medcom.id, Jakarta: Pencarian pesawat AirAsia QZ8501 terus berlanjut hingga hari kesepuluh. Segala upaya dikerahkan, baik lewat pencarian dari laut mauoun udara. Penyelam pun dikerahkan untuk melakukan pencarian bawah laut.
Setidaknya ada 66 penyelam dari tim evakuasi gabungan yang melakukan penyelaman. Sebanyak 60 penyelam berada di lautan, enam orang bersiap untuk menindak lanjuti jika ada temuan di pesisir.
Menyelam bukanlah hal yang gampang untuk dilakukan. Teknik-teknik khusus harus dipelajari untuk mencegah bahaya yang dapat dialami penyelam saat menjalankan tugas.
Hal ini diungkap Dantim Komando Pasukan Katak (Kopaska) Kapten Laut Pelaut Edy Tirtayasa. Sejumlah gangguan dapat dialami tubuh penyelaman saat melakukan tugas. Untuk tahap awal, lanjut Edy, gangguan pendengaran dapat menjangkit penyelam.
"Gangguan pendengaran, gendang telinga bisa pecah, cara mengatasinya kayak kita mau bersin tapi hidung dijepit gini," tambah Edy sambil mempraktikan, Selasa (6/1/2015).
Penyelam bisa saja mengalami squeze, beberapa lubang seperti telinga dan hidung dapat tertutup seperti flu. Jika penyelaman dilanjutkan, akan membahayakan penyelam. "Lubang sinus itu kalau tertutup terus nyelam bisa keluar darah," jelas dia.
Dengan kedalaman yang cukup dalam, hipotermia atau kehilangan panas tubuh dapat menghadang. Hiportemia menjadi ketakutan sendiri bagi penyelam.
Selain itu, ancaman dari hewan buas juga harus diperhatikan. Laut yang tidak terlalu dalam dan berlumpur memiliki banyak hewan buas. Salah satu ancaman, kata Edy, adalah ular laut. "Kalau binatang buas. Itu ular laut, ini ularnya lebih ganas dari kobra biasanya memang di laut berlumpur," jelas Edy.
Hewan laut tak terlihat juga menjadi ancaman. Edy menyebut salah satu hewan yang memiliki tentakel tipis namun sangat panjang. Edy menyebut binatang itu Benang Laut. "Kalau kena badan, itu bisa membuat badan berasa terbakar, harus cepat ditindak kalau tidak luka bisa permanen, ini tentakelnya tipis enggak kelihatan," jelas pria bertubuh tegap itu.
Saat naik ke permukaan, penyelam juga tidak bisa naik dengan sembarangan. Edy menyebut naik secara buru-buru dan cepat akan membahayakan organ tubuh yang dimiliki penyelam. "Saat selesai penyelaman, itu enggak boleh cepat-cepat, ada hitungannya ikuti gelembung terkecil yang keluar saat bernapas, ini kalau buru buru bisa pecah paru-paru," jelas Edy.
medcom.id, Jakarta: Pencarian pesawat AirAsia QZ8501 terus berlanjut hingga hari kesepuluh. Segala upaya dikerahkan, baik lewat pencarian dari laut mauoun udara. Penyelam pun dikerahkan untuk melakukan pencarian bawah laut.
Setidaknya ada 66 penyelam dari tim evakuasi gabungan yang melakukan penyelaman. Sebanyak 60 penyelam berada di lautan, enam orang bersiap untuk menindak lanjuti jika ada temuan di pesisir.
Menyelam bukanlah hal yang gampang untuk dilakukan. Teknik-teknik khusus harus dipelajari untuk mencegah bahaya yang dapat dialami penyelam saat menjalankan tugas.
Hal ini diungkap Dantim Komando Pasukan Katak (Kopaska) Kapten Laut Pelaut Edy Tirtayasa. Sejumlah gangguan dapat dialami tubuh penyelaman saat melakukan tugas. Untuk tahap awal, lanjut Edy, gangguan pendengaran dapat menjangkit penyelam.
"Gangguan pendengaran, gendang telinga bisa pecah, cara mengatasinya kayak kita mau bersin tapi hidung dijepit gini," tambah Edy sambil mempraktikan, Selasa (6/1/2015).
Penyelam bisa saja mengalami squeze, beberapa lubang seperti telinga dan hidung dapat tertutup seperti flu. Jika penyelaman dilanjutkan, akan membahayakan penyelam. "Lubang sinus itu kalau tertutup terus nyelam bisa keluar darah," jelas dia.
Dengan kedalaman yang cukup dalam, hipotermia atau kehilangan panas tubuh dapat menghadang. Hiportemia menjadi ketakutan sendiri bagi penyelam.
Selain itu, ancaman dari hewan buas juga harus diperhatikan. Laut yang tidak terlalu dalam dan berlumpur memiliki banyak hewan buas. Salah satu ancaman, kata Edy, adalah ular laut. "Kalau binatang buas. Itu ular laut, ini ularnya lebih ganas dari kobra biasanya memang di laut berlumpur," jelas Edy.
Hewan laut tak terlihat juga menjadi ancaman. Edy menyebut salah satu hewan yang memiliki tentakel tipis namun sangat panjang. Edy menyebut binatang itu Benang Laut. "Kalau kena badan, itu bisa membuat badan berasa terbakar, harus cepat ditindak kalau tidak luka bisa permanen, ini tentakelnya tipis enggak kelihatan," jelas pria bertubuh tegap itu.
Saat naik ke permukaan, penyelam juga tidak bisa naik dengan sembarangan. Edy menyebut naik secara buru-buru dan cepat akan membahayakan organ tubuh yang dimiliki penyelam.
"Saat selesai penyelaman, itu enggak boleh cepat-cepat, ada hitungannya ikuti gelembung terkecil yang keluar saat bernapas, ini kalau buru buru bisa pecah paru-paru," jelas Edy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(YDH)