak diganggu dengan hoaks yang berseliweran.
Menurut Wens, media online memiliki jaringan di daerah yang bisa melakukan hal itu. Apalagi, pemberantasan hoaks merupakan agenda nasional yang menjadi perhatian pemerintah dan kepolisian.
Dia menilai komunitas yang melibatkan media hingga kepolisian bakal memperkuat pemahaman masyarakat terkait berita hoaks. Misalnya, membudayakan cek informasi terlebih dahulu sebelum menyebarkannya.
"Dalam komunitas itu dibagikan referensi ini informasi yang valid, sumbernya dari media online," kata Wens.
Baca: Wamenag Imbau Publik Tidak Termakan Hoaks Soal Haji
Media online disebut merupakan sumber yang valid. Sebab, jurnalis mengerjakan produk jurnalistik sesuai kaidah. Sehingga, berita yang dihasilkan bukan kebohongan lantaran sudah terverifikasi.
"Dibudayakan, kalau ragu jangan bertindak, jangan share, tapi cek di media resmi," kata Wens.
Dia juga mendorong pemerintah menekan jumlah hoaks. Cara pertama, bekerja sama dengan platform media sosial. Misalnya, bagaimana membatasi akun abal-abal yang kerap menebar hoaks.
Wens menyebut pembuatan akun bisa dipersulit dengan mewajibkan pengisian nomer identitas atau nomor telepon yang autentik. Dia juga meminta pemilik platform memfilter konten hoaks dengan menggunakan sistem algoritma.
Jakarta: Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) mendorong media
online menginisiasi komunitas antihoaks. Langkah ini dinilai efektif mengedukasi masyarakat untuk mengantisipasi
hoaks, khususnya di tingkat lokal.
"Harus ada komunitas yang riil, yang mengedukasi. Karena (memberantas hoaks) enggak bisa hanya di ranah siber," ujar Ketua AMSI Wens Manggut saat dihubungi
Medcom.id, Rabu, 26 Mei 2021.
Dia mencontohkan hoaks terkait virus korona (
covid-19) yang kerap dikonsumsi publik. Arus besar peristiwa pandemi menjadi medium berselancar berita bohong.
Wens menyebut saat ini menjadi momentum yang pas untuk membentuk komunitas antihoaks. Khususnya bagi media
online. Sehingga, akurasi pemberitaan covid-19 tak diganggu dengan hoaks yang berseliweran.
Menurut Wens, media
online memiliki jaringan di daerah yang bisa melakukan hal itu. Apalagi, pemberantasan hoaks merupakan agenda nasional yang menjadi perhatian pemerintah dan kepolisian.
Dia menilai komunitas yang melibatkan media hingga kepolisian bakal memperkuat pemahaman masyarakat terkait berita hoaks. Misalnya, membudayakan cek informasi terlebih dahulu sebelum menyebarkannya.
"Dalam komunitas itu dibagikan referensi ini informasi yang valid, sumbernya dari media
online," kata Wens.
Baca: Wamenag Imbau Publik Tidak Termakan Hoaks Soal Haji
Media
online disebut merupakan sumber yang valid. Sebab, jurnalis mengerjakan produk jurnalistik sesuai kaidah. Sehingga, berita yang dihasilkan bukan kebohongan lantaran sudah terverifikasi.
"Dibudayakan, kalau ragu jangan bertindak, jangan
share, tapi cek di media resmi," kata Wens.
Dia juga mendorong pemerintah menekan jumlah hoaks. Cara pertama, bekerja sama dengan platform media sosial. Misalnya, bagaimana membatasi akun abal-abal yang kerap menebar hoaks.
Wens menyebut pembuatan akun bisa dipersulit dengan mewajibkan pengisian nomer identitas atau nomor telepon yang autentik. Dia juga meminta pemilik platform memfilter konten hoaks dengan menggunakan sistem algoritma.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AZF)