Jakarta: Aliansi jurnalis dalam Jakarta Foreign Correspondents Club (JFCC) mengaku prihatin dengan intimidasi serta serangan fisik terhadap jurnalis yang meliput demonstrasi baru-baru ini di Jakarta. Tak hanya itu, anggota JFCC juga menjadi korban fitnah di media sosial.
"Beberapa anggota kami telah menjadi target selama demonstrasi dan juga di media sosial tentang apa yang perlu ditangani untuk mencegah hal ini menjadi ancaman bagi kebebasan pers di Indonesia," sebagaimana pernyataan Komite Eksekutif JFCC di Jakarta, Jumat 23 Mei 2019.
LSM jurnalis internasional yang berbasis di Indonesia ini juga mendukung rekan-rekan di media domestik. Apalagi setelah Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jakarta mengatakan bahwa temuannya menunjukkan setidaknya tujuh wartawan telah mengalami kekerasan dan intimidasi.
"Kami menyerukan semua pihak, termasuk elit politik dan pasukan keamanan, untuk menghormati hak jurnalis untuk meliput berita secara bertanggung jawab," lanjut pernyataan tersebut.
Mengingat ketegangan politik yang memanas saat ini, kami juga mendesak semua jurnalis untuk mengambil tindakan pencegahan yang masuk akal jika mereka diminta untuk meliput demonstrasi seperti memastikan mereka beroperasi dalam tim.
Selain itu, para jurnalis juga diminta untuk menempatkan diri mereka di lokasi di mana mereka membatasi risiko terkena proyektil atau menjadi target secara fisik, dan memiliki alat pelindung yang cocok dan strategi keluar yang jelas.
"Dewan pers juga telah meminta JFCC untuk menyampaikan permintaan dari polisi nasional agar anggota jurnalis dengan jelas mengidentifikasi diri mereka sebagai media," tutup pernyataan JFCC.
Salah satu akun di media sosial menuding Niniek Muji Karmini dari Associated Press (AP) dan Stephen Wright dari The Times of Israel sebagai penyebar fintah. Bahkan keduanya dituduh bagian dari anggota intelijen asing yang ada di Indonesia.
Jakarta: Aliansi jurnalis dalam Jakarta Foreign Correspondents Club (JFCC) mengaku prihatin dengan intimidasi serta serangan fisik terhadap jurnalis yang meliput demonstrasi baru-baru ini di Jakarta. Tak hanya itu, anggota JFCC juga menjadi korban fitnah di media sosial.
"Beberapa anggota kami telah menjadi target selama demonstrasi dan juga di media sosial tentang apa yang perlu ditangani untuk mencegah hal ini menjadi ancaman bagi kebebasan pers di Indonesia," sebagaimana pernyataan Komite Eksekutif JFCC di Jakarta, Jumat 23 Mei 2019.
LSM jurnalis internasional yang berbasis di Indonesia ini juga mendukung rekan-rekan di media domestik. Apalagi setelah Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jakarta mengatakan bahwa temuannya menunjukkan setidaknya tujuh wartawan telah mengalami kekerasan dan intimidasi.
"Kami menyerukan semua pihak, termasuk elit politik dan pasukan keamanan, untuk menghormati hak jurnalis untuk meliput berita secara bertanggung jawab," lanjut pernyataan tersebut.
Mengingat ketegangan politik yang memanas saat ini, kami juga mendesak semua jurnalis untuk mengambil tindakan pencegahan yang masuk akal jika mereka diminta untuk meliput demonstrasi seperti memastikan mereka beroperasi dalam tim.
Selain itu, para jurnalis juga diminta untuk menempatkan diri mereka di lokasi di mana mereka membatasi risiko terkena proyektil atau menjadi target secara fisik, dan memiliki alat pelindung yang cocok dan strategi keluar yang jelas.
"Dewan pers juga telah meminta JFCC untuk menyampaikan permintaan dari polisi nasional agar anggota jurnalis dengan jelas mengidentifikasi diri mereka sebagai media," tutup pernyataan JFCC.
Salah satu akun di media sosial menuding Niniek Muji Karmini dari Associated Press (AP) dan Stephen Wright dari The Times of Israel sebagai penyebar fintah. Bahkan keduanya dituduh bagian dari anggota intelijen asing yang ada di Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(EKO)